TRIBUNWIKI
Makam Raja Sisingamangaraja XII Ternyata Ada di Sionom Hudon, Berikut Sejarahnya
Namun, dibalik ketokohannya tidak banyak yang tahu Keberadaan Makam Raja Sisingamangaraja XII yang gugur pasca tragedi Aek Sibulbulon 17 Juni 1907.
Penulis: Arjuna Bakkara | Editor: Ayu Prasandi
Pada zaman itu, cerita sejarah atau legenda merupakan hiburan bagi pendengarnya tua atau muda, kumpul mengelilinginya. Maka, penulis tertarik menulisnya dalam sebuah buku sebagai kenangan masa lalu.
Ingat saat kanak-kanak tahun 60an, penulis terbiasa tidur dengan kakek-nenek. Bila akan membujuknya cerita, memijit kakinya sebagai rayuan agar memulai ceritanya.
Sekarang, zaman cerita telah berubah, tergerus oleh budaya visual atau perfiliman sehingga bcerita dongeng tersingkir.
Dalam rangka perlestarian, penulis mengungkit kembali agar budaya lokal dari Sionom Hudon tetap terjaga sebagai budaya lokal.
Kapan gerangan sejarah terjadinya Sionom Hudon? Kejadian sejarah itu tidak diketahui secara pasti namun dapat diperkirakan. Bila dihitung mundur kebelakang per generasi (Penulis adalah generasi ke 17 dari Tuan Nahodaraja), andaikan satu generasi rata-rata 25 tahun, patut diduga, peristiwa sejarah Sionom Hudon terjadi sekitar 500 tahun silam atau sekitar abad ke15.
Bahwa sejak zaman itu, Tuan Nahodaraja telah merintis perladangan di Sirintua dan menjadi raja kampung disana, kemudian menjadi raja wilayah tanah Kelasen. Sirintua, pusat pemerintahannya dan sentral perdagangan antara Samosir dengan kota Barus.
Maka, kontens cerita dalam buku ini adalah cerita kearifan local tentang sejarah Tuan Nahodaraja dan generasinya, yaitu : tanah ulayat, adat istiadat dan bahasa. Tanah ulayatnya disebut Sionom Hudon, adat istiadatnya disebut adat Kelasen. Bahasanya disebut bahasa Dairi Kelasen.
Akan tetapi, pada dasarnya masyarakat Sionom Hudon adalah heterogen dengan beragam marga disana, memiliki kekerabatan tutur lokal masing-masing.
Turun temurun, masyarakat Sionom Hudon percaya bahwa nenek moyang mereka adalah bernama Tuan Nahodaraja.
Tanah ulayatnya dinamai Sionom Hudon adalah penamaan wilayahnya kerajaan tanah Kelasen sebagai nomenclatur jumlah keenam anaknya dan pembagian tanah ulayatnya kepada anak-anaknya.
Kemudian, nama-nama itu menjadi marga, maka disebut: Si Onom Hudon (si 6 marga). Pada saat itu, setiap marga memiliki perkampungan sendiri, dipimpin oleh seorang pemimpin kampung disebut pertaki.
Setelah zaman berganti, pertaki disebut raja, sedang Tuan Nahodaraja disebut ketua raja sebagai pendiri kerajan tanah Kelasen.
Baca juga: Tips Merawat Sepeda Motor Tua Agar Tetap Eksis di Jalanan
Pasukan Sihudamdam.
Tahun 1883, kampung Sindias kedatangan tamu Si Singamangaraja XII. Awalnya dikenal sebagai tamu keluarga raja Jangkar Tumanggor (Parbunga).
Setelah beberapa bulan, diperkenalkan bahwa Si Singamangaraja XII adalah malim (raja pangalualuon) masyarakat Batak.