KISAH Ajudan Jenderal AH Nasution yang Setia Sampai Mati

Meskipun menjadi korban, Kapten Pierre Tendean yang saat itu baru berusia 26 tahun sebenarnya bukan target dari pasukan pemberontak tersebut.

Editor: AbdiTumanggor
ISTIMEWA
Kapten Pierre Tendean, Ajudan Jenderal AH Nasution. 

Pria kelahiran Batavia, 21 Februari 1939, itu ditempa pendidikan sebagai taruna di akademi militer tersebut, jurusan teknik atau Zeni selama tiga tahun.

Padahal ayahnya, yaitu Aurelius Lamer (AL) Tendean, merupakan seorang dokter dan psikiater di sebuah rumah sakit jiwa di Magelang, Jawa Tengah, dan menginginkan Pierre meneruskan tugasnya.

"Dia orang kaya pada zaman itu dan orang kaya bisa melakukan apa sajalah dengan kekuasaan uang. Bapakmu yang istilahnya dokter yang masih jarang saat itu," kata Abie.

Walaupun begitu, sebelumnya demi mengikuti keinginan orangtua, putra kedua dari tiga bersaudara itu pun sempat mengikuti tes di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dan Fakultas Teknik Institut Teknologi Bandung (ITB).

Abie mengatakan, selama menjadi taruna di akademi militer, Pierre juga bukan sekali-dua kali ditanya oleh kawan-kawannya.

"Pierre, kamu orang kaya, ngapain kamu berdarah-darah dan berlumur-lumur di sini?' Tapi saya menemukan jawaban Pierre dari Pak Supardan (alm), dia bilang, 'Selama ini keluarga saya dapat banyak dari negara, sekarang saatnya saya milik negara. Mau apa kamu?" ujar Abie menirukan.

Robert Wagner dari Bumi Panorama

Wajah indo Pierre yang rupawan rupanya membuat dirinya mendapatkan julukan dari kawan-kawannya selama melaksanakan pendidikan di akademi militer.

Pierre mendapat julukan sebagai Robert Wagner dari Bumi Panorama. Robert Wagner adalah seorang aktor dari Amerika Serikat.

Selain itu, Pierre juga mendapat julukan "patona" dari para seniornya di akademi berkat wajahnya yang tampan itu.

Dengan tinggi 171 cm, Pierre juga kerap kali menjadi andalan tim olahraga basket, voli, dan tenis.

Pada tahun ketiga di akademi, Pierre terpilih sebagai komandan batalyon korps taruna remaja.

Kemudian pada tahun 1961, Pierre pun berhasil menjadi salah satu dari 144 orang sersan mayor yang dilantik menjadi letnan dua.

Saat itu juga bertepatan dengan digaungkannya Operasi Trikomando Rakyat (Trikora) oleh Presiden Soekarno untuk membebaskan Irian Barat kembali ke wilayah Idonesia.

Sebagai letnan dua, Pierre pun menunaikan tugas pertama di Kodam I Bukit Barisan Sumatera Utara.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved