Materi Belajar Sekolah
Materi Belajar Sains: Tahapan-tahapan Terjadinya Hujan dan Jenis-jenis Hujan
Secara umum, tahapan terjadinya hujan dibagi menjadi tiga, yaitu evaporasi, kondensasi, dan presipitasi.
TRIBUN-MEDAN.com - Materi belajar sains membahas tentang proses terjadinya hujan dan jenis-jenis hujan.
Semua pasti mengenal dengan sebutan hujan.
Namun, bagaimana proses terbentuknya hujan?
Mari kita mengenal lebih dekat dengan ilmu sains ini.
Secara umum, tahapan terjadinya hujan dibagi menjadi tiga, yaitu evaporasi, kondensasi, dan presipitasi.
1. Evaporasi
Tahapan pertama yang dilalui adalah evaporasi, yaitu proses penguapan air.
Panasnya suhu bumi dari matahari akan membuat air sungai, danau, dan laut menguap menjadi butiran atau uap air.
Uap air tersebut akan naik ke atmosfer, lantas menggumpal menjadi awan.
Apabila suhu udara semakin panas maka semakin banyak pula air yang akan menguap ke udara.
Hal itu akan menyebabkan terjadinya hujan semakin deras.
2. Kondensasi
Tahapan selanjutnya adalah kondensasi.
Uap air hasil proses penguapan atau evaporasi akan naik ke atmosfer, kemudian mengalami kondensasi atau pengembunan.
Pada proses tersebut, uap air akan berubah menjadi partikel-partikel es yang sangat kecil.
Partikel es yang terbentuk dari uap air tersebut akan mendekati satu sama lain, kemudian membentuk gumpalan putih yang biasa disebut awan.
Proses partikel es yang saling mendekat dan membentuk awan itu disebut koalesensi.
Pada tahapan itu, partikel es memiliki jari-jari sekitar 5-20 mm.
Dalam ukuran tersebut air akan jatuh dengan kecepatan 0,01 – 5 cm/s. Sementara, kecepatan aliran udara yang lebih tinggi akan membuat partikel itu tidak jatuh ke bumi.
3. Presipitasi
Proses yang ketiga adalah presipitasi.
Baca juga: Materi Belajar Kelas 9: 10 Ciri-ciri Ideologi Terbuka di Indonesia
Baca juga: Materi Belajar Bahasa Indonesia: Pengertian dan Jenis-jenis Paragraf Serta Ciri-cirinya
Presipitasi merupakan proses mencairnya butiran es di awan, kemudian turun menjadi titik-titik hujan ke bumi.
Awan yang telah terbentuk pada proses sebelumnya barangkali tertiup angin dan terbawa sehingga menjadi turun hujan di tempat lain dari proses sebelumnya.
Awan yang sudah terlalu padat dengan uap air dan tidak bisa lagi menahan beban air akan jatuh ke daratan, kemudian menjadi titik-titik hujan.
Ukuran titik-titik hujan bervariasi mulai dari 0,5 milimeter atau lebih besar.
Sementara, hujan gerimis berukuran kurang dari 0,5 millimeter. Ukuran tersebut biasanya bervariasi tergantung lokasi awan yang menurunkan hujan.
Gerimis diturunkan oleh awan dangkal, sementara hujan deras diturunkan oleh awan dengan tinggi menengah atau sangat tinggi.
Lantaran posisi hujan yang sangat tinggi, udara di tempat awan berada sangat dingin, kemudian biasanya hujan akan jatuh sebagai salju ataupun es.
Semakin menurun mendekati daratan, es itu akan mencair menjadi air hujan. Semakin mendekati daratan, suhu akan semakin menghangat, kemudian mencairkan titik-titik es.
Perlu diketahui, setiap belahan bumi memiliki curah hujan berbeda-beda.
Misalnya di wilayah padang pasir curah hujannya hanya kurang dari 10 milimeter hujan per tahun.
Berbeda halnya dengan negara tropis seperti Indonesia yang rata-rata memiliki curah hujan 2.000-3.000 milimeter per tahun.
Hal yang perlu diwaspadai adalah hujan asam, yaitu awan yang terdiri dari gumpalan uap air, juga mengandung partikel lain seperti debu, garam, asap, dan polutan.
Apabila awan mengandung senyawa sulfur dioksida dan nitrogen oksida, kemudian kedua zat itu berinteraksi dengan air, maka akan menjadi hujan asam.
Hujan asam sangat berbahaya bagi tanaman, binatang, tanaman laut, dan tanah.
Senyawa sulfur dioksida dan nitrogen dioksida sebenarnya terkandung di dalam udara normal.
Jenis-Jenis Hujan
Hujan dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu hujan konvektif, hujan orografis atau relief, hujan frontal, dan hujan muson.
1. Hujan Konvektif
Hujan konvektif adalah proses yang terjadi akibat perbedaan panas di lapisan udara dan permukaan tanah.
Semakin tinggi naik ke atmosfer, udara panas akan menjadi dingin, hingga akhirnya uap air yang mengembun mulai membentuk awan cumulonimbus yang turun menjadi hujan.
Namun demikian, jenis hujan ini terjadi tidak pada seluruh wilayah, melainkan hanya pada cakupan wilayah yang kecil sehingga sering kali kamu bisa melihat di daerah tertentu hujan turun dengan deras, tetapi sekitarnya tidak hujan.
2. Hujan Orografis atau Relief
Hujan orografis pada umumnya terjadi pada perbukitan atau pegunungan karena proses terjadinya diakibatkan angin yang datang mendorong udara yang mengarah pada bukit maupun pegunungan.
Kemudian, udara yang mencapai bukit mulai menjadi lebih dingin. Ketika mencapai kelembaban, ia akan perlahan-lahan mengembun menjadi awan lalu turun ke bawah menjadi tetesan hujan di permukaan bumi.
3. Hujan Frontal
Hujan frontal dapat terjadi saat pertemuan udara dingin dan hangat. Bayangkan ketika kamu mendaki sebuah bukit.
Semakin tinggi kamu naik, maka akan semakin dingin pula suasana yang terasa di atas. Hal ini juga berlaku pada hujan tersebut saat udara panas naik menuju atmosfer kemudian menabrak udara dingin di atas.
Udara yang mulai dingin itu akan menjadi awan stratus, kemudian turun ke permukaan bumi sebagai hujan. Hujan jenis ini juga bisa disertai dengan badai petir dan kilat. Selain itu, hujan frontal juga dapat terjadi hingga beberapa jam.
4. Hujan Muson
Hujan muson diakibatkan oleh angin muson atau yang lebih dikenal sebagai angin yang menyebabkan musim hujan dan kemarau.
Angin muson juga berhembus dari benua asia ke australia seiring dengan perubahan musim yang ada.
Sering kali hujan ini turun wilayah di India, Asia Tenggara, dan beberapa kawasan lainnya.
Air hujan akan turun di darat, di laut, dan juga di tanah. Air hujan yang jatuh di tanah akan meresap menjadi air tanah, lantas akan keluar melalui sumur.
Selain itu, air hujan juga akan merembes ke danau atau sungai.
Sementara, air hujan yang jatuh ke perairan seperti sungai dan danau akan menambah jumlah air di tempat itu. Kemudian, air akan mengalir ke laut.
(*/tribun-medan.com)
Baca juga: Materi Belajar Biologi Kelas 12: Pengertian Kloroplas, Struktur, dan Ciri-ciri
Baca juga: Materi Belajar Sosiologi SMA: Perbedaan Akulturasi dan Asimilasi dan Contoh yang Terjadi