Perang Rusia Ukraina

Termasuk Turki, Inilah Daftar Negara yang Masih Ingin Bersahabat dengan Rusia

Bahkan, tak sedikit memberikan sanksi kepada negara yang dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin tersebut.

YURI KADOBNOV / AFP
Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dengan Mikhail Friedman selama pertemuan mereka di Kremlin di Moskow, 22 April 2005. 

Sejak Rusia mengerahkan pasukan ke Suriah untuk mendukung rezim Bashar Assad, Israel telah menjalin kesepahaman dengan Moskow yang memungkinkan pasukan Israel menyerang pengiriman senjata Iran ke Hizbullah di Lebanon atau milisi lain yang didukung Iran di Suriah, menurut mantan pejabat AS.

"Kami memiliki semacam batas dengan Rusia," ujar Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid bulan lalu, sesaat sebelum invasi.

Rusia adalah "kekuatan penting" di Suriah, kata Lapid, sehingga Israel berada dalam "situasi negara-negara Baltik".

Karena Rusia dan Ukraina memiliki komunitas Yahudi yang besar, ujarnya, ia harus "lebih berhati-hati daripada menteri luar negeri lainnya di dunia."

Begitu Putin mengirim pesawat Rusia dan pasukannya ke Suriah pada 2015, "Israel menganggapnya sangat serius sebagai penengah," kata Eric Edelman, mantan diplomat senior AS dan pejabat pertahanan, yang kini bertempat di lembaga pemikir Center for Strategic and Budgetary Assessments.

Ketika ditanya apakah oligarki Rusia yang memiliki properti dan hubungan dengan Israel mungkin bisa menghindari sanksi Barat di negara itu, Lapid bersumpah, "Israel tidak akan menjadi jalan bagi Rusia untuk melewati sanksi yang dijatuhkan AS dan negara-negara Barat lainnya."

Pejabat Israel, bagaimanapun, mengatakan pemerintah tak punya wewenang untuk menghentikan perusahaan Israel berbisnis dengan perusahaan Rusia.

3. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA)

Arab Saudi dan UEA telah menghindar mendukung pemerintahan Biden dalam upaya mengisolasi dan menghukum Rusia atas invasi ke Ukraina.

Kedua negara itu juga menghindari mengkritik Moskow sejak pasukan Rusia memulai apa yang disebut Putin sebagai "operasi militer khusus".

UEA bulan lalu abstain dari pemungutan suara Dewan Keamanan PBB yang mengutuk invasi Rusia.

Sejauh ini, negara-negara Teluk belum memilih untuk meningkatkan produksi minyak untuk mengendalikan kenaikan harga, meski ada permintaan dari Washington dan pemerintah Barat lainnya.

Monarki Teluk Rusia yang kaya melihat Rusia sebagai aktor penting dalam koalisi produsen minyak yang dirancang untuk mengelola pasar minyak global.

Pada 2019, Saudi dan negara produsen minyak terbesar lainnya mengundang Rusia untuk membentuk kelompok yang dikenal sebagai "OPEC+".

Organisasi ini dibentuk untuk mengontrol produksi dan memastikan pasar minyak stabil dan menguntungkan.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved