Potensi Ekspor Kubis Menjanjikan, Jajaki Pasar Timur Tengah

Susi memiliki target dapat mengekspor kubis dan kentang ke wilayah Timur Tengah karena memiliki pangsa pasar yang lebih meluas

Editor: Eti Wahyuni
Tribun Medan
Pelepasan ekspor sayuran kubis milik PT Juma Berlian Exim yang dihadiri Gubernur Edy Rahmayadi beberapa waktu lalu. Kubis atau disebut juga kol, menjadi salah satu produk holtikultura yang telah merambah pasar ekspor. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Kubis atau disebut juga kol, menjadi salah satu produk holtikultura yang telah merambah pasar ekspor. Susi Ginting, pengelola PT Juma Berlian Exim di Desa Lambar, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo sejak tahun 2012, adalah salah satu eksportir untuk jenis sayuran tersebut. Susi menyebutkan, kol menjadi potensi ekspor yang menjanjikan.

"Kalau kol akan tetap terus menjanjikan. Kemarin saya sempat mengobrol dengan Dinas Pertanian Tanah Karo dan Pemerintah Tanah Karo. Saya minta atensi mereka terhadap pertanian. Saya bilang kita tidak bisa janjikan harga tinggi ke masyarakat tapi kita bisa melihat bagaimana meminimalisir cost. Kita bukan fokus ke harga tinggi, tapi petani harus fokus kepada margin yang didapat," jelas Susi.

Baca juga: Sangat Berlimpah di Kita, ternyata Sayur Kol (Kubis) dan Mentimun Sangat Efektif Melawan COVID-19

Susi menjelaskan, bahwa permasalahan kol di kalangan petani adalah penanganan hama. Untuk itu, Susi berharap agar pihak pemerintah terkait dapat saling bersinergi agar dapat menghasilkan produk unggul agar dapat bersaing dengan kompetitor.

"Kalau tumbuhan kol ini biasanya masalahnya mengenai pestisida. Kol ini rentan terkena ulat, mungkin penanganan yang seperti ini yang harus lebih fokus. Bagaimana kualitas meningkat dan cost diminimalisir. Jadi untuk masuk ke pasar Timur Tengah dan bersaing dengan kompetitor itu enak," kata Susi.

Untuk tahun ini, Susi memiliki target dapat mengekspor kubis dan kentang ke wilayah Timur Tengah karena memiliki pangsa pasar yang lebih meluas.

"Kalau saya ingin ke Abu Dhabi karena masalah harga dan juga pangsa pasarnya lebih banyak. Kalau ke sana goalnya saya nggak hanya kol tapi juga kentang. Karena kentang kan sudah mulai diprepare untuk jadi kripik kentang. Kemarin saya sudah nerima permintaan, ini lagi prepare untuk pembenahan mulai dari benih. Jadi kita produksi sendiri benih kentangnya. Kita kerjasama dengan kelompok tani dan kita akan beli sesuai harga pasar yang berlaku dengan bibit unggul dari kita," jelasnya.

Susi menjabarkan, ia merintis bisnis ekspor ini dari orangtuanya. "Kalau perusahaan saya sendiri itu mulai bergerak tahun 2012. Kebetulan orangtua saya juga menjadi eksportir pertama di Karo UD Karona, namun tahun 2000 sempat stop ekspor. Waktu saya selesai studim lalu saya rintis kembali," ungkap Susi, Selasa (22/6/2021).

Dijelaskan Susi, orangtuanya dulu fokus pada pasar tradisional, melalui perusahaan miliknya, kini Susi fokus memasok barang untuk sektor perusahaan.

PT Juma Berlian Exim kini sudah mengirimkan kubis di beberapa negara di Asia, diantaranya Malaysia, Taiwan, Korea Selatan, dan sempat ke Brunei Darussalam namun tak memperpanjang kontrak lagi semasa pandemi.
"Saya sekarang ini banyak ke Malaysia. Kita pasok ke Giant di Malaysia. Untuk satu minggu itu ke Malaysia kita kirim 2 kontainer jadi ada sekitar 52 ton hanya ke Malaysia saja," ujarnya.

Berdasarkan penuturan Susi, untuk tahun ini belum ada perpanjangan kontrak ke Taiwan dan Korea, lantaran belum ada kecocokan nilai kontrak.

"Saingan kita untuk memasok Taiwan dan Korea kan China, jadi mungkin harganya kita belum masuk," ujarnya.
Bergerak dalam bidang ekspor, Susi menuturkan bahwa untuk tahun ini lebih baik dibanding tahun lalu yang sempat hanya mengirim satu kontainer ke Malaysia.

"Kita tampung dari petani setempat. Jadi tahun ini memang lebih baik dari tahun lalu ya karena pandemi salah satu faktornya. Kalau tahun lalu saya hanya supply ke Kuala Lumpur dan itu hanya 1 kontainer atau 26 ton per minggu," jelasnya.

Padahal sebelum pandemi, selain Malaysia, Korea Selatan menjadi buyer tertinggi bisa mencapai 3-4 kontainer atau 104 ton per minggu. Namun, setelah dihantam pandemi, saat ini PT Juma Berlian Exim masih memasok kubis ke Malaysia.

Bertahun-tahun menjalani bisnis ekspor kubis, Susi dapat berpenghasilan hingga ratusan juga tiap bulannya.
"Saya paling ambil untung Rp 200-Rp 300 saja per kilo. Hanya untuk operasional kantor saja kalau saya pribadi. Biasanya kami ambil itu sudah harga tinggi ke pengepul. Yang penting bisa jalan," ucapnya.

Walaupun tak mengambil untung besar, Ia selalu menjaga kualitas produknya. Dan untuk hasil unggul produk kubis miliknya, ia menggunakan kubis jenis GreeNova.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved