Mardi Lestari, Manusia Tercepat di Asia Asal Binjai yang Kini Berjuang Melawan Komplikasi Penyakit

Afdiharto Mardi Lestari, mantan atlet atletik yang membawa nama harum Indonesia di kancah internasional, sekarang banyak berdiam diri di rumahnya.

TRIBUN MEDAN/HO
Mantan atlet lari jarak pendek, Mardi Lestari (kanan) berjuang melawan komplikasi penyakit. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Afdiharto Mardi Lestari, mantan atlet atletik yang membawa nama harum Indonesia di kancah internasional, sekarang banyak berdiam diri di rumahnya.

Jangankan berlari, jalan pun pria yang akrab disapa Mardi ini harus tertatih. Itu dikarenakan riwayat komplikasi penyakit yang ia derita. Mulai dari kelenjar getah bening, gangguan hati sampai ke ginjal yang memaksanya untuk lebih banyak berdiam diri di rumahnya yang berada di Jalan Jaya Wijaya, Binjai Selatan.

Namun, sprinter yang menembus Olmpiade babak semifinal di Seoul 1988 lalu ini tidak pasrah dan mengalah dengan penyakit yang ia alami.

"Saya akan semangat berjuang melawan penyakit sama seperti saat saya berjuang untuk meraih kejayaan di kancah internasional, dulu," kata atlet berusia 53 tahun itu, Sabtu (10/7/2021).

Mardi pun menceritakan kisahnya saat memulai karir sampai kepada puncak keemasan dirinya sebagai atlet lari jarak dekat.

Sebagai anak dari latar belakan keluarga ekonomi yang serba pas-pasan, Mardi dulunya tidak banyak meminta dan terlalu berharap kepada kedua orangtuanya.

Beruntung kepiawaiannya berlari sering membawanya menjuarai sejumlah kejuaraan di kampung. Apalagi saat 17 Agustus. Tanggal itu begitu istimewa baginya. Sejumlah hadiah dan piala dibawa pulang ke rumah. Abang kandungnya, M Nurli, yang mendorongnya menjadi pelari top.

Sebagai guru olahraga di sekolah yang sama di tempat Mardi mengenyam pendidikan, Nurli kerap melatihnya. Mardi memulai dengan alat seadanya dan gang di depan rumah dijadikan sebagai trek latihan.

Hingga akhirnya, Mardi berkesempatan mengikuti kejuaraan antar pelajar tingkat nasional pada 1986 atau tepat saat awal karirnya melejit.

Sebagai pelari pemula bakatnya pun tercium oleh pelatih nasional. Dirinya di tempah di Jakarta dan berhasil membawa sejumlah prestasi.

"Saya lama di Jakarta. Di sana saya dilatih dan terus dilatih. Dari awalnya meraih Perak di SEA Games Jakarta pada 1987, lalu meraih dua emas di PON XII (1989) untuk cabor lari 100 M dan 200 M dan satu emas pada PON XIII (1993) untuk cabor lari 100 M ," terangnya.

Ia pun mengaku mendapat julukan manusia tercepat di Asia ia dapat saat melahap lintasan lari 100 M saat PON 1989 silam.

Mardi meraih Emas PON 100 M dengan catatan waktu 10,20 detik yang sekaligus memecahkan Rekor Asia atas nama Li Tao (RRC) 10,26 detik. Bahkan, sampai saat ini rekor PON itu belum mampu dipecahkan atlet sprinter manapun.

Prestasi yang tidak kalah fenomenal yakni saat dirinya bertanding dalam perhelatan Olimpiade 1988 di Seoul. Saat itu Mardi mencatat waktu 10,32 Detik yang sekaligus memecahkan Rekor Nasional atas nama Purnomo 10,33 Detik.

Lewat kerja keras dan keyakinan juga, sprinter kebanggan Sumut ini bahkan berhasil menembus babak semifinal di Seoul 1988 lalu.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved