Kritik Lewat Mural
Setelah Viral Mural Jokowi: 404 Not Found, Kini Muncul Lagi Mural Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit
Mural Jokowi: 404 Not Found bikin heboh jagat dunia maya. Belakangan mural itu malah dihapus oleh petugas dengan alasan penghinaan
TRIBUN-MEDAN.COM,-Mural yang menggambarkan Presiden RI Joko Widodo viral di media sosial.
Mural itu terpampang di tembok kawasan Batuceper, Tangerang, Banten.
Adapun mural tersebut turut dibubuhi tulisan Jokowi: 404 Not Found.
Belakangan, mural yang dinilai sebagian orang sebagai bentuk kritik terhadap pemimpin negara itu dihapus.
Alasannya pun karena dianggap menghina simbol negara.
Kendati demikian, muncul lagi mural lain yang tak kalah mencuri perhatian.
Mural itu bertuliskan "Dipaksa Sehat di Negara Yang Sakit"
Mural tersebut berada di Pasuruan.
Para pembuat mural tersebut sedang dicari dan akan dimintai keterangan oleh pihak Kepolisian.
1. Mural Jokowi 404: Not Found
Sebuah mural yang menggambarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sedang jadi perhatian masyarakat.
Pasalnya, ada sematan kalimat 404: Not Found yang tertulis di ilustrasi Presiden Jokowi.
Polisi pun turun tangan menangani hal tersebut.
Mural itu terpampang jelas di Jalan Pembangunan 1, Batujaya, Batu ceper, Kota Tangerang.
Baca juga: Andi Firman, Pelukis Mural Disabilitas Asal Medan, Hasilkan Ratusan Mural di Tengah Keterbatasan
Warga yang pertama menemukan mural itu kemudian melapor pada lurah setempat.
"Kita ada yang melaporkan, warga. Kita enggak tahu kapan itu dibuatnya, sekitar jam 10.30 WIB Kamis katanya ada gambar itu, kita lihat," kata Jamaludin, Lurah Batujaya, Sabtu (14/8/2021).
Seniman Diburu Polisi, Mural Dihapus
Kini polisi tengah memburu seniman yang membuat gambar mural tersebut.
Awalnya, mural tersebut diketahui oleh warga sekira pukul 10.30 WIB.
Lurah Batujaya, Jamaludin, mengatakan setelah warga memberikan kesaksian, dirinya melapor kepada pihak Kecamatan, kepolisian, dan TNI.
Baca juga: Berita Foto: Warga Menggambar Mural Edukasi Amankan Listrik Disaat Banjir di Kampung Sejahtera
Kasubag Humas Polres Metro Tangerang Kota, Kompol Abdul Rachim, mengatakan setelah adanya pelaporan tersebut, kini mural dihapus.
Tepatnya, ditindih menggunakan cat hitam.
Tidak hanya itu, dirinya juga mengatakan saat ini tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut dan memburu seniman yang membuat mural Jokowi 404: Not Found.
Dianggap Melecehkan Lambang Negara
Kasubag Humas Polres Metro Tangerang Kota, Kompol Abdul Rachim, mengatakan bahwa Presiden Jokowi merupakan lambang negara dan harus dihormati.
Penyelidikan terhadap sosok seniman mural itu dilakukan lantaran karyanya dianggap melecehkan lambang negara dan tidak berjiwa nasionalis.
"Presiden itu Panglima Tertinggi TNI-Polri, itu lambang negara. Kalau kita sebagai orang Indonesia mau pimpinan negara digituin. Jangan dari sisi yang lain kalau orang punya jiwa nasionalis," terang Rachim.
Baca juga: Rawan Begal dan Kumuh, Kanal Titi Kuning Direvitalisasi Lewat Mural dan Penerangan Jalan
Trending di Twitter
Kejadian penemuan mural Jokowi tersebut meramaikan sosial media twitter.
Bahkan terpantau pada Minggu pagi (15/8/2021), tagar #Jokowi404NotFound masuk dalam daftar trending.
Tagar tersebut pun diramaikan 17 Ribu cuitan warganet.
2. Mural Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit
Sebuah mural di sudut jalan di Bangil, kabupaten Pasuruan, mendadak dihapus.
Penghapusan mural bertuliskan "Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit" ini pun menjadi viral di media sosial.
Mural di sebuah tembok bangunan yang tidak digunakan ini dihapus oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan.
Sebelumnya, mural ini menjadi perhatian karena lokasinya strategis di dekat rel Stasiun Kereta Api (KA) Bangil.
Camat Bangil, Komari, saat dihubungi mengakui penghapusan gambar mural tersebut.
Baca juga: Rusak Lukisan Mural Ajakan Prokes, Satgas Covid-19 Kota Medan: Masyarakat Harusnya Menjaga
"Iya memang benar kami yang menghapus," kata Camat saat dihubungi melalui selulernya, Kamis (12/8/2021).
Dia mengatakan, penghapusan mural ini atas perintah pimpinan.
"Saya dihubungi Satpol PP dan diminta untuk menghapus mural tersebut," jelasnya.
Mural di Kecamatan Bangli, Kabupaten Pasuruan, sebelum dan sesudah dihapus. Mural ini dihapus oleh masyarakat setempat karena dianggap tidak pantas
Komari menyebut, satu di antara alasan perintah untuk menghapus mural itu karena dianggap kurang pantas.
Ia menyebut, bukan gambar muralnya yang dianggap kurang pantas, tapi tulisan yang ada di dalam mural itu tidak etis.
"Yang membaca mural itu kan orang banyak. Khawatirnya penafsirannya macam - macam," tandasnya.
Baca juga: Seniman Mural Ajak Warga Medan Berdisiplin
Direktur Pusat Studi Advokasi dan Kebijakan (PUSAKA) Lujeng Sudarto menyebut pejabat yang menghapus mural itu pongah.
Menurutnya, penghapusan mural ini menjadi bukti bahwa mereka tidak bisa menerima critical thinking yang disampaikan melalui ekspresi berupa mural.
"Saya kira, tidak seharusnya kritik yang disampaikan melalui gambar berestetika itu dihapus. Critical thinking juga butuh estetika. Pejabat jangan berpikir gersang," tandas dia.
Mural Dihapus
Kasatpol PP Kabupaten Pasuruan, Bakti Jati Permana mengatakan penghapusan mural tersebut dilakukan 2 hari lalu oleh pemerintah di tingkat kecamatan.
Bakti mengaku tak tahu kapan dan oleh siapa mural itu dibuat.
"Tidak tahu kapan dibuat. Tahu-tahu sudah ada laporan. Karena terus-terusan ada laporan, akhirnya saya sampaikan kepada pak camat untuk ditertibkan," kata Bakti seperti dikutip dari Kompas.com.
Dia berdalih, penghapusan mural dilakukan sesuai dengan Perda Kabupaten Pasuruan nomor 2 tahun 2017 tentang Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat.
Dalam pasal 19 di Perda tersebut, tercantum larangan mencoret dinding atau tembok sarana umum.
"Itu dikategorikan sarana umum karena pinggir jalan persis itu kan. Dan dilihat oleh umum," ujarya.
Mural menempel di sebuah bangunan di sudut Kota Bangli Pasuruan dihapus karena dianggap kurang pantas.
Dia juga menyebut, tulisan mural tersebut dinilai provokatif.
"Nadanya kalau kami mengartikannya dapat dikatakan kritis. Cuma kan multi tafsir. Kalau kami mengartikan provokasi juga, menghasut lah. Sekarang kalau misalnya bahasanya Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit, apakah memang negara kita sakit? kan jadi pertanyaan juga," imbuhnya.
Pemilik Rumah Kosong dan Pembuat Mural Dicari
Bakti menyebut, sampai saat ini Satpol PP Kabupaten Pasuruan masih mencari pemilik rumah kosong yang temboknya digambari mural tersebut.
Selain itu mereka juga mencari pembuat mural tersebut untuk melakukan klarifikasi.
"Sebenarnya saya ingin klarifikasi juga kepada pemural dan kepada pemilik rumah. Itu ceritanya bagaimana kok sampai ada mural seperti itu," pungkasnya.
(tribun network/thf/Tribunnews.com/Surya)
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Geger Temuan Mural Jokowi:404: Not Found, di Pasuruan Ada Mural Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/mural-dipaksa-sehat-di-negeri-yang-sakit.jpg)