TRIBUNWIKI

Tengku Amir Hamzah, Pahlawan Nasional, Makamnya Ada di Pemakaman Masjid Azizi Langkat

Amir Hamzah memiliki 11 orang bersaudara, dan keluarganya memiliki kebiasaan tradisi agama Islam yang kuat.

Penulis: Satia | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/SATIA
Makam Pahlawan Nasional Tengku Amir Hamzah, di samping Masjid Azizi, Tanjung Pura, Kabupaten Langkat.  

TRIBUN MEDAN.com, LANGKAT- Jika berkunjung atau melintasi Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, sayang rasanya menyinggahi diri untuk berziarah ke makam Pahlawan Nasional Tengku Amir Hamzah, di komplek Masjid Azizi

Hampir setiap harinya, makam tersebut ramai dikunjungi oleh masyarakat sekitar, atau wisawatan dari kota. Biasanya, warga yang datang memanjatkan doa di makam tersebut. 

Baca juga: Lakukan Penyemprotan Disinfektan di 34 Titik, Kapolrestabes Medan Diapresiasi Walkot Bobby

Berikut adalah riwayat hidup, Tengku Amir Hamzah.

Amir Hamzah adalah seorang tokoh pahlawan nasional sekaligus sebagai sastrawan Pujangga Baru.

Lahir di Kabupaten Langkat, 28 Februari 1911, bernama lengkap Tengku Amir Hamzah.

Makam Pahlawan Nasional Tengku Amir Hamzah, di samping Masjid Azizi, Tanjung Pura, Kabupaten Langkat. 
Makam Pahlawan Nasional Tengku Amir Hamzah, di samping Masjid Azizi, Tanjung Pura, Kabupaten Langkat.  (TRIBUN MEDAN/SATIA)

Beliau lahir dari kalangan keluarga istana Kesultanan Langkat, ayahnya adalah pangeran bernama Tengku Muhammad Adil dan ibunya Tengku Mahjiwa. 

Amir Hamzah memiliki 11 orang bersaudara, dan keluarganya memiliki kebiasaan tradisi agama Islam yang kuat.

Amir juga gemar akan sejarah dan sastra Melayu klasik.

Beliau mula-mula menempuh pendidikan di Langkatsche School di Tanjung Pura pada tahun 1916, lalu di HIS Tanjungpura tahun 1924. Kemudian melanjutkan ke sekolah Christelijk MULO di Kota Medan.

Guna memantapkan pendidikannya, Amir Hamzah kemudian berhijrah ke Batavia untuk melanjutkan sekolah MULO kelas 2 dan kelas 3, dan menamatkannya pada tahun 1927. 

Baca juga: Kerap Tampil Pamer Tubuh di Instagram hingga Dilaporkan, Istri Pemain PSG Angkat Bicara

Di tahun yang sama Amir berangkat ke Surakarta untuk mendaftar diri ke sekolah AMS (Algemeene Middelbare School) di jurusan Sastra Timur. 

Dirinya dikenal sebagai murid yang rajin, tak pernal bolos sekolah, dan berdisiplin.

Di kota tersebut, ia mula berkenalan dengan Ilik Sundari, seorang wanita Jawa yang dicintainya dan menjadi sumber inspirasi bait-bait syairnya.

Selepas tamat dari AMS, ia kemudian kembali ke Batavia untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Hakim Tinggi.

Tahun 1931, Amir Hamzah ditimpa kedukaan, ibundanya meninggal dunia.

Kemudian ayahanda meninggal dunia pada tahun 1933. Meskipun begitu, ia tetap melanjutkan pendidikannya dengan dibantu oleh pamannya, yang menjadi Sultan Langkat bernama Sultan Mahmud Abdul Jalil Rahmad Syah.

Setelah pendidikannya selesai hingga meraih gelar sarjana muda hukum.

Kemudian ia bekerja pertama kali sebagai guru di Perguruan Rakyat yang menjadi bagian Taman Siswa di Jakarta.

Amir Hamzah mula berkenalan dengan tokoh-tokoh sastrawan nasional seperti Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, dan Sanusi Pane.

Baca juga: Suami Ayu Dewi Dibuat Emosi, Regi Datau: Belum Puasa Gue Sudah Batal Duluan

Makam pahlawan nasional T Amir Hamzah yang berada di halaman Masjid Azizi Tanjung Pura Kabupaten Langkat
Makam pahlawan nasional T Amir Hamzah yang berada di halaman Masjid Azizi Tanjung Pura Kabupaten Langkat (TRIBUN MEDAN/HO)

Amir Hamzah tergabung dalam majalah Poedjangga Baroe.

Ia juga banyak menulis sastra di majalah Timboel, Pandji Poestaka, Poedjangga Baroe, dan lain sebagainya.

Sultan Langkat meminta Amir Hamzah kembali ke Langkat untuk dengan Tengku Kamiliah, putri Sultan Langkat pada tahun 1935 dan diberi gelar Tengku Pangeran Indra Putra.

Dari pernikahannya pasangan ini dikarunia seorang puteri bernama Tengku Tahura pada tahun 1939.

Selanjutnya ia diangkat menjadi kepala luhak Langkat Hilir di Tanjungpura.

Lalu pindah menjadi kepala luhak Teluk Haru di Pangkalan Brandan.

Tak lama setelah itu, diangkat menjadi Pangeran Langkat Hulu guna menggantikan jabatan ayahnya dahulu.

Tanggal 29 Oktober 1945, Amir Hamzah ditunjuk sebagai wakil Pemerintah Republik Indonesia untuk Langkat yang bekedudukan di Binjai, bersamaan dengan jabatannya di kesultanan sebagai Pangeran Langkat Hulu.

Baca juga: Kerap Tampil Pamer Tubuh di Instagram hingga Dilaporkan, Istri Pemain PSG Angkat Bicara

Tak lama setelah itu, Revolusi Sosial terjadi di Sumatera Timur pada tanggal 3 Maret 1946.

Terjadi pembunuhan besar-besaran terhadap keluarga bangsawan yang dianggap feodal dan kurang memihak kepada rakyat. Pada tanggal 7 Maret 1946 di Langkat, keluarga istana Kesultanan Langkat banyak yang ditangkap termasuk Sultan dan Amir Hamzah.

Diketahui bahwa Amir Hamzah tewas dipancung oleh algojo pada 20 Maret 1946 malam hari.

Ia merupakan salah satu korban revolusi yang difitnah sebagai seorang yang bekerjasama dengan Belanda.

Amir Hamzah meninggal di usianya yang relatif muda, 35 tahun. Jenazahnya ditemukan di pemakaman massal Kuala Begumit.

Ia kemudian dimakamkan secara layak di pemakaman Masjid Azizi, Tanjungpura, Langkat.

Pemerintah RI kemudian menghargai jasa dan sumbangsih Amir Hamzah dengan menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1975.

Ia pernah memimpin Kongres Indonesia Muda di Surakarta tahun 1931.

Masjid Azizi, yang terletak di Jalan Masjid, Tanjungpura, Kabupaten Langkat, adalah satu-satunya bangunan peninggalan Kesultanan Langkat.
Masjid Azizi, yang terletak di Jalan Masjid, Tanjungpura, Kabupaten Langkat, adalah satu-satunya bangunan peninggalan Kesultanan Langkat. (TRIBUN/ SATIA)

Baca juga: Suami Ayu Dewi Dibuat Emosi, Regi Datau: Belum Puasa Gue Sudah Batal Duluan

Persahabatannya dengan dengan para tokoh pergerakan nasional turut mempengaruhi karya-karya sastranya.

Melalui karyanya yang ditulis dalam Bahasa Indonesia, Amir telah memberikan sumbangan besar bagi perkembangan dan pembinaan Bahasa Melayu menjadi bahasa nasional Indonesia.

Bagi Amir, Bahasa Indonesia merupakan simbol dari kemelayuan, kepahlawanan dan keislaman. Hal ini tercermin dari syair-syair Amir yang merupakan refleksi dari relijiusitas, dan kecintaannya pada tanah air serta kegelisahan sebagai seorang pemuda Melayu.

Secara keseluruhan ada sekitar 160 karya Amir yang berhasil dicatat. Di antaranya 50 sajak asli, 77 sajak terjemahan, 18 prosa liris asli, 1 prosa liris terjemahan, 13 prosa asli dan 1 prosa terjemahan.

Karya-karyanya tercatat dalam kumpulan sajak Buah Rindu, Nyanyi Sunyi, Setanggi Timur dan terjemah Baghawat Gita.

Nursinah Supardo dalam bukunya Kesusastraan Indonesia (1975) mengatakan Amir Hamzah berbeda dengan tokoh-tokoh Pujangga Baru.

Baca juga: Komunitas Sedekah Jumat Berikan Rumah Baru Kepada Korban Kebakaran, Walkot Bobby Apresiasi

Amir Hamzah tidak mencontoh ke dunia Barat (Eropa) dalam memodernkan Kesusastraan Indonesia. Untuk maksud itu lebih-lebih dalam puisinya ia memilih menggali kekayaan khazanah pusaka kesusastraan Melayu lama.

Mungkin karena ia dilahirkan di tanah Melayu dan di kalangan bangsawan Melayu, ada kesempatan baginya untuk menyelidiki kesusastraan lama, sehingga timbul padanya kegemaran akan hal itu.

Pendidikan Islam yang didapat dari keluarganya, menyebabkan pula ia dapat termasuk seorang seorang penyair Islam di Indonesia seperti Aoh K. Hadimaja, Bangrum Rangkuti dan lain-lainnya.

Baca juga: Taman Merdeka Binjai, Lokasi Favorit Warga Bersama Keluarga

Profil

Nama : Tengkoe Amir Hamzah yang bernama lengkap Tengkoe Amir Hamzah Pangeran Indra Poetera, atau lebih dikenal hanya dengan nama pena Amir Hamzah.

Lahir :  Tanjung Pura, Langkat, Sumatra Timur, Hindia Belanda, 28 Februari 1911 

Orangtua :

Ayah : Tengku Muhammad Adil

Ibu : Tengku Mahjiwa. 

Tutup usia : Kwala Begumit, Binjai, Langkat, Indonesia, 20 Maret 1946 pada umur 35 tahun).

Karya :

Boeah Rindoe (1937)

Njanji Soenji (1941).

Baca juga: Lakukan Penyemprotan Disinfektan di 34 Titik, Kaporestabes Medan Diapresiasi Walkot Bobby

Penghargaan :

Pada tahun 1969 dianugerahi Satya Lencana Kebudayaan dan Piagam Anugerah Seni.

Pada tahun 1975 ia dinyatakan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.

Sebuah taman dinamakan untuknya, Taman Amir Hamzah, yang berlokasi di Jakarta di dekat Monumen Nasional.

Sebuah masjid di Taman Ismail Marzuki yang dibuka untuk umum pada tahun 1977, juga dinamakan untuknya.

Beberapa jalan diberi nama untuk Amir.

(Wen/Tribun-Medan.com)
   

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved