Perang Rusia Ukraina

Di Balik Operasi Militer Rusia, Putin Sindir Kejahatan Perang Ukraina dan Dukungan Barat Langgar HAM

Rusia telah berulang kali memperingatkan negara-negara asing tentang neo-Nazi yang mengambil alih Ukraina setelah kudeta yang didukung Barat

Editor: Salomo Tarigan
Kolase Tribun-Medan.com
Kolase Foto: Presiden Rusia, Preside AS, Presiden Ukraina, dan Warga Ukraina. 

TRIBUN-MEDAN.com - Saat Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan dimulainya operasi militer khusus untuk melindungi Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR) pada 24 Februari lalu.

Ia menggambarkan tujuannya sebagai 'demiliterisasi dan denazifikasi' Ukraina.

Juru bicaranya kemudian menjelaskan bahwa 'denazifikasi' berarti bahwa Rusia berencana untuk membebaskan Ukraina dari neo-Nazi, pendukung mereka, dan ideologi mereka.

Dikutip dari laman Sputnik News, Minggu (27/2/2022), Rusia telah berulang kali memperingatkan negara-negara asing tentang neo-Nazi yang mengambil alih Ukraina setelah kudeta yang didukung Barat pada 2014 lalu.

Baca juga: Presiden Amerika Joe Biden Isyaratkan Perang Dunia Ketiga karena Putin, Rusia Bayar Harga

Baca juga: SOROTAN Chelsea vs Liverpool, Pertarungan Pelatih Sesama Jerman Thomas Tuchel dan Jurgen Klopp

Namun, negara-negara Barat diduga memilih untuk mengabaikan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan oleh rezim Ukraina.

Lalu apa saja kejahatan yang dimaksud Putin?

Membakar rumah serikat pekerja, dengan orang-orang yang masih ada di dalamnya

Sebagai nasionalis dan neo-Nazi, pemerintah Ukraina secara ilegal merebut kekuasaan di seluruh penjuru negara itu.

Begitu pula dengan bentrokan antara neo-Nazi dan pengunjuk rasa anti-Maidan yang terjadi di seluruh negeri.

Namun apa yang terjadi di Odessa pada 2 Mei 2014 akan dikenang sebagai salah satu catatan tergelap dalam sejarah Ukraina.

Setelah pertempuran jalanan dengan neo-Nazi, para pengunjuk rasa anti-Maidan membarikade diri mereka di sebuah rumah serikat pekerja lokal.

Sedangkan lawan mereka, yang didukung oleh otoritas baru Ukraina, mengepung gedung dan membakarnya menggunakan bom molotov.

Saat kobaran api berkobar di lantai dua dan tiga gedung itu, beberapa ratus orang yang terperangkap dalam bangunan tersebut berusaha mati-matian untuk melarikan diri.

10 di antaranya jatuh hingga tewas, 32 lainnya meninggal karena luka bakar parah dan sesak nafas akibat asap, sementara itu 250 lainnya berhasil lolos dari jebakan maut dengan menderita berbagai luka saat petugas pemadam kebakaran tiba di tempat kejadian satu jam setelah kebakaran terjadi.

Kejahatan perang batalion relawan Nasionalis dibongkar, namun tidak dituntut.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved