KTT ASEAN Tak Berkutik, Myanmar Masih Mencekam, Junta Militer Lakukan Serangan Udara, Warga Tewas

Militer Junta Militer melancarkan serangan udara beberapa jam kemudian di desa-desa di wilayah yang dikuasai kelompok tersebut.

Editor: AbdiTumanggor
ISTIMEWA VIA INTISARI
Kondisi Myanmar setelah menolak kudeta. Penduduk Myanmar membakar sejumlah pabrik milik China. Kabar terbaru, massa merebut pangkalan militer. 

Dave Eubank dari Free Burma Rangers mengatakan dia dapat memastikan bahwa telah terjadi serangan udara di desa Karen di dua kota di distrik Papun.

Dia mengatakan tentara Myanmar juga melancarkan serangan darat di daerah itu.

Bentrok antara demonstran dan pihak keamanan di Yangon, Myanmar.
Bentrok antara demonstran dan pihak keamanan di Yangon, Myanmar.(AFP PHOTO/MIN HTAT SAN)

Bentrokan terbaru terjadi beberapa hari setelah kepala junta Myanmar, Min Aung Hlaing, menghadiri pertemuan puncak regional di Jakarta, di mana dia setuju untuk mengakhiri kekerasan dan memasuki dialog.

Pertemuan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Asean) menandai upaya internasional pertama bersama untuk menemukan penyelesaian krisis di Myanmar, meskipun kelompok hak asasi manusia menunjukkan bahwa pernyataan penutupnya kurang spesifik dan tidak menyebutkan pembebasan tahanan politik.

Lebih dari 750 orang telah dibunuh oleh pasukan keamanan militer Myanmar, termasuk puluhan anak-anak, sejak kudeta 1 Februari.

Sementara 3.441 orang telah ditahan, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik di Burma.

Pemimpin militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing tiba di  Bandara Soekarno Hatta, Sabtu (24/4/2021). Kedatangan Jenderal Min ini dalam rangka menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang membahas masalah konflik Myanmar.
Pemimpin militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing tiba di Bandara Soekarno Hatta, Sabtu (24/4/2021). Kedatangan Jenderal Min ini dalam rangka menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang membahas masalah konflik Myanmar. (Dok. Sekretariat Presiden)

Pada Selasa (27/4/2021), militer Myanmar tampaknya melanggar pernyataan yang telah disepakati pada pertemuan Asean.

Sebuah laporan oleh Global New Light of Myanmar yang dikendalikan junta militer, mengatakan Myanmar telah memberitahu dalam pertemuan Asean, akan mempertimbangkan dengan hati-hati saran yang dibuat oleh para pemimpin regional "ketika situasi kembali ke stabilitas".

Laporan itu juga menambahkan bahwa prioritas junta militer adalah untuk menjaga hukum dan ketertiban. Namun, nyatanya pembunuhan dan penahanan masih terus berlanjut dalam beberapa hari terakhir.

Pada Senin (26/4/2021), seorang pria ditembak mati oleh pasukan pada Senin malam di Mandalay, sementara seorang wanita juga tewas di Dawei, menurut laporan media independen lokal.

Puluhan orang telah ditangkap dari rumah mereka oleh pasukan keamanan militer Myanmar, yang terus menimbulkan teror melalui penggerebekan pada malam hari.

Baca juga: Sebanyak 120 Selebriti Jadi Buronan Tentara Myanmar, Aktor Paing Takhon Ditangkap, Berikut Sosoknya

Presiden AS Joe Biden dan Wapres Kamala Harris.
Presiden AS Joe Biden dan Wapres Kamala Harris. (Instragram/Kamalaharris)

Menanti Sanksi Tegas dari AS

Sementara, sekelompok senator bipartisan Amerika Serikat pada Selasa (27/4/2021) mendesak pemerintahan Presiden Joe Biden untuk menjatuhkan lebih banyak sanksi terhadap junta militer di Myanmar.

Sanksi yang diminta senator AS ditujukan kepada junta Myanmar termasuk menekan pendapatan untuk sebuah perusahaan energi negara itu, sebagai tanggapan atas kudeta dan tindakan keras terhadap pengunjuk rasa.

Seorang senator dari partai Demokrat Jeff Merkley dan dari partai Republik Marco Rubio serta empat senator lainnya dalam sebuah surat mendesak Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Menteri Keuangan Janet Yellen untuk "mencari cara baru untuk mendukung rakyat Myanmar dalam perjuangan berkelanjutan mereka untuk demokrasi saat menghadapi meningkatnya aksi kejahatan terhadap kemanusiaan".

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved