Perang Rusia vs Ukraina
Presiden Ukraina Sindir Telak Putin Mau Berdamai tapi Pasukan Militer Rusia tak Ditarik
kesepakatan damai apa pun dengan Rusia akan bergantung pada apakah pasukan Rusia mundur ke posisi mereka pra-invasi, atau tidak.
TRIBUN-MEDAN.com - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kesepakatan damai apa pun dengan Rusia akan bergantung pada apakah pasukan Rusia mundur ke posisi mereka pra-invasi, atau tidak.
Berbicara kepada sebuah lembaga pemikir London, Zelensky mengatakan bahwa itu adalah batas minimum kompromi yang dapat diterima negaranya.
• DIAM-diam China Ingin Invasi Taiwan, Belajar dari Rusia Invasi Ukraina? Jangan Perang Dunia III
• LIGA ITALIA - AC Milan Geser Inter Milan di Puncak Klasemen Liga Italia, Sengit Persaingan Scudeto
Dia mengatakan dia adalah pemimpin "Ukraina, bukan mini-Ukraina".
Namun dia tidak menyebut Krimea, yang dianeksasi oleh Rusia pada 2014. Rusia saat ini sedang berjuang untuk mengambil kendali penuh atas kota Mariupol.
Masih ada pasukan Ukraina bersama dengan beberapa warga sipil di pabrik baja Azovstal yang luas di kota tenggara, yang telah menjadi sasaran serangan gencar Rusia.
Mengambil Mariupolm akan menjadi pencapaian terbesar Rusia dalam dua bulan perang.
• Rusia Didukung CSTO 6 Negara Siap Melawan NATO, Bagaimana dengan China dan Suriah?
Itu juga akan memberi Presiden Rusia Vladimir Putin “sesuatu” untuk dirayakan pada 9 Mei, yang merupakan Hari Kemenangan di Rusia.
Bagi Rusia, hari Kemenangan 9 Mei adalah hari yang menandai kemenangan Soviet atas Nazi dalam Perang Dunia Kedua.
Namun berbicara dari Kyiv kepada lembaga think tank Chatham House di London, Zelensky mengatakan tidak ada kompromi bagi Rusia untuk mempertahankan wilayah yang telah ditaklukkannya sejak awal invasi ke Ukraina.
"Untuk menghentikan perang antara Rusia dan Ukraina, langkahnya harus memulihkan situasi pada 23 Februari," katanya, mengacu pada hari sebelum perang dimulai.
"Saya dipilih oleh rakyat Ukraina sebagai presiden Ukraina, bukan sebagai presiden Ukraina mini.
Ini adalah poin yang sangat penting," tambahnya dalam menanggapi pertanyaan dari BBC dilansir pada Sabtu (7/5/2022).
Referensi situasi pada 23 Februari menunjukkan Ukraina mungkin tidak bersikeras merebut kembali Krimea, sebelum berdamai dengan Rusia.
Semenanjung itu dianeksasi oleh Rusia delapan tahun lalu.
Baca juga: DIAM-diam China Ingin Invasi Taiwan, Belajar dari Rusia Invasi Ukraina? Jangan Perang Dunia III
Baca juga: LIGA ITALIA - AC Milan Geser Inter Milan di Puncak Klasemen Liga Italia, Sengit Persaingan Scudeto
"Terlepas dari kenyataan bahwa mereka menghancurkan semua jembatan (relasi) kami, saya pikir tidak semua jembatan itu hancur, secara kiasan," kata Zelensky menyerukan kembali dimulainya dialog diplomatik antara Rusia dan Ukraina. Rusia, pada bagiannya, menggambarkan proses perundingan damai dalam "keadaan stagnasi".
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Presiden Ukraina Sindir Telak Putin Mau Berdamai tapi Pasukan Militer Rusia tak Ditarik
