Kedai Tok Awang
Masih Terkenang Gol Van Basten
Sejak Euro 1988 Belanda tidak pernah lagi sampai di titik yang sama. Pun saat mereka didapuk sebagai tuan rumah bersama Belgia di tahun 2000.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
SEMBILAN menit pascaturun minum, Andri van Tiggelen memutus alur serangan Uni Soviet. Namun dia tidak langsung mengumpan. Dari tengah lapangan van Tiggelen menggiring bola mendekati kotak 16. Sementara pemain-pemain belakang Soviet tertarik ke tengah, di sayap kiri, gelandang Arnold Muhren berlari melebar mengisi ruang kosong yang cukup lapang. Van Tiggelen melihat pergerakan ini dan mengirimkan umpan datar. Muhren, tanpa mengontrol bola, langsung melepas umpan lambung silang.
Ruud Gullit berlari menusuk ke jantung pertahanan Soviet, tetapi bola melesat agak terlalu jauh ke sisi kiri. Jauh dari jangkauan Gullit.
Bola mendekati Marco van Basten. Namun pemain-pemain belakang Soviet tidak banyak bereaksi. Hanya satu orang yang mendekat berupaya membayang-bayangi Basten. Selebihnya menjaga ruang. Apa boleh buat. Dalam teori sepak bola mana pun, opsi paling baik bagi pemain belakang dalam situasi begini adalah menjaga zona. Sebab pemain yang menerima bola, setelah melakukan kontrol, lazimnya akan mencari ruang untuk mengirim bola ke pemain lain yang berdiri lebih bebas.
Maka memang pada akhirnya yang membuncah adalah keheranan. Bahkan ketakjuban. Van Basten mengangkangi teori. Ia tidak mengontrol bola. Ia justru menyambut bola dengan tendangan kaki kanan yang tidak hanya keras tetapi juga sangat jitu. Bola melesat dengan gerakan parabolik dan bersarang tanpa sedikit pun dapat dijangkau oleh kiper Soviet.
"Bagiku saya itu salah satu gol terbaik sepanjang sejarah sepak bola. Hampir setara gol kedua Maradona ke gawang Inggris di Piala Dunia 1986," kata Lek Tuman.

"Awak sempat juga nengok van Basten ini di akhir-akhir kariernya di AC Milan. Memang keren kali. Sayangnya, setelah Basten, sampai sekarang tidak ada lagi pemain Belanda yang setara sama dia," ujar Sangkot.
Kalimat Sangkot agaknya tak disepakati Jek Buntal. Sembari menjalankan buah-buah halma yang dimainkannya bersama Tok Awang dan Wak Razoki, Jek menyebutkan sejumlah nama. Menurut dia, pemain-pemain ini punya kualitas teknis yang setara dengan Marco van Basten.
"Dennis Bergkamp, Patrick Kluivert, Ruud van Nistelrooy, atau Robin van Persie. Kalok bicara skill boleh diadu dengan siapa saja. Top! Nomor satu."
Sangkot mengangguk. "Betul, Ketua. Pemain-pemain yang ketua sebut itu memang enggak kalah jago. Hanya saja masalahnya, mereka tidak punya pemain-pemain pendukung yang membuat skill hebat itu dapat dikonversi maksimal," sebutnya.
Ocik Nensi yang sedang menonton sinetron lepas berjudul 'Kelakuan Pacar Ibu Membuatku Dendam pada Laki-laki', menyahuti Sangkot. "Aihjang, terpelajar kali bahasa kau, Kot. Sering nonton TikTok juga kau, ya?"
"Enggak, Cik. Awak nonton Dinar Candy di YouTube."
"Siapa dia itu?"
"Motivator, Cik. Paten kali. Inspiratif."
"O, kayak Mario Teguh."
Ocik Nensi mengalihkan kembali pandangannya ke layar kaca. Satu tokoh cerita disenggol motor dan dibawa ke rumah sakit dan dokter yang wajahnya sungguh familiar lantaran juga selalu muncul di sinetron-sinetron lain, meminta maaf pada tokoh utama cerita bahwa yang bersangkutan tidak dapat diselamatkan. Dokter itu kemudian mengingatkan soal administrasi lalu pergi meninggalkan tokoh utama cerita yang tengah menangis sesenggukan.