Berita Viral
Tekanan Darah & Hasil Scan, Bukti Dugaan Malpraktik RSUD Amri Tambunan Saat Operasi SC Happy Damanik
Saya curiga tindakan medisnya, contohnya kita permasalahkan itu dari standart pembedahannya. HB nya itu harus mencukupi karena saat itu hanya 7,1
Penulis: Rizky Aisyah |
TRIBUN-MEDAN.com,DELISERDANG - Kisah seorang ibu di Deliserdang yang meninggal setelah menjalani operasi caesar di RSUD Amri Tambunan menjadi sorotan masyarakat.
Happy Yansdika Damanik (27), Ibu dua anak ini yang awalnya sehat dan sangat bersemangat melakukan persalinan, namun tanpa alasan yang jelas dokter meminta melakukan operasi caesar.
Suami Happy Yansdika Damanik, yaitu Afrianto Manurung pun menjelaskan bahwa pada saat itu istrinya masih sangat sehat, begitu juga kondisi bayi dalam kandungan tidak ada masalah.
Dalam video-video postingannya di akun facebooknya terlihat jelas betapa Happy Yansdika Damanik sangat tenang dan sudah mempersiapkan diri untuk bersalin.
Namun atas dasar permintaan dokter, persalinan pun dilakukan secara caesar hingga Happy Yansdika Damanik tak sadarkan diri, hingga meninggal dunia.
Kasus kematian Happy Yansdika Damanik menjadi tanda tanya bagi keluarga besar Happy Yansdika Damanik.
Hal ini lantaran kondisinya sangat sengat pada saat sebelum menjalani operasi. Ada dugaan dari pihak keluarga kalau pihak rumah sakit telah melakukan malpraktik.

"Dugaan kami ya malpraktik jadinya sekarang ini. Ada hal yang buat kami tidak senang dan janggal," ucap Pniel Damanik Abang kandung Happy Rabu, (6/7/2022).
Pniel menyebut selama adiknya itu dirawat di rumah sakit dirinya juga banyak bertemu. Hal ini lantaran selain suami Happy yang menjaga di rumah sakit juga dirinya ikut menjaga secara bergantian.
Hal ini jugalah yang membuatnya sangat paham apa saja yang menjadi kecurigaan keluarga besarnya terhadap RSUD Amri Tambunan, yaitu adanya malpraktik
Kata Pniel dalam masalah ini bukan hanya kejadian di pertengahan atau di akhir cerita saja yang harus jadi perhatian tapi harus diketahui kejadian awal.
"Saya curiga tindakan medisnya, contohnya kita permasalahkan itu dari standart pembedahannya. HB nya itu harus mencukupi karena saat itu hanya 7,1," kata Pniel.
"Saya memang bukan orang kesehatan tapi kita sudah sharing juga sama orang kesehatan harusnya standarnya itu diatas 10 baru bisa dioperasi," lanjut Pniel.
Selain itu, kata Pniel banyak kecurigaan lain bagi keluarganya. Salah satunya adalah soal hasil scan otak adeknya, dimana dokter tak pernah memberikan hasil pemeriksaanya.
"Scan sudah disetujui keluarga tapi hasilnya cuma disebut bagus saja sama dokter. Saat meeting dokter bersama keluarga cuma disebut hasilnya bagus tapi tanda ada menunjukkan hasil scan pada hari itu. Hasil scan otak kita minta tidak dikasih," ujarnya.