Intip Potret Suku Ngalum yang Tinggal di Pegunungan Bintang, Dituduh Jadi Mata-mata TNI
Suku Ngalum termasuk salah satu dari 7 suku yang bermukim di hutan wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang
TRIBUN-MEDAN.com - Suku Ngalum tinggal di wilayah Pegunungan Bintang, Papua. Di dalam hutan negeri atas awan Papua ini, Suku Ngalum dituding menjadi mata-mata TNI oleh KKB Ngalum Kupel pimpinan Lamek Taplo.
Suku Ngalum termasuk salah satu dari 7 suku yang bermukim di hutan wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang. Ada 6 suku lainnya yang berbagi ruang di Pegunungan Bintang, yaitu Suku Ketengban, Murop, Lepki, Arintap, Kimki, dan Yetfa.
Setiap suku memilki bahasa yang berbeda-beda. Semua suku itu sudah sekian lama mendiami wilayah sentral dataran tinggi pulau Papua.
Kehidupan suku Ngalum dan keenam suku lainnya itu telah lama menarik perhatian para peneliti arkeologi dan antropologi.
Terlebih lagi, posisi Pegunungan Bintang yang sulit dijangkau membuat penasaran para peneliti. Mereka tak hanya datang dari Jakarta atau Makassar, tetapi banyak pula peneliti asal Eropa.
Baca juga: Pentolan KKB Papua Lekagak Telenggen Kabur saat Markasnya Diserbu Pasukan TNI-Polri
Saat ini, Pegunungan Bintang menjadi wilayah administratif kabupaten dengan luas wilayah membentang 14.655,36 km2. Beribukota di Oksibil.
Dengan ketinggian itu, Pegunungan Bintang merupakan penghasil kopi terbaik di Papua.
Pegunungan Bintang merupakan negeri di atas awan. Suhu rata-rata berada di kisaran 15 derajat, membuat Oksibil selalu sejuk.
Andaikan wilayah itu mudah dijangkau, bisa saja Papua menjadi satu-satu provinsi di negeri tropis yang memiliki resor ski.
Sayang, Pegunungan Bintang sangat sulit dijangkau, hanya bisa ditempuh dengan pesawat kecil.
Baca juga: KKB Tebar Ancaman Jika PBB Acuhkan Permintaan Mereka: Seperti yang Telah Terjadi 60 Tahun!

Salah seorang peneliti antropologi Eropa yang beberapa kali datang ke Pegunungan Bintang adalah Wulf Schiefenhoevel. Peneliti dari Max Planck Institut Starnberg-Seewiesen, Jerman ini menyandang gelar profesor untuk antropologi medis dengan puluhan penelitian.
Wulf Schiefenhoevel pertama kali datang ke Pegunungan Bintang pada 1974. Ketika itu, Wulf bersama timnya mencapai sebuah lembah di pedalaman Papua yang kini dikenal sebagai Kabupaten Pegunungan Bintang.
Sebelumnya, Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha), pada akhir 1960 yang dipimpin Kapten Feisal Tanjung hanya menyebut Lembah X, untuk sebuah lembah di pertemuan tiga Sungai Eipo (Mek). Tiga sungai itu membentuk seperti huruf X, “Saya kasih nama Oksibil dari bahasa penduduk,” kata Schiefenhoevel.

Sementara nama Oksibil berasal dari bahasa Suku Ngalum, terdiri dari kata Ok yang artinya air. Oksibil berarti lokasi permukiman Suku Ngalum di tepi Sungai Sibil. Oksibil pun kini jadi ibu kota Pegunungan Bintang.
Lahir pada 1943, Wulf Schiefenhoevel pertama kali menjejakkan kakinya di Papua pada 4 Juli 1974.