Kisah Hancurnya Bisnis Konglomerat Indonesia dengan Ipar Soeharto Cuma Karena Sebatang Rokok

Berawal ketika Soeharto ingin menghidupkan kembali sebuah perusahaan dagang milik yayasan Soeharto, PT Hanurata, pada 1967.

Arsip RI
Soeharto - Kisah Hancurnya Bisnis Konglomerat Indonesia dengan Ipar Soeharto Cuma Karena Sebatang Rokok 

“Om Liem yang mengemukakan kepada Pak Harto. Suasananya tidak bagus, saya juga tersinggung. Aturan-aturannya terlalu aristokratis,” ujar Sudwikatmono.

Ketika Liem meninggalkan Hanurata, sebagian staf senior juga memutuskan untuk tidak bertahan lagi di perusahaan.

Mereka mengajukann surat pengunduran diri ramai-ramai. Widojo sadar dia tidak mampu menjalankan perusahaan sendirian.

Akhirnya ia menulis surat kepada Liem, menyatakan mengembalikan perusahaan.

Soeharto kemudian turun tangan untuk menyelamatkan perusahaan, dengan memasukkan saudara tirinya, Probosutedjo, dan sejumlah perwira TNI.

Beberapa tahun kemudian Soeharto menunjuk menantunya, Indra Rukmana (suami Mbak Tutut) menjadi anggota dewan direksi.

Namun, PT Hanurata tidak pernah menjadi cerita sukses.

Gaji Rp 1 juta per bulan

Bagaimana Sudwikatmono bisa masuk dalam lingkaran bisnis Liem Sioe Liong? Pada 1967, Soeharto meminta sepupunya itu ke rumahnya di Jalan Haji Agus Salim, Jakarta. “Ia mengatakan sedang menungngu tamu pukul 17.00, dan ingin agar saya menemaninya. Saya mencatat nama tamu itu: Liem Sioe Liong,” kenang Soedwikatmono.

Pada pukul 16.45 Liem datang menumpang VW Beetle.

“Saya memandangnya dan berkata dalam hati, jadi ini orang yang mereka sebut cukong, wah kelihatan sekali. Dia botak, perutnya buncit, dan bicaranya sangat percaya diri. Oh dia pemberani,” ucap Dwi, panggilan akrab, Sudwikatmono.

Ketika Sudwikatmono menyambut, Om Liem sempat bertanya dari mana ia tahu namanya.

Rupanya Liem lupa bahwa Dwi pernah bertemu sebelumnya.

Pertemuan Soeharto dan Liem berlangsung sekira satu jam. Ketika meninggalkan rumah Soeharto, Liem memberi kartu nama kepada Dwi dan meminta agar datang menemui dirinya esok hari pukul 10.00.

Keesokan harinya Sudwikatmono datang ke kantor Liem, Bank Central Asia (BCA), di kawasan Jl Asemka, Jakarta.

Dalam kesempatan itu Liem mengajak Soedwikatmono bergabung, atas usulan Soeharto.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved