Banjir Hebat Melanda Madina
TERKAIT Banjir Madina, Walhi Mendorong Investigasi Kerusakan Lingkungan
Menurut data pemerintah setempat sebanyak 16 Kecamatan dan 74 desa tergenang banjir dan juga longsor. Walhi pun mendorong investigasi diadakan.
Penulis: Anugrah Nasution | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Usai tahun 2018 banjir melanda Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dan menelan puluhan koban, kini kawasan itu kembali dilanda banjir pada Jumat (18/12/2021).
Banjir malah lebih meluas jika dibanding pada tahun 2018.
Menurut data pemerintah setempat sebanyak 16 Kecamatan dan 74 desa tergenang banjir dan juga longsor.
Hal itu ditengarai kerusakan lingkungan yang masif.
Merupakan dampak buruk dari pertambangan dan perkebunan di kawasan hutan dan daerah aliran sungai.
Mulai dari kegiatan industri ekstraktif seperti pertambangan dan ekspansi perkebunan sawit.
Manajer Kajian dan Advokasi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumatera Utara, Putra Septian mendorong pemerintahan melakukan investasi penyebab terjadinya banjir di Madina.
Menurutnya pemerintah perlu melakukan kajian terkait peristiwa banjir yang semakin meluas setiap tahunnya.
"Kami mendorong agar pemerintah bersama lembaga masyarakat melakukan investigasi bersama penyebab terjadinya banjir disana" ujar Putra kepada Tribun Medan, Sabtu (19/12/2021)
Walhi berpendapat, hal itu perlu dilakukan untuk membuktikan penyebab pasti banjir yang telah merugikan masyarakat Madina.
Sejak jauh hari pihaknya kata Putra, telah mengingatkan pemerintah terkait ancaman kerusakan ekologi yang terjadi.
"Situasi ini harus direspons oleh pemerintah melihat semakin banyaknya kerusakan lingkungan akibat pertambangan, perkebunan dan industri ekstraktif. Pemerintah punya tanggung tanggungjawab mengawasi dan mengendalikan kerusakan lingkungan itu," ujar Putra Septian.
Kondisi banjir Madina bukanlah yang pertama terjadi.
Pemerintah seharusnya mengedepankan langkah mitigasi dan mengatasi kerusakan lingkungan secara berkelanjutan.
Pemerintah kata Putra, dapat melakukan investigasi khusus untuk menindak pelaku-pelau pengerusakan lingkungan secara tegas.
Dia menyebut seperti ekspansi perkebunan sawit yang masif dan menyebabkan deforestasi kawasan hutan.
Tak hanya itu, ancaman kerusakan lingkungan juga banyak disebabkan oleh pertambangan-pertambangan kecil yang tak memiliki izin.
"Karena usai banjir ini baik pemerintah daerah dan Provinsi membentuk tim investigasi khusus. Secara serius menegakan hukum kepada industri. Baik yang memiliki izin atau pun yang tidak memiliki izin yang merusak lingkungan," tegas Putra.
Tanpa hal itu, Putra menyakini bencana ekologis akan terus terjadi dan semakin meluas.
"Daerah aliran sungai, kawasan hutan dari hulu ke hilir sudah semakin rusak akibat eksplorasi yang tidak mempertimbangkan lingkungan. Masyarakat berhak hidup dalam lingkungan yang baik dan sehat. Perlu tindakan, kalau tidak maka akan terjadi bencana ekologis yang semakin luas," katanya.
KONDISI TERKINI Banjir Yang Terjang 74 Desa di Madina, Air Masih Rendam Rumah Setinggi 80 Cm
Kepala Desa Patiluban Hilir, Kecamatan Natal, Daflan mengabarkan kondiri terkini warga yang mengungsi akibat banjir yang melanda sejak beberapa waktu lalu.
Diketahui, Desa Patiluban Hilir adalah satu. Di antara 74 desa yang terdampak banjir dan longsor di Kabupaten Madina.
"Kalau air saat ini sudah menyurut menjadi sekitar 50 cm - 80 cm," kata Daflan kepada Tribun Medan, Senin (20/12/2021).
Dia menjelaskan sebagian besar yang sebelumnya mengungsi di jembatan telah kembali ke rumah masing - masing.
"Ya sudah ada masyarakay yang membersihkan rumah," sebutnya.
Sementara itu, untuk suplai makanan sampai saat ini dikatakannya masih aman meski dari Pemda belum dapat masuk.
Sebelumnya dikabarkan ada 220 KK yang terkena banjir di desa tersebut. Banjir sempat melanda dengan ketinggian capai 1 meter - 2 meter.
Di lain pihak, Kepala BPBD Mandailing Natal (Madina) Subuki Nasution mengabarkan hari ini banjir telah menyurut di 16 kecamatan dan 74 desa yang terdampak.
"Kita sudah dapat informasi di tiap kecamatan banjir telah menyusut. Tinggal sekitar 30 cm - 70 cm. Jadi rata - raya sudah mulai mau kering," kata Subuki Nasution kepada Tribun Medan, Senin (20/12/2021).
Dia juga menjelaskan kondisi cuaca di daerah tersebut sementara ini cerah. Sehingga memungkinkan air semakin cepat surut.
Kondisi warga yang mengungsi juga dikatakannya masih dalam keadaan baik. Stok makanan untuk para pengungsi masih aman sampai kini.
Demikian, pemkab sampai kini belum bisa mengakses ke wilayah pantai barat karena jalan provinsi longsor. Meski begitu, suplai sembako tetap cukup.
"Karena dari posko induk semalam sudah mengirimkan 4 ton suplai makanan melalui kecamatan untuk pengungsi yang ada di wilayah Pantai Barat," ucapnya.
"Sekarang mau kami kirim lagi 3 ton untuk wilayah Pantai Barat," sambungnya.
Sementara itu, terkait warga yang dikabarkan hanyut, warga Desa Sasaran, dijelaskan sampai kini pihaknya telah menurunkan tim SAR untuk mencari.
"Belum ditemukan. Basarnas dan Tim SAR masih melakukan penyisiran sekarang di daerah Singkuang," tandasnya.
(cr17/tribun-medan.com)
