Intip Potret Suku Ngalum yang Tinggal di Pegunungan Bintang, Dituduh Jadi Mata-mata TNI

Suku Ngalum termasuk salah satu dari 7 suku yang bermukim di hutan wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang

Dok Jubi
Intip Potret Suku Ngalum yang Tinggal di Pegunungan Bintang, Dituduh Jadi Mata-mata TNI 

Wulf mengenang, petualangannya di dalam belantara Pegunungan Bintang pada 1974-1976, didanai oleh Pemerintah Jerman.

Rombongan pertama yang dia pimpin merupakan penelitian besar dari proyek bertajuk “Mensch, Kultur und Umwelt in Zentralen Bergland von Irian Jaya (Manusia, Budaya dan Lingkungan di Pegunungan Sentral Irian Jaya)”.

Selama empat tahun meneliti, berbagai kebutuhan hidup dan peralatan penilitian diterjunkan dari udara, tiga atau empat kali selama dua tahun.

Pada 2018, Wulf Schiefenhoevel datang lagi. Tentu dengan suasana yang sudah jauh berubah. Ia bersama timpalannya, arkeolog asal Perancis Dr. Marian Vanhaeren.

Mereka berhasil membuktikan adanya aktivitas manusia prasejarah, berupa arang sisa pembakaran dan tulang hewan kecil sejenis marsupial di Gua Emok Tum, Kabupaten Pegunungan Bintang.

Baca juga: BERITA KKB PAPUA HARI INI - TNI Polri Identifikasi 9 Kelompok Teroris KKB, Jumlah 150, Pimpinan KKB

Di dalam hutan negeri atas awan Papua ini, Suku Ngalum dituding menjadi mata-mata TNI oleh KKB Ngalum Kupel pimpinan Lamek Taplo.
Dok. Jubi
Di dalam hutan negeri atas awan Papua ini, Suku Ngalum dituding menjadi mata-mata TNI oleh KKB Ngalum Kupel pimpinan Lamek Taplo.

Menurut Wulf Schiefenhovel, sisa arang bekas aktivitas manusia zaman dulu yang diperkirakan pada 2.140 tahun lalu.

“Sebenarnya kami kurang berkenan dengan penemuan ini, karena di salah satu tempat di Papua New Guinea (PNG) ada penemuan yang lebih lama yakni 8.000 tahun lalu. Tapi penemuan ini cukup membahagiakan bagi penduduk di Oksibil karena nenek moyang mereka telah mengenal api sebelum Tuhan Yesus lahir,” katanya.

Wulf dan Vanhaeren berharap, dapat menemukan goa dengan tanda-tanda kehidupan masa lampau yang lebih tua, “Orang Papua pertama tiba di Tanah Papua 40.000 atau 50.000 tahun yang lalu,” ujarnya.

Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto, mengatakan nenek moyang pertama Papua hanya mengenal budaya membuat api dan berburu. Hal ini menguatkan temuan Wulf dan rekannya itu.

Leluhur pertama Papua kemudian bercocok tanam keladi, pisang, buah merah, dan tebu. Mereka hanya mengolah bahan makanan dengan cara dibakar saja, sebelum mengenal manfaat babi, anjing, dan ayam.

Baca juga: BAKU TEMBAK di PAPUA, Anak Buah Teroris KKB Lekagak Telenggen Tewas Ditembak Satgas Nemangkawi

Di dalam hutan negeri atas awan Papua ini, Suku Ngalum dituding menjadi mata-mata TNI oleh KKB Ngalum Kupel pimpinan Lamek Taplo.
Dok. Jubi
Di dalam hutan negeri atas awan Papua ini, Suku Ngalum dituding menjadi mata-mata TNI oleh KKB Ngalum Kupel pimpinan Lamek Taplo.

“Ketiga binatang ini dibawa oleh nenek moyang Papua gelombang kedua. Nenek moyang gelombang kedua ini, disebut sebagai orang Austronesia. Orang Austronesia lebih banyak tinggal, bermukim dan menghuni di pesisir Papua dan pulau-pulau di lepas pantai Papua, mereka tidak bisa masuk ke pegunungan tengah Papua,” katanya.

Sementara itu, Imanuel H. Mimin, pemuda asal Pegunungan Bintang bercerita tentang Suku Ngalum

Kata Imanuel, mitos penamaan suku Ngalum Ok mempunyai arti yang luas, namun terlepas dari kata Ok arti dari kata Ngalum adalah penyebutan masyarakat setempat untuk menyebut sesama mereka yang tempat tinggalnya ke arah bagian timur melewati batas wilayah negara Indonesia sampai di Telefomin Papua Nugini.

Contohnya, orang Oksob dan Oksibil menyebut orang Okbibab adalah orang Ngalum. Orang Okbibab menyebut orang Kiwirok adalah orang Ngalum danseterusnya menuju ke arah timur Pegunungan Bintang sampai di Telefomin.

Penyebutan ke bagian timur, jika dilihat dari peta Pegunungan Bintang atau peta pulau Papua secara keseluruhan, penyebutan suku ini (Ngalum) mulai dari bawah kaki gunung Aplim-Apom (Puncak Mandala), terus ke arah timur sampai di Telefomin (Papua Nugini).

Sumber: Grid.ID
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved