Kisah Sintong Panjaitan Dikepung Sendirian di Pedalaman Papua, Dilempar Daging Babi oleh Kepala Suku

Putra kelahiran Tarutung, Sumatera Utara pada 4 September 1940 ini, terjun ke hutan Papua bersama timnya. Namun, Sintong Panjaitan malah terpisah. I

Editor: Juang Naibaho
Kolase kopassus.mil.id dan IST Tribun Medan
Sintong Panjaitan punya pengalaman unik ketika mengemban misi penjelajahan hutan Papua, tepatnya lereng utara pegunungan Jayawijaya. 

TRIBUN MEDAN.com - Letnan Jenderal TNI (Purn) Sintong Panjaitan termasuk prajurit TNI yang banyak mengemban misi selama aktif bertugas di militer.

Selain misi legendaris saat operasi pembebasan pesawat Woyla, Sintong Panjaitan juga punya pengalaman unik. Yakni ketika mengemban misi penjelajahan hutan Papua, tepatnya lereng utara pegunungan Jayawijaya.

Saat itu, Sintong Panjaitan masih menjadi prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dengan pangkat Letnan Satu (Lettu).

Putra kelahiran Tarutung, Sumatera Utara pada 4 September 1940 ini, terjun ke hutan Papua bersama timnya.

Namun, Sintong Panjaitan malah terpisah. Ia sendirian dan dikepung oleh suku pedalaman Papua.

Anggota suku pedalaman Papua sudah menghunus tombak, panah, dan senjata tajam lainnya untuk menghabisi Sintong Panjaitan yang menjadi tamu tak diundang di kampung tersebut.

Beruntung, Sintong Panjaitan tak langsung melepaskan peluru dari senjata AK-47 yang ia pegang.

Ia menerka-nerka kemauan masyarakat suku pedalaman tersebut dan mengikutinya. Akhirnya, Sintong Panjaitan pun dianggap sebagai tamu di komunitas tersebut.

Baca juga: Biodata - Profil Putra Tarutung Sintong Panjaitan di Kopassus Sudah Gempur KKB Papua Sejak 1967

Kisah Sintong Panjaitan berawal pada 5 Mei 1969, saat dibentuk sebuah tim misi penjelajahan hutan Papua.

Tim terdiri dari 7 anggota Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD/Kopassus) ditambah 5 anggota Kodam XVII/Cenderawasih dan 3 warga asing dari televisi NBC. Ikut pula wartawan perang TVRI Hendro Subroto.

Tim ekspedisi itu dipimpin oleh Kapten Feisal Tanjung sebagai Komandan Tim dan Lettu Sintong Panjaitan sebagai Perwira Operasi.

Sasaran dari ekspedisi itu dinamai Lembah X yang berada di lereng utara pegunungan Jayawijaya.

Disebut Lembah X karena memang belum pernah terjamah dan tentunya liar.

Sintong Panjaitan
Sintong Panjaitan (ISTIMEWA)

Berdasarkan gambar hasil pantauan udara sebelumnya, di sekitar lembah ada sebuah desa yang dihuni oleh suku pedalaman yang belum diketahui kebiasaan maupun adat istiadatnya.

Mengingat hal itu, Pangdam Cenderawasih Brigjen TNI Sarwo Edhie Wibowo berpesan agar tim siap untuk hadapi situasi terburuk.

Sebagai langkah antisipasi, Sintong Panjaitan dan teman-temannya dibekali senapan serbu AK-47 untuk menjaga diri dari kemungkinan terburuk.

Tim tersebut akan diterjunkan menggunakan pesawat C-47 Dakota.

Lokasi penerjunan ditentukan sebanyak 3 Stick, di mana salah satu tim akan terjun di padang ilalang yang diperkirakan dihuni oleh suku terasing pemakan manusia.

Dikutip dari buku Sintong Panjaitan : Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, penerjunan dilakukan pada 2 Oktober 1969.

Cuaca di area Drop Zone bisa dibilang cerah. Tim Sintong Panjaitan berhasil terjun dengan selamat walaupun lokasi mereka terpencar-pencar.

Namun, nasib apes dialami oleh Lettu Sintong Panjaitan.

Ia yang harusnya mendarat di padang ilalang malah nyusruk tepat ke tengah kampung suku pedalaman.

Baca juga: Kisah Benny Moerdani Gagalkan Penculikan AH Nasution, Pernah Juga Tangkap Danjen Kopassus Ini

Baca juga: Cerita Pramugari Cantik Hartini, Mau Dipacari Prajurit Kopassus Romantis tapi Kaku

Sontak saja, warga suku pedalaman dengan mengenakan koteka langsung mengepung Sintong Panjaitan.

Warga suku pedalaman juga menghunus tombak, mengacungkan panah dan kapak ke arah Sintong Panjaitan.

"Snai'e snai'e" teriak orang-orang suku pedalaman kepada Sintong Panjaitan.

Meski tak tahu maksud kata-kata itu, namun Sintong Panjaitan merasa yakin bahwa warga suku pedalaman itu sedang marah.

Secara reflek Sintong Panjaitan langsung mengambil AK-47.

Namun sial, magasin peluru senapannya rupanya terjatuh di dekat orang-orang suku yang telah mengepungnya.

Untungnya ada salah satu dari mereka yang melemparkan magasin itu ke arah Sintong Panjaitan dengan maksud untuk melukainya.

Cepat-cepat Sintong Panjaitan memasang magasin, mengokang senapan dan siap menembak.

Namun, tiba-tiba dia teringat ucapan dari kru televisi NBC, jika sudah menemui anggota suku pedalaman angkat kedua tangan ke atas sambil tersenyum.

Sintong Panjaitan urung menembak, dan memutuskan untuk mengikuti saran tersebut.

Baca juga: Pimpin Langsung Penumpasan PKI, Letjen Purn Sintong Panjaitan Angkat Bicara soal Kebangkitan PKI

Keputusan itu ternyata tepat. Tiba-tiba muncul seorang kepala suku dan melemparkan daging babi berlemak kepada Sintong.

Sintong sempat bingung dengan pemberian kepala suku itu.

Ia pun mengikuti instingnya untuk melahap daging babi tersebut.

Begitu makanan itu habis, orang-orang suku berteriak girang.

Rupanya pemberian daging babi oleh kepala suku tadi merupakan tradisi suku setempat yang bermakna tamu yang harus disambut.

Selamatlah nyawa Sintong dari kepungan suku pedalaman Papua.

(tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved