TRIBUNWIKI

4 Sosok Hantu Yang Ditakuti Masyarakat Karo, Penjaga Kebun Hingga Hutan

Konon, tidak jarang anak-anak hingga orang dewasa kerap melihat tiba-tiba sosok ini, di beberapa tempat.

Editor: Ayu Prasandi
capture
hantu fzs 

Begu Juma atau dalam bahasa Indonesia Hantu Ladang yakni sosok hantu yang dipercaya menghuni ladang (kebun) milik masyarakat suku Karo.

Begu Juma terbilang cukup ditakuti oleh masyarakat Karo. Meski demikian, hantu yang satu ini juga dikenal mempunyai perilaku yang lucu. 

Konon Begu Juma adalah roh leluhur si pemilik ladang, yang tetap melakukan aktivitas layaknya saat ia masih hidup.

Namun, karena sudah memiliki dunia yang berbeda dengan manusia, hantu ini tak lagi mengenal anak cucunya sehingga tak pandang bulu dalam mengganggu. Konon ia akan menetap di ladang milik keluarganya.

Uniknya, Begu Juma juga dikenal sebagai hantu yang mau menyelesaikan pekerjaan ladang yang belum diselesaikan pemiliknya. 

Mereka diyakini akan menyelesaikan pekerjaan yang masih belum diselesaikan oleh si pemilik ladang. 

Namun, masyarakat Karo bukannya memanfaatkan "kebaikan" makhluk tersebut melainkan segera menyelesaikan semua pekerjaan supaya tak dikerjakan oleh hantu ini.

Diceritakan dari mulut ke mulut, konon Begu Juma akan memunculkan dirinya di hadapan orang-orang yang masih terus bekerja di ladang di saat matahari sudah terbenam.

Baca juga: Pendeta yang Cabuli 6 Anak Dibela Sesama Pendeta, Pengacara: Benar Salah Kewenangan Hakim

3. Nini Kerangen 

Nini Kerangen atau sering disebut penunggu hutan, adalah sosok mitologi yang juga cukup ditakuti oleh masyarakat Karo. Dalam bahasa Indonesia Nini artinya Nenek maka Nini Kerangen adalah sosok nenek-nenek penjaga hutan. 

Konon Nini Kerangen ini akan memunculkan diri jika seseorang melakukan perbuatan yang buruk di hutan, seperti buang air sembarangan, membuang sampah, berbicara kasar, dan perbuatan lainnya.

Konon orang bisa tersesat di hutan selama berhari-hari karena dihukum oleh Nini Kerangen. 

Bagi orang yang dimurkainya akan dibuat tersesat tanpa arah dnegan cara terus-terusan menahan orang tersebut dengan terus mengembalikannya ke tempat semula, sekeras apa pun usahanya keluar meninggalkan hutan tersebut. 

Akibatnya orang tersebut tak akan bisa keluar dari hutan, kecuali ia menyadari kesalahannya dan memohon maaf dengan tulus.

Baca juga: Stephanie Santira Pandia, Dokter Gigi Yang Jatuh Hati Dengan Dunia Jurnalis

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved