Khazanah Islam
Kisah Heroik Nabi Daud hingga Jadi Raja, Menelusuri Isi Kitab Zabur dalam Al Quran
Kisah Nabi Daud dan kitab Zabur sebagai mukjizat yang diturunkan kepadanya termasuk perlu
Penulis: Dedy Kurniawan | Editor: Dedy Kurniawan
TRIBUN-MEDAN.com - Sebagai Umat Islam kita perlu mengetahui terlebih dulu kisah para nabi dan rasul Allah.
Lewat orang-orang pilihan Allah ini kita bisa memetik nilai-nilai teladan darinya.
Selain untuk menambah wawasan tentang keislaman juga agar meningkatkan keimanan pada nabi dan rasul.
Baca juga: Kelebihan Nabi Muhammad dari Nabi Lainnya, Mendapat Gelar SAW Tidak Hanya Gelar AS
Baca juga: Doa Ketika Hati Hancur dan Berduka, Baca Firman Allah yang Turun untuk Menghibur Nabi Muhammad
Baca juga: Sabda Nabi Muhammad Doa Obat Segala Penyakit, Baca Sayyidul Istighfar
Di antara para nabi dan rasul, ada empat sosok manusia pilihan yang dianugerahi mukjizat berupa kitab suci. Mulai dari Taurat (Nabi Musa), Zabur (Nabi Daud), Injil (Nabi Isa), dan Al Quran (Rasullullah Muhammad).
Kisah Nabi Daud dan kitab Zabur sebagai mukjizat yang diturunkan kepadanya termasuk perlu kita imani sebagai umat Islam.
Baca juga: Wanda Hamidah Bongkar Bobroknya Layanan Asuransi Ternama, Ditipu Habis-habisan
Baca juga: Video Gisel dan Wijin Asyik Dua-duaan Lakukan Ini, Warganet Sorot Goyangan Manggut-manggut
Nabi Daud merupakan sosok manusia pilihan Allah yang dianugerahi kerajaan. Yang kemudian kerajaan itu hanya diseteruskan kepada anaknya, Nabi Sulaiman.
Setelah dua nabi tersebut ini tidak ada lagi nabi yang diberi kerajaan. Hal ini sesuai janji Allah dalam Al Quran yang menjawab doa Nabi Sulaiman.
Dikutip dari buku Kisah Nyata 25 Nabi dan Rasul, MB. Rahimsyah AR. (2010: 92), Nabi Daud Alaihi Salam merupakan nabi dan rasul ke-17 yang wajib diketahui oleh umat muslim di antara 25 nama nabi dan rasul utusan Allah lainnya.
Nabi Daud AS sejak kecil dikenal sebagai sosok yang berani. Kemudian saat menginjak remaja, ia pun turut menemani kakak-kakaknya ke medan perang di bawah pimpinan Raja Thalut.
Bahkan ketika raja Thalut menawarkan kepada pasukannya untuk membunuh Jalut, Nabi Daud AS menjadi satu-satunya pemuda yang berani mengambil tawaran tersebut hingga berhasil membunuh Jalut.
Setelah kepulangannya dari perang tersebut, beliaupun dijodohkan dengan putri raja Thalut dan diangkat pula sebagai penasihat kerajaan dan menjadi Raja.
Berikut Kisah Nabi Daud dan Kitab Zabur yang Diturunkann Kepadanya
Sebagai salah satu utusan terbaik Allah SWT, Nabi Daud AS termasuk nabi dan rasul yang dikaruniai banyak hal baik dan mukjizat dari-Nya. Misalnya saja diberikan mukjizat berupa kemampuan untuk melunakan besi seperti lilin dan mampu mengubahnya ke bentuk apapun tanpa alat bantu.
Beliau juga dikaruniai suara yang amat merdu sehingga bisa menyembuhkan penyakit. Kemudian mukjizat terbesar yang dikaruniakan oleh Allah SWT terhadap nabi Daud AS ialah turunnya Kitab Zabur.
Sebelum kitab Zabur diturunkan, Allah SWT telah menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa AS terlebih dahulu, namun selepas wafatnya nabi Musa AS dan nabi Harun as, isi kitab Taurat diubah oleh Bani Israil akibat terpecah belahnya kaum tersebut setelah meninggalnya Yusya’ bin Nun selaku penerus kepemimpinan nabi Musa dan Harun.
Dalam Al Quran surat Al Israa’ ayat 55, disebutkan bahwasanya Allah SWT menurunkan kembali kitab kepada nabi Daud as, yakni kitab Zabur.
Dikutip dari buku Mengenal Kitab-Kitab Allah, Nurul Ihsan (2007: 9), kitab Zabur diturunkan kepada nabi Daud AS pada bulan Ramadhan.
Adapun isi dari kitab tersebut ialah mengandung berbagai macam nasihat, pujian-pujian kepada Allah SWT, kisah-kisah umat terdahulu, kisah nabi-nabi yang akan datang (termasuk Nabi Muhammad sebagai utusan terakhir), serta pelajaran lainnya.
Menelusuri Isi Kitab Zabur
Kata zabur berasal dari kata verbal, zabara-yazburu-zabr, yang berarti menulis. Jadi, Zabur menurut arti asalnya, berarti kitab yang tertulis dengan bentuk jamaknya zubur. Al Quran banyak berkisah mengenai Zabur.
Dalam Al Quran kata Zabur dalam bentuk jamak zubur disebutkan pada sembilan ayat, yaitu surah asy- Syu‘ara’ ayat 196, surah Ali Imran ayat 184, surah an-Nahl ayat 44, Fatir ayat 25, al-Qamar ayat 43 dan 52, al-Isra’ ayat 55, an-Nisa’ ayat 163, dan surah al-Anbiya’ ayat 105.
Dalam bentuk mufrad (tunggal) Zabur disebutkan pada tiga ayat dalam Alquran, yaitu surah al-Isra’ ayat 55, surah an-Nisa’ ayat 163, dan surah al-Anbiya’ ayat 105.
Ayat ini menunjukkan bahwa Zabur merupakan kitab yang khusus diberikan kepada Nabi Daud AS.
Al Quran dan terjemahannya yang dikeluarkan Departemen Agama menerjemahkan kata zabur dalam surah al-Anbiya’ ayat 105 dengan seluruh kitab yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi- Nya.
Terjemahan ini tidak mengkhususkan Zabur kepada Nabi Daud AS saja. Arti dan penjelasan ini diberikan karena pada surah al- Anbiya’ ayat 105 ini kata zabur tidak dihubungkan dengan Nabi Daud AS.
Berbeda dengan surah al- Isra’ ayat 55 dan surahan-Nisa’ ayat 163 yang menghubungkan Zabur dengan Nabi Daud AS. Dalam bentuk jamak zubur, menurut Alquran, merupakan nama umum bagi semua kitab suci yang diwahyukan kepada nabi-nabi terdahulu (QS asy-Syu’ra’ [26]: 196, QS Ali Imran [3]: 184, QS an-Nahl [16]: 44, QS Fathir [35]: 25, dan QS al-Qamar [54]: 43).
Sedangkan dalam surah al Qamar ayat 52, kata zubur diartikan dengan kitab-kitab perbuatan manusia, yakni buku- buku catatan yang ada di tangan malaikat yang mencatat amal perbuatan manusia.
Zabur dengan arti kitab yang diwahyukan kepada Nabi Daud AS juga disebut dalam bahasa Arab dengan mazmur dan jamaknya mazamir. Menurut Shorter Encyclopaedia of Islam, mazmur dalam bahasa Ibrani disebut mizmor, dalam bahasa Suriani disebut mazmor, dan pada bahasa Ethopia disebut mazmur.
Jadi, sebenarnya Zabur Nabi Daud AS dengan definisi tersebut menerangkan bahwa kitab suci ini sebenarnya merupakan kumpulan mazmur, yakni nyanyian rohani yang dianggap suci (Psalms dalam bahasa Inggris) yang berasal dari Nabi Daud AS.
Zabur berisi 150 nyanyian (mazmur) yang disenandungkan Nabi Daud AS dengan mengungkapkan semua pengalaman yang dialaminya pada masa hidupnya. Pengalaman tersebut, seperti pengakuan dosanya, kisah kejatuhannya, pengampunan dosanya oleh Allah, sukacitanya tentang kemenangannya atas musuh Allah, kemuliaan Allah seperti dinyatakan oleh alam dan hukuman Allah, dan kemuliaan Messiah (Nabi Muhammad) yang akan datang.
Zabur yang merupakan mazmur berisi lima tipe nyanyian, yaitu, nyanyian liturgi kebaktian untuk memuji Allah, nyanyian perorangan sebagai ucapan syukur, ratapan- ratapan jamaah, ratapan dan doa individu, serta nyanyian untuk raja.
Ada pendapat mengatakan, tidak semua mazmur dalam Perjanjian Lama merupakan Zabur Nabi Daud AS. Dari 150 nyanyian kudus yang kini masuk bagian Perjanjian Lama diperkirakan 73 saja, di antaranya dinisbahkan (berasal) dari Nabi Daud AS.
Tentang penetapan Zabur bahwa Allah akan mewariskan bumi kepada manusia yang saleh, seperti dinyatakan oleh Al Quran, dapat dilihat bukti penetapan itu dalam Mazmur Daud pada Perjanjian Lama.
Al Quran mengatakan, “Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuz bahwasanya bumi ini dipusakai oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.” (QS al-Anbiya’ [21]: 105).
Sebutan Lauh Mahfuz ternyata juga tercantum di dalam Zabur sebagaimana dikisahkan dalam AlQuran. Lauh Mahfudz, menurut Zabur, adalah catatan tentang ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT.
Sedangkan pernyataan Al Quran tentang bumi yang dipusakai oleh orang-orang yang saleh, hal ini juga ternyata terdapat dalam Zabur.
Dalam Perjanjian Lama, Mazmur 25:12-13, disebutkan, “Siapakah orang yang takut kepada Tuhan, Kepadanya Tuhan menunjukkan jalan yang harus dipilihnya. Orang itu sendiri akan menetapkan dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi.”
Ayat ini menjadi satu referensi bahwa tidak ada perbedaan akidah dan tauhid antara Nabi Daud AS hingga Nabi Muhammad SAW. Umat mereka sama-sama disebut sebagai orang-orang saleh dan dipusakai untuk menjadi khalifah di muka bumi. Baik orang-orang saleh pada zaman terdahulu seperti umat Nabi Daud AS hingga orang-orang saleh masa kini yang menjadi umat Nabi Muhammad SAW.
Baik dalam kitab Zabur maupun Al Quran, keduanya menyebutkan bahwa bumi beserta isinya diwariskan kepada orang saleh, yakni mereka yang beriman kepada Allah SWT dan tidak mempersekutukannya dengan sesuatu apa pun.
(*/Tribun-Medan.com)