Kesaksian Guru yang Tersesat Bersama 6 Siswa di Hutan Sibolangit: Kami Kedinginan Sampai Menggigil
Yansen mengakui, sebagian dari mereka agak ragu setelah mendengar peringatan dari pemilik warung. Namun mereka memutuskan melanjutkan perjalanan.
Laporan Wartawan Tribun Medan/Aqmarul Akhyar
TRIBUN-MEDAN.com - Basarnas Medan berhasil menyelamatkan tujuh orang wisatawan yang tersesat di Hutan Sibolangit, Seliserdang, Sabtu (15/5/2021) malam.
Tujuh orang pria yang tersesat ini tidak dapat menemukan jalan pulang setelah tamasya di Air Terjun Dua Warna.
Yansen, guru privat yang membawa enam muridnya tamasya mengatakan, di posko utama pengunjung, seorang perempuan yang berjualan mengatakan bahwa tempat itu ditutup dan tidak ada pemandu. Waktu itu masih sekitar pukul 10 pagi.
Perempuan itu tidak melarang mereka masuk, namun mengaku tidak bertanggungjawab jika terjadi hal tak diinginkan pada mereka.
"Ibu pemilik warung tempat kami parkir memang tak mengutip uang. Tapi, ibu itu hanya bilang sama kami, kalau ia tak bertangungjawab atas kejadian apapun jika kami tetap pergi ke Air Terjun Dwi Warna," katanya.
Yansen mengakui, sebagian dari mereka agak ragu setelah mendengar peringatan dari pemilik warung. Namun setelah berdiskusi, mereka memutuskan melanjutkan perjalanan tanpa pemandu.

Yansen mengaku beberapa kali berkunjung ke Air Terjun Dua Warna pada tahun 2010 dan tahun 2011. Enam muridnya tidak pernah sekalipun.
"Tetapi, kali ini aku heran, rutenya sudah berubah total. Bahkan, bebatuan yang dahulunya tersusun masih rapi sekarang sudah berserak serta ada bebatuan besar. Walaupun begitu, kami pun tetap lanjutkan perjalanan kami ke air terjun," katanya.
Setelah berjalan selama empat jam, sekitar pukul 15, mereka pun sampai di Air Terjun Dua Warna. Di sana tidak ada orang selain mereka.
Setelah bermain air dan berfoto-foto selama sekitar 30 menit, mereka pun pulang.
Yansen mengaku menempuh jalan yang sama saat hendak pulang. Namun, ia tidak menemukan sungai yang mereka lintasi saat mereka datang.
"Jadi ketika jalan pergi kita nemukan sungai, tetapi saat jalan pulang kami tidak temukan lagi," tuturnya.
Setelah istirahat dan diskusi untuk menemukan jalan keluar, mereka memutuskan untuk kembali lagi ke air terjun.
"Kami coba melanjutkan ke jalan yang setapak lagi. Anehnya, kami kembali lagi ke titik yang sama saat pertama nyasar. Jadi kami sempat diputar balik dua kali di tengah hutan sibolangit itu," katanya.
Seorang murid menyarankan untuk memakai Google Maps mencari jalan keluar. Meskipun jaringan internet tidak ada, tetapi ia dan enam muridnya berpatokkan pada arah panah yang ditunjukkan Google Maps.
"Jadi dengan Google Maps yang offline kami menerka-nerka sajasampai kami menemukan jurang dengan sungai yang dalam. Lalu kami ikuti bantaran sungai itu, terus dapatlah pinggiran sungai dengan debit air yang rendah," katanya.
Jadi, ia dan enam muridnya pun menyebrang sungai tersebut. Karena, dari petunjuk google maps, untuk jalan keluar harus menyeberangi sungai. Ketika, sampai di seberang sungai, mereka melintasi hutan untuk menemukan jalan keluar. Dalam perjalanan itu mereka sepakat untuk menjaga baterai handpone.
"jadi dua handphone untuk flash penerangan jalan dan satu handphone untuk jaga-jaga baterai. Kemudian, pukul 20.30 WIB kami memutuskan untuk istirahat di dalam hutan karena kondisi jalan yang tak memungkinkam untuk ditempuh," katanya.
Sekitar pukul 21.15 WIB, ponsel mereka menangkap jaringan telepon dan langsung mencari bantuan.
"Jadi aku bilang, kami sedang tersesat di Hutan Sibolangit, jadi enggak pulang hari ini. Saya juga suruh murid-murid tersebut untuk hubungi orangtuanya," ujarnya.
Saat menunggu pertolongan di hutan, mereka kehujanan selama sekitar satu jam. Ia dan muridnya kedinginan hingga menggigil.
Pukul 06.15 WIB , ia dan muridnya pun melanjutkan perjalanan hingga pakaian basah yang melekat pun mengering. Kemudian, pada pukul 08.00 WIB, ia mendengar suara teriakan. Ternyata, suara itu adalah suara salah satu personil Basarnas Medan.
"Jadi teriakan woy kedua kalinya, kami sambut dengan teriakan woy dan kami bilang kami di sini. Lalu kami pun dievakuasi oleh Rescuer Basarnas Medan untuk keluar dari hutan itu. Setelah satu jam kami bisa keluar dari hutan tersebut," katanya.
Yansen mengaku bersyukur dapat selamat bersama enam orang muridnya.
"Saya berpesan, kalau bisa mendaki atau menyelusuri hutan harus memakai pemandu dan bekal yang cukup," pungkasnya. (cr22/tribun-medan.com)