Breaking News

Baku Tembak dengan KKB di Papua, 3 Anggota TNI Gugur, Satu di Antaranya Pratu Tuppal Halomoan Barasa

Anggota TNI berpangkat Prajurit Satu (Pratu) ini, meninggal ditembak anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Gome, Kabupaten Puncak, Papua.

Editor: AbdiTumanggor
Maichel/Kompas
Aparat TNI di Papua 

TRIBUN-MEDAN.COM - Tiga anggota TNI tewas dalam peristiwa baku tembak dengan kelompok kriminal bersenjata di Bukit Tepuk Kampung, Jenggernok, Distrik Gome, Kabupaten Puncak, Papua, Rabu (26/1/2022).

Salah satu dari tiga prajurit TNI yang gugur adalah putra terbaik Jambi, Tuppal Halomoan Barasa.

Anggota TNI berpangkat Prajurit Satu (Pratu) ini, meninggal ditembak anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Gome, Kabupaten Puncak, Papua.

Dandim 0415/Jambi Kolonel CZI Sriyanto mengatakan, salah putra terbaik Jambi telah gugur di medan perang setelah kontak senjata dengan kelompok Separatis.

"Iya, putra terbaik Jambi telah gugur yang bernama Tuppal Halomoan Barasa," kata Kolonel CZI Sriyanto di rumah duka pada kamis (27/1/2022).

Ia mengatakan jenazah Pratu sudah dievakuasi dan diterbangkan ke rumah duka yang berada di RT 19, Jalan TP Sriwijaya, Kelurahan Rawasari, Kecamatan Alam Barajo, Jambi.

Sriyanto menambahkan, Tuppal Halomoan Baraza mendapatkan kenaikan pangkat dari panglima TNI.

Kenaikan itu dari Pratu menjadi Prajurit Kepala (Praka) dan akan dikebumikan di makam pahlawan.

"Saat ini jenazah sudah dalam perjalanan, besok tiba di Jambi," katanya.

Dandim 0415/Jambi, Kolonel CZI Sriyanto dan orangtua  Pratu Tuppal di rumah duka
Dandim 0415/Jambi, Kolonel CZI Sriyanto dan orangtua Pratu Tuppal di rumah duka di Jambi. (Suwandi/KOMPAS.com)

Lebih lanjut, Pratu Tuppal tersebut tugas di Batalyon Infanteri Raider 408/Suhbrastha dan tugas di Papua.

"Dia mengalami luka tembak di bagian perut dan saat dalam evakuasi meninggal dunia," kata Kolonel CZI Sriyanto.

Sementara itu, ayah Tuppal yang bernama Tindas Barasa mengatakan, anaknya sudah lima tahun tugas dengan penuh harapan. Tapi sayang sekarang sudah pupus harapan.

"Kami selaku orangtua bangga, karena dia gugur saat tugas negara," katanya.

Menurut Tindas, itulah resiko menjadi tentara, apapun tingkatan, pengabdian kepada negara yang paling utama.

"Hati saya hancur, sehancur-hancurnya, karena satu-satunya harapan akan menggantikan saya. Sebentar lagi saya akan pensiun," kata Tindas di rumahnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved