Pekerja Seks Komersial

Kisah Para Penjaja Seks yang Mencoba Bertahan Hidup di Iran, Kini Muncul Fenomena Nikah Mut'ah

Pemerintah Iran yang konservatif sejak lama menampik keberadaan pekerja seks di negara mereka.

Editor: AbdiTumanggor
BBC
Fenomena PSK di Iran 

Salah satu alasan yang mendorong naiknya harga-harga kebutuhan pokok yang mendasari tumbuhnya angka prostitusi adalah sanksi-sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh AS atas program nuklir Iran. Walau kini mulai dilonggkarkan sedikit akibat dari dampak invasi Rusia ke Ukraina. Hal itu tidak terlepas dari keterkaitan pemenuhan kebutuhan minyak dan gas ke Eropa.

Sejak tahun lalu, inflasi di Iran naik 48,6 persen. Angka pengangguran juga naik dan bagi mereka yang sudah punya pekerjaan, upah mereka sangat sedikit.

PSK di Iran untuk bertahan hidup
Wanita pekerja seks komersial

Fenomena Pria Pemuas Hasrat.

---

"Pelacur pria yang menawarkan layanan kepada pelanggan wanita kadang-kadang dikenal juga sebagai "gigolo". Klien, terutama mereka yang mengambil pelacur di jalan atau di bar-bar, kadang-kadang disebut "hidung belang".

---

Dengan semua alasan ini, jumlah pria berusia 20-35 tahun yang menjajakan seks pada perempuan dengan imbalan uang juga naik. Fenomena pekerja seks pria tersebar di kota-kota besar di Iran.

Salah satu di antaranya adalah Kamyar, yang berusia 28 tahun dan bekerja sebagai kasir supermarket. Dia tinggal bersama orang tuanya hingga tahun lalu dan tidak dapat membiayai hidup tanpa bantuan ayahnya.

Sekarang, dia mampu menyewa apartemen di pusat Kota Teheran, dan berharap suatu hari nanti bisa pindah ke luar negeri.

"Saya menemukan pelanggan dari akun-akun media sosial saya," dia mengaku.

"Perempuan-perempuan ini biasanya berumur 30-an dan 40-an tahun. Mereka memperlakukan saya dengan baik, membayar mahal, dan saya selalu menginap di rumah mereka. Dari mulut ke mulut, saya mendapatkan banyak klien."

Kamyar adalah seorang insinyur teknik terlatih, namun dia tidak melihat masa depan di bidang yang disukainya ini.

"Saya selalu ingin menjadi insinyur. Tapi di luar sana, tidak ada pekerjaan untuk saya," katanya.

"Saya pernah jatuh cinta pada seorang gadis, tapi kami tidak direstui untuk menikah karena saya tidak punya pekerjaan tetap. Saya tidak bangga dengan pekerjaan yang saya lakoni sekarang. Tidur dengan orang asing demi uang bukanlah mimpi saya saat saya tumbuh,"ujarnya.

"Tentu saja, saya merasa malu. Tapi dengan ini, saya bisa membiayai hidup. Saya berada di negara di mana satu-satunya masa depan yang terlihat bagi saya adalah kesengsaraan,"lanjutnya.

Nama-nama mereka yang bekerja sebagai penjaja seks dalam artikel ini telah diubah untuk melindungi identitas mereka.

(BBC news Indonesia)

Sumber: bbc
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved