TRIBUNWIKI

Sosok Simson Sipahutar, Penikmat Literasi yang Tengah Kembangkan Pertanian di Kawasan Danau Toba

Sebuah produk muncul yang dinamai master booster pada akhirnya membawanya pada sebuah keberhasilan di bidang pertanian.

Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Ayu Prasandi
HO
Simson Sipahutar tengah bersama Bupati Nikson Nababan 

TRIBUN-MEDAN.com, TAPANULI UTARA - Setelah pensiun dari Kompas Gramedia pada tahun 2016, Simson Sipahutar memulai mengembangkan bakat terpendamnya sebagai petani di kawasan Danau Toba.

Bermodalkan dari pengetahuan pertanian sejak kecil, ia pun tertarik kembali di bidang pertanian usai melanglangbuana di metropolitan, Jakarta.

Sejak tahun 2016, ia memulai memberikan perhatian secara serius di bidang pertanian setelah bertemu dengan seorang ilmuwan di bidang ilmu olah tanah dan kimia.

Ternyata percakapan dengan ilmuwan tersebut membuat dia semakin yakin dengan pilihannya, mengembangkan pertanian.

Sebuah produk muncul yang dinamai master booster pada akhirnya membawanya pada sebuah keberhasilan di bidang pertanian.

Pria kelahiran 22 Februari 1969 ini, kini tengah mengembangkan pertanian kentang.

Bahkan, Bupati Taput Nikson Nababan menaruh hati atas usahanya di bidang pertanian tersebut.

Baca juga: JADWAL Prancis Vs Bosnia Malam Ini, Alasan Deschamps Les Bleus Minus N’Golo Kante, Live Mola TV

Cita-citanya adalah ingin menjadikan Kabupaten Taput menjadi penangkar bibit kentang.

Walaupun demikian, ia juga kerap diminta kelompok tani menjadi konsultan agar proses pertanian mereka terawat dengan baik sejak proses penanaman hingga pemanenan.

Setelah lima tahun membina relasi baik dengan ilmuwan tersebut, ia pun semakin bersemangat mengembangkan sayap di bidang pertanian dengan fokus pada pengelolaan lahan tidur.

"Di kawasan kita ini (kawasan Danau Toba) kita masih banyak menemukan lahan tidur. Nah, lahan ini yang kita coba garap dan hasilnya lumayan dengan tetap menggunakan produk yang kita punya," ujar Simson Sipahutar saat dikonfirmasi tribun-medan.com pada Selasa (31/8/2021).

"Pertemuan dengan seorang profesor tersebut, saya memulai dari lingkungan gereja untuk mengembangkan pertanian tersebut. Setelah bergabung dengan para petani melalui organisasi di gereja katolik di bawah naungan Keuskupan Agung Medan, yakni PSE," sambungnya.

Secara perlahan dengan tetap belajar kembali seputar pertanian, ia pun menggali pengetahuannya lewat terjun ke lapangan secara langsung.

Dan saat ini, ia sedang mengembangkan beberapa jenis produk pertanian, misalnya: cabai, jagung, kenyang, bawang, kopi dan jenis tanaman lainnya.

Baca juga: Mengenal Lapangan Bersejarah di Kota Balige, Digunakan Sebagai Tempat Pertunjukan Seni dan Budaya

Dengan kepiawaiannya, ia pun akhirnya dilirik beberapa bupati di kawasan Danau Toba.

Lahan tidur kini ia mulai garap dengan tetap  mendampingi para kelompok tani yang mau belajar.

Semangat mengembangkan pertanian ternyata secara perlahan mendapat sambutan dari sejumlah kelompok tani di kawasan Danau Toba.

Satu hal yang ia mimpikan adalah bahwa masyarakat petani yang ada di kawasan Danau Toba mampu mengolah lahan tidur hingga menghasilkan produk pertanian.

"Dengan memperlihatkan secara langsung kepada petani cara penanaman, perawatan, hingga panen, masyarakat petani pun dapat belajar seputar pertanian. Kita mau secara sukarela menjadi konsultan pertanian," sambungnya.

"Saya sendiri mau, kawasan Danau Toba ini menjadi penangkar bibit pertanian yang akan digunakan di kawasan iki sendiri tanpa harus mengekspor bibit dari luar," sambungnya.

Bukan sekadar menanam kentang, ia sudah terlebih dahulu meneliti lahan yang cocok bagi penanaman bibit kentang dengan sistem pembibitan. 

Baca juga: 4 Rekomendasi Tempat Wisata Menarik Bagi Pecinta Alam yang Ada di Danau Toba

"Bibit kentang kualitas varietas bliss ini menghasilkan 16, 264 ton per hektar dengan sistem pembibitan G0. Bibit unggul yang nantinya akan kita kembangkan bekerja sama dengan PT. Indofood terutama dalam pembuatan makanan ringan seperti Chitato," sambungnya. 

Seputar produksi kentang, ia menyampaikan bahwa dengan suksesnya pada penanaman awal ini, ia berharap bagi Pemerintah Kabupaten agar mengembangkan pertanian kentang tersebut.

"Kemarin saat kita panen, saya berterimakasih kehadiran Pak Bupati Nikson Nababan. Beliau antusias menjadikan Kabupaten Taput sebagai penangkaran bibit kentang untuk kebutuhan bibit di kawasan kita ini dan kabupaten lain yang masuk dalam kawasan Tapanuli Raya ini," terangnya. 

Ia sebut bahwa hal baik bagi petani bila sudah bisa menjadi penangkaran bibit adalah harga yang lebih terjangkau dan juga mampu menghemat anggaran Pemkab Taput. 

"Ini juga tentu akan membantu pemerintah dalam penyediaan bibit berkualitas dengan harga yang lebih terjangkau. Lalu, kentang yang sudah kita olah di sini akan lebih mudah tumbuh dan berkembang karena sudah beradaptasi dengan tanah di sini," terangnya. 

Terobosan yang ia lakukan ini kiranya bisa menjadi alternatif bagi para petani Kabupaten Taput yang selama ini masih didominasi oleh tanaman keras. 

Baca juga: Resep Ikan Kembung Masak Taoco dan Cara Membuatnya, Menu Rumahan yang Bikin Makan Lebih Lahap

"Kita berharap para petani di kawasan kita ini melihat hal ini sebagai pembelajaran dan saya sendiri siap membantu para petani untuk mengembangkan pertanian kentang ini. Sebelumnya, kawasan kita ini sudah dikenal sebagai penghasil kentang," terangnya. 

Dengan persediaan kentang dari produksi pertanian yang tetap, maka pihaknya akan mudah berkolaborasi dengan perusahaan besar sehingga harga bisa lebih terjamin. 

"Harga pun akan lebih stabil bila sudah punya kerjasama dengan perusahaan besar yang membutuhkan komoditi kentang. Dan hal ini sudah kita lakukan," pungkasnya.

(cr3/tribun-medan.com) 

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved