Pekerja Seks Komersial
Kisah Para Penjaja Seks yang Mencoba Bertahan Hidup di Iran, Kini Muncul Fenomena Nikah Mut'ah
Pemerintah Iran yang konservatif sejak lama menampik keberadaan pekerja seks di negara mereka.
Menurut Amir Mahmoud Harrichi, profesor bidang kesejahteraan sosial di Universitas Teheran, jumlah perempuan pekerja seks di Teheran kini diduga bisa dua kali lipat angka tersebut.
Mengingat sangat sedikitnya kesempatan kerja untuk perempuan di Iran dan tidak ada kesetaraan gender, banyak perempuan hidup di bawah garis kemiskinan, dan mereka terpaksa menjajakan seks demi uang. Meski, risiko besar menanti mereka.
"Para pria tahu prostitusi ilegal di Iran dan memberikan hukuman sangat berat pada perempuan, maka mereka menggunakannya untuk keuntungan mereka," kata seorang pekerja seks paruh waktu, Mahnaz, mahasiswi di sebuah universitas di Teheran.
"Itu terjadi beberapa kali kepada saya, saya melakukan hubungan seks dengan seseorang tapi dia menolak membayar dan saya tidak bisa pergi ke pihak berwajib."
Mahnaz berkata biaya hidup di Teheran sangat tinggi dan melakukan beberapa pekerjaan lain tidak dapat membiayai hidupnya.
'Nikah mut'ah'
Setelah Revolusi Islam terjadi di Iran pada 1979, sejumlah pekerja seks perempuan dieksekusi oleh rezim baru dan rumah-rumah bordil ditutup.
Kemudian, muncul upaya untuk melegitimasi penggunaan perempuan untuk seks saja, praktik yang dikenal dengan nama zawaj al-mutaa - secara harafiah berarti 'pernikahan untuk kenikmatan'.
Praktik ini, juga dikenal sebagai kawin kontrak, menentukan durasi pernikahan dan kompensasi yang diberikan kepada istri sementara, menjadi lebih umum terjadi.
Di bawah sistem Islam Syiah, kawin kontrak diperbolehkan, dan tidak dianggap sebagai tindakan prostitusi. Praktik ini juga sangat jamak terjadi di kota-kota suci seperti Mashhad dan Qom, yang menjadi tujuan ziarah kaum Syiah dari seluruh dunia. Seperti halnya di Indonesia di kawasan puncak Bogor Jawa Barat.
---
"Biaya hidup melambung tinggi di Iran, hingga beberapa orang bahkan tidak bisa membeli kebutuhan sehari-hari."
---
Berbagai video di media sosial menunjukkan pria-pria mencari seks di Mashhad, sementara pejabat kota berkilah mereka melakukan nikah sementara.
Sekarang, ada banyak sekali unggahan online yang menawarkan nikah mut'ah di Iran, termasuk di Telegram dan WhatsApp, dan mereka mengaku telah mendapatkan izin dari pemerintah.