Pantesan Banyak yang Menyadap Pohon Pinus, Ternyata Getahnya Pengganti Minyak Bumi di Masa Depan
Resin dari pohon pinus adalah "emas cair" dunia yang belum dimanfaatkan sebagai alternatif ramah lingkungan pengganti produk seperti plastik
Pada bulan-bulan yang lebih hangat di Maret hingga November, produsen lokal dengan hati-hati mengekstrak resin pinus.
Mereka terlebih dahulu mengupas lapisan luar kulit pohon. Kemudian, sebuah piring atau pelat dipaku ke batang pohon dan pot pengumpul dipasang di bawahnya.
Selanjutnya, kapak digunakan untuk menyayat secara diagonal pada kulit kayu, sehingga "mengeluarkan darah" pohon dan menyebabkan resinnya mengalir ke dalam pot.
Ketika pot itu penuh, mereka menuangkan getah ke kontainer penampungan yang lebih besar.
Produsen kemudian mengirim kontainer itu ke pabrik untuk memulai proses penyulingan, yaitu mengekstrak terpentin resin.
Ketika terpentin cair dihilangkan, resin berubah menjadi kental dan kekuningan yang kemudian mengeras ketika mendingin dan berubah menjadi seperti batu amber yang mengilap.
Praktek dan alat ekstraksi resin sering diturunkan dari generasi ke generasi. (SUMBER GAMBAR,SUSANA GIRÓN)
Kebanggaan lokal
Selama puncak resin pinus Spanyol pada tahun 1961 yang mencapai 55.267 ton resin diekstraksi, lebih dari 90% berasal dari hutan Castilla y León.
Dalam beberapa dekade sejak itu, kurangnya permintaan dan penurunan tajam harga menyebabkan produksi terus menurun.
Bahkan, resin pinus hampir menghilang pada 1990-an, membuat banyak orang khawatir bahwa tradisi Spanyol yang mengakar ini akan juga segera berakhir.
Di Castilla y León, resin tidak hanya menjadi jalur kehidupan ekonomi masyarakat pedesaan, tetapi juga sebuah budaya transaksi perdagangan yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Bicaralah dengan penduduk setempat dan Anda akan segera menyadari bahwa hampir setiap keluarga memiliki setidaknya satu orang yang telah menyadap pohon, atau terlibat dalam penyulingan.
Sebagian besar kegiatan ekonomi dan sosial di kota-kota ini selalu ditandai oleh industri resin, dan masyarakat memegang warisan ini sebagai bagian penting dari budaya mereka.