Sosok Fauzan Azima Mantan Panglima GAM, Begini Kabarnya Setelah 16 Tahun Damai
Inilah sosok Fauzan Azima, mantan Petinggi GAM di Aceh. Begini kabarnya sekerang setelah 16 tahun damai.
TRIBUN-MEDAN.com - Inilah sosok Fauzan Azima, mantan Petinggi GAM di Aceh. Begini kabarnya sekerang setelah 16 tahun damai.
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sempat menyita perhatian aparat keamanan Indonesia beberapa tahun silam.
Banyak korban yang jatuh baik dari pihak TNI, sipil, maupun dari GAM saat itu, meski akhirnya Pemerintah Indonesia dan GAM sepakat untuk damai.
Peristiwa tersebut hingga saat ini masih terngiang oleh warga Aceh, khususnya para mantan petinggi GAM yang masih ada hingga saat ini.

Mantan Panglima GAM Wilayah Linge, Fauzan Azima atau Teuku Gajah Putih, menyatakan, dalam refleksi 16 tahun damai Aceh, tidak ada kalimat yang paling pantas diucapkan, kecuali rasa syukur kepada Allah.
"Dalam sumpah kami, nyawa, harta dan keluarga telah kami hibahkan untuk Aceh.
Penyerahan diri kepada Allah dengan penuh rasa ikhlas kalau sewaktu-waktu tertembak oleh senjata musuh pun telah kami lalui.
Alhamdulilah, sampai saat ini kami masih bisa menyaksikan sejarah perjalanan bangsa dengan segala problematikanya," ujar Fauzan Azima dalam rilisnya kepada Serambinews.com, Minggu (15/8/2021).
Perjanjian damai RI-GAM yang ditandatangani pada 15 Agustus 2005 di Helsinky, Finlandia bagi kami setidaknya sebagai perpanjangan usia harapan hidup yang tidak bisa dinilai dengan apapun.
Keselamatan hidup adalah hal yang utama dan terutama meskipun sudah siap dan rela mati demi Aceh tanah mulia.
Kata Fauzan, pasca damai Aceh, dalam perjalanan hidup, tentu ada harapan dan keinginan.
Tidak saja untuk pribadi yang mulai dari nol dalam menata hidup dan kehidupan yang lebih baik, tetapi juga harus ada cita-cita untuk masa depan Aceh.
Menurutnya lahirnya implementasi MoU Helsinki, yakni UUPA adalah “setengah” dari merdeka. Sayangnya, tidak dimanfaatkan dengan maksimal.
"Kita terlalu lama larut dalam euforia, sehingga lupa tugas utama mensejahterakan masyarakat yang sudah terlalu lama hidup dalam konflik," tukasnya.
Semangat dari MoU dan UUPA adalah kepemilikan dan pengelolaan SDA agar kelak tidak ada lagi bahasa: “Kita dapat perang, minyak dan gas alam kita diambil orang.”