Kisah Mantan Pilot Israel

Kisah Yonathan Shapira, Eks Pilot Jet Tempur Ungkap Aib Israel, Ajari Anak Lempar Bom ke Palestina

Pria yang biasa dipanggil Shapira ini diberhentikan dari dinas kemiliteran Israel karena sikapnya yang menentang kebijakan Zionis Israel.

Ist/handout
Kisah Yonathan Shapira, Eks Pilot Jet Tempur Ungkap Aib Israel, Ajari Anak Lempar Bom ke Palestina 

Shapira mengatakan, apa yang dilakukannya merupakan keputusan yang tepat, sebab dia tak lagi menyaksikan dan terlibat dalam kejahatan-kejahatan perang.

Baca juga: Jihadis Palestina Pamerkan Roket Raksasa yang Siap Hancurkan Pertahanan Israel

Viral video seorang anak Palestina berusia 10 tahun menangis setelah rumahnya hancur akibat serangan Israel.
Viral video seorang anak Palestina berusia 10 tahun menangis setelah rumahnya hancur akibat serangan Israel. (kolase tangkap layar video Middle East Eye dan Al Jazeera)

Namun yang membuat dia kembali terpanggil untuk angkat bicara, adalah tindakan Israel yang mendoktrin dan mendidik lewat Pendidikan Militeristik Zionis yang sangat kuat.

Anak-anak tersebut sebenarnya tak tahu tentang apapun soal Israel, namun mereka didoktrin dan dilatih untuk menghabisi rakyat Palestina.

Setelah anak-anak itu besar dan kuat, maka mereka dikirim ke kawasan atau pusat kota Palestina.

"Mereka dikirim untuk melempar rudal dan Bom di pusat-pusat kota di Palestina," jelasnya.

Bahkan dia mengungkap tentang Hari Nikba pada 1948 dan penindasan yang sedang berlangsung terhadap warga Palestina.

3. Tindak Kriminal

Baca juga: PM Israel Pastikan Tidak Akan Berhenti Bom Jalur Gaza Palestina Meski Dikecam

Cara palestina melakukan perlawanan terhadap Israel.
Cara palestina melakukan perlawanan terhadap Israel. (Kolase/The Sun, Istimewa)

Diakui Shapira, ketika dia dan rekan-rekannya menentang dan menjelaskan kepada pihak Israel bahwa hal itu merupakan kejahatan perang, maka mereka kemudian dipecat.

"Pendudukan ini adlaah tindak kriminal yang sedang berlangsung dan kejahatan perang dan kami tidak ingin terus mengambil dalam kejahatan perang ini," jelasnya.

4. Sempat Tertekan dan Depresi

Diakui Shapira, dia bergabung dengan angkatan udara Israel sebagai pilot tempur dengan tujuan untuk membantu rakyat Israel dan hidup berdampingan dengan Palestina.

Namun, dalam perjalanannya, dia merasa seperti seoran teroris dan melakukan kejahan perang. Akibatnya Shapira sempat mengaku mengalami tekanan psikologis.

"Ini adalah psikologis dan sangat sulit, tetapi begitu anda menyadari bahwa anda adalah bagian dari oragnsiasi teroris, anda akan memahami bahwa anda harus mengatakan tidak, anda harus mengambil konsekuansi," jelasnya.

Baca juga: Delilah hingga Jericho 3, Rudal Israel yang Bisa Bikin Jutaan Warga Palestina Tewas

Perempuan Palestina duduk di belakang kereta saat terjadi bentrokan dengan tentara Israel di dekat Nahal Oz, Gaza, 10 Oktober 2015.
Perempuan Palestina duduk di belakang kereta saat terjadi bentrokan dengan tentara Israel di dekat Nahal Oz, Gaza, 10 Oktober 2015. (AFP PHOTO / MAHMUD HAMS)

5. Temui Ketenangan Setelah Tinggalkan Israel dan Bekerja di Norwegia

Diakui Shapira, dia memutuskan benar-benar meninggalkan negaranya sendiri Israel setelah keluar dari militer.

Halaman
123
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved