TRIBUNWIKI

BIOGRAFI dan Perjalanan Karir Pendeta WTP Simarmata Hingga Terpilih Sebagai Ephorus HKBP

Sejak itu namanya menjadi Pdt. Willem TP. Simarmata yang disapa menjadi Amang Pendeta Simarmata.

Penulis: Rizky Aisyah | Editor: Ayu Prasandi
HO / Tribun Medan
Pendeta WTP Simarmata 

Sejak dulu WTP menyadari bahwa agama harus memberi solusi, bukan menjadi pembawa ketidaknyamanan.

Karena sering kali, kata WTP, agama-agama terbawa arus kepentingan kelompok tertentu, sehingga tidak memberikan kontribusi kepada rekonsiliasi. Malah menjadi sumber konflik.

“Ini yang harus dihindari secara serius agar agama tidak terseret kepada posisi diperalat untuk kepentingan tertentu,” katanya.

Bagi WTP Simarmata, agama tidak hanya berbicara soal hubungan antara Allah dan manusia, tetapi juga soal hubungan antara manusia, bahkan dengan seluruh ciptaan Allah.

Karenanya, agama pun menjadi panduan bagi umat manusia bagaimana ber-Tuhan dan bermasyarakat.

“Bagaimana kita memperlakukan sesama adalah gambaran dari bagaimana kita berkomunikasi dengan Tuhan. Karenanya agama tidak boleh dipaksakan untuk dianut oleh orang lain.”

Tambahnya lagi, alih-alih, prinsipnya tidak ada satupun agama di dunia ini yang mendukung ketidakadilan yang terjadi di antara umat manusia.

Tidak ada satu agama pun yang memberi rekomendasi bagi para penganutnya untuk menggunakan kekuasaan yang dimiliki atau menyalahgunakan potensi yang dimiliki dalam sebuah masyarakat.

Dia menjelaskan, lebih jauh lagi bahwa tidak ada satu agama pun yang dalam ajarannya melegitimasi kesenjangan sosial.

“Kerusuhan dan ketidakadilan dll. Semua agama mengajarkan hal-hal yang membawa kesejahteraan bagi umat manusia. Karenanya memang semua agama harus mampu saling merangkul, apalagi di tengah masyarakat majemuk seperti bangsa dan Negara Indonesia,” jelasnya.

Suami Lersiana Purba ini melihat, bukankah ketidakadilan itu adalah juga akibat tindakan orang yang beragama? “Bukankah penyelewengan jabatan, korupsi dan penipuan itu adalah dilakukan oleh orang yang beragama pula? Bukankah yang miskin dan yang kaya itu adalah orang beragama? Lalu pertanyaan pun muncul: Apa hubungan agama dengan kenyataan semacam itu, atau Bagaimana orang yang beragama melihat dan mencermati kenyataan semacam itu? Katanya setengah bertanya.

Karenanya, kata ephorus baru HKBP ini, kepedulian agama atas persoalan-persoalan kemanusiaan menjadi agenda utama setiap pemikiran dan tindakan yang dikembangkan oleh agama.

Kondisi-kondisi kemanusiaan seperti keadilan, keprihatinan, keutuhan masyarakat, kedamaian, kebersamaan dan kesejukan menjadi tugas utama agama untuk dihadirkan di tengah-tengah masyarakat, dikalangan pengusaha, birokrat, pengusaha, konglomerat, politisi dan juga rakyat biasa yang sekalipun berbeda agama.

“Kehidupan seperti itulah seharusnya nampak di dalam kehidupan orang yang beragama, yaitu damai dan rukun. Persoalan yang sering dihadapi adalah: Mengapa penganut sering melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agamanya? Di sinilah pentingnya memberi perhatian kepada ajaran agama itu sendiri,” ujar pendeta yang bermutu pembaharuan, perdamaian, pemberdayaan, ini. Hotman J Lumban Gaol, diolah dari berbagai sumber

Baca juga: Sosok 2 Tentara Amerika Serikat yang Ditangkap Militer Rusia di Kharkiv, Dengan Sukarela ke Ukraina

BIODATA

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved