Breaking News

Materi Belajar Sekolah

Materi Belajar IPA SMP: Proses Terjadinya Pelangi dan Jenis-jenisnya

Materi belajar sekolah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Sekolah Menengah Pertama (SMP) tentang proses terjadinya pelangi dan jenis-jenisnya

Tribun Medan
Dua pria berswafoto dengan latar belakang fenomena alam pelangi di kawasan Jalan Wahid Hasyim, Medan, Sumatera Utara, Rabu (29/7/2020). Fenomena alam munculnya pelangi tersebut terjadi karena proses pembiasan sinar matahari ke tetesan air hujan sehingga menimbulkan bermacam deretan warna.TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI 

TRIBUN-MEDAN.com - Materi belajar sekolah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Sekolah Menengah Pertama (SMP) tentang proses terjadinya pelangi dan jenis-jenisnya

Terjadinya pelangi karena proses pembiasan. Matahari membiaskan sinarnya ke tetes-tetes atau air dan menghasilkan warna-warna indah yang terpisahkan.

Saat proses pembiasan sinar matahari terjadi, cahaya dibelokan berpindah tempat dari arah lain dari perjalanan satu medium ke medium lainnya (udara ke air).

Setiap warna-warna pelangi akan dibelokkan pada sudut yang berbeda sehingga akan memberikan warna yang indah pada pelangi.

Warna pertama yang di belokkan adalah warna ungu, sedangkan warna terakhir yang di belokkan adalah warna merah.

Nantinya, akan terlihat warna mejikuhibiniu, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.

Dilansir dalam Encylopaedia Britannica (2015), pelangi paling sering terlihat saat sinar matahari menyerang tetesan hujan yang jatuh dari awan hujan yang jauh.

Biasanya, ini terjadi pada pagi hari atau sore hari. Saat matahari terlalu jauh di atas cakrawala, maka tidak ada pelangi yang terlihat.

Jika matahari lebih rendah di langit, bagian dari busur itu menjadi terlihat. Jika matahari cukup rendah dan saat berada di tempat yang cukup tinggi, seperti di gunung atau di pesawat terbang, akan melihat pelangi melingkar.

Jenis pelangi

Dilansir Tribun Solo (2/4/2019), ada lima jenis pelangi. Berikut kelima jenis pelangi dan penjelasannya:

1. Pelangi primer

Pelangi primer adalah pelangi yang paling sering dilihat. Pelangi ini dibentuk oleh pembiasan dan pantulan internal sinar cahaya yang masuk ke titik hujan.

Warna yang dihasilkan pelangi primer dari dalam ke luar adalah ungu, biru, hijau, kuning, oranye, dan merah.

Pita merah membuat sudut sekitar 42 derajat dengan sinar matahari, dan pita berwarna lainnya membuat sudut yang lebih kecil berturut-turut.

2. Secondry bow

Ada juga pelangi lain yang kurang intens dan kadang terlihat. Namanya busur sekunder atau secondary bow.

Busur sekunder, bila terlihat di luar busur utama dan dengan urutan warna yang terbalik.

Ini diproduksi oleh cahaya yang telah dipantulkan dari dua titik berbeda di belakang drop sebelum muncul ke udara.

Pelangi tingkat tinggi sangat lemah, sehingga jarang terlihat. Cahaya bisa tercermin lebih dari sekali.

Sinar keluar dari pusatnya pada sudut 50 derajat untuk warna merah, efek ini menghasilkan pelangi sekunder yang warnanya terbalik dibandingkan dengan primer.

Sekunder memiliki 43 persen total kecerahannya dari yang utama, namun kecerahan permukaannya lebih rendah karena cahaya yang disebarkan di atas sudut yang lebih tinggi.

Primer dan sekunder bersifat konsentris. Pelangi bukanlah hanya serangkaian cincin berwarna.

Langit di dalamnya terang karena tetesan air hujan, sinar cahaya yang menjalani refleksi di tetesan hujan

Area antara primer dan sekunder lebih gelap dari langit sekitarnya yang disebut “Alexander’s dark band”.

Dalam kasus lain Zona Alexander tampak gelap karena tidak ada sumber cahaya yang tersebar di sudutnya.

4. Supernumerary bows

Pelangi jenis ini biasanya punya warna hijau, merah muda, dan ungu yang dominan.

Supernumerary bows terjadi ketika terkena tetesan air hujan terkena pelangi utama dengan ukuran kecil dan seragam. Jumlah dan jaraknya dapat berubah dari menit ke menit.

5. Lunar rainbow

Pelangi tidak hanya disebabkan oleh matahari, juga bisa terjadi karena bulan. Ini dinamakan lunar rainbow.

Pelangi hanya membutuhkan tetesan air dan sumber cahaya.

Bulan purnama bisa memiliki cahaya yang cukup terang. Cahaya ini dapat dibiaskan oleh tetesan hujan seperti yang terjadi pada matahari.

(*/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved