Penembakan Brigadir J

SOSOK Seno Sukarto, Mantan Kapolda Sumut yang Ungkap Fakta Baru Kasus Tembak Mati Brigadir J

Seno Sukarto, pensiunan jenderal bintang dua yang mengungkap fakta baru kasus Brigadir J ditembak mati ternyata mantan Kapolda Sumut

Editor: Array A Argus

TRIBUN-MEDAN.COM,- Sosok Seno Sukarto kini menjadi sorotan.

Seno Sukarto adalah Ketua RT 005/RW 01 Kompleks Polri Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan.

Sejak Rabu (14/7/2022) kemarin, nama Seno Sukarto menjadi perbincangan, lantaran mengungkap fakta baru terkait kasus Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, yang ditembak mati di rumah dinas Kadiv Propam Mabes Polri, Irjen Ferdy Sambo.

Lantas, siapa Seno Sukarto sebenarnya?

Sosok Seno Sukarto

Dari sejumlah informasi yang diperoleh Tribun-medan.com, Seno Sukarto ini adalah pensiunan Jenderal Bintang Dua.

Seno Sukarto berpangkat akhir Mayjen Pol (Purn), sekarang Irjen Pol.

Banyak yang bertanya, kenapa pangkat akhir Seno Sukarto Mayjen.

Diketahui, kala Seno Sukarto menjadi anggota kepolisian, saat itu TNI/Polri masih bergabung di bawah naungan ABRI.

Sehingga, para perwira tinggi polisi menyandang pangkat yang sama dengan TNI Angkatan Darat.

Dari sejumlah informasi yang ada, ternyata Seno Sukarto ini kelahiran tahun 1938.

Dia pernah menjabat sebagai Kapolda sebanyak dua kali.

Pertama menjabat sebagai Kapolda Aceh, dan kemudian turut pula menjabat sebagai Kapolda Sumut.

Adapun jabatan terakhirnya semasa dinas yakni sebagai Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Anggaran (Asrena Kapolri).

Sejak beberapa tahun silam, Seno Sukarto pensiun.

Kini usianya sudah 84 tahun.

Seno Sukarto ungkap fakta baru

Seno Sukarto, pensiunan jenderal bintang dua yang merupakan Ketua RT 5/RW 1 mengungkap bahwa decoder CCTV diganti setelah insdien Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J ditembak mati.

Menurut Seno Sukarto, adapun decoder CCTV yang diganti itu berada di pos satpam.

Sehingga, apa-apa saja yang terjadi di sekitar perumahan komplek Polri itu, tidak diketahui, termasuk bagaimana jenazah Brigadir J dibawa setelah ditembak mati.

Saat diwawancarai, Seno Sukarto juga mengungkap kegeramannya kepada petugas kepolisian yang sesuka hati mengambil tindakan tanpa melakukan koordinasi.

Ia mengatakan, saat penggantian decoder CCTV itu, tidak ada satupun yang melapor kepada dirinya, meski hanya sebagai Ketua RT.

"Saya ini dianggap apa sih, maaf saja, saya ini Jenderal loh, meskipun RT," ujar Seno, Rabu (13/7/2022).

 

 

Dari cerita Seno Sukarto, penggantian decoder CCTV itu diketahuinya setelah bertanya kepada satpam yang bertugas di hari kejadian baku tembak itu.

Seno menjelaskan, decoder CCTV yang diganti berada di sekitar rumah dinas Kadiv Propam Mabes Polri, Irjen Ferdy Sambo.

Penggantian decoder CCTV tanpa koordinasi itu dilakukan pada Sabtu (9/7/2022), persis sehari setelah Brigadir J ditembak mati Bharada E, ajudan Kadiv Propam Mabes Polri.

"Maksudnya itu bukan CCTV di rumah Pak Sambo, tapi CCTV alatnya (decoder) yang di pos. Hari Sabtu digantinya," ujarnya Rabu (13/7/2022).

Adapun decoder CCTV itu diganti oleh polisi berseragam dan tidak berseragam.

"Iya, dari mereka (polisi mengganti decoder), ada yang pakai seragam," tuturnya.

Kendati begitu, Seno menegaskan decoder CCTV di sekitar rumah dinas Irjen Ferdy Sambo tidak mengalami kerusakan, baik sebelum atau saat terjadi baku tembak.

"Kalau (CCTV) yang di luar masih aktif. Yang di dalam saya enggak tahu, yang punya rumah. Kecuali CCTV yang punya rumah mati, kita yang perbaiki," kata Seno.

Hal ini mengakibatkan dirinya sekaligus tidak mengetahui apakah jasad Brigadir J diangkut memakai mobil ambulans atau mobil pribadi.

Polisi berdatangan saat Brigadir J ditembak mati

Masih kata Seno Sukarto, banyak polisi yang berdatangan ke rumah Kadiv Propam setelah kejadian polisi tembak polisi yang menewaskan Brigadir J, Jumat (8/7/2022).

Hal itu dikatakan Seno setelah mendapat laporan dari petugas keamanan (satpam) Komplek Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Awalnya, Seno menyebut saat peristiwa penembakan itu terdengar suara letusan.

Namun, dia hanya menganggap jika suara itu bersumber dari petasan karena mendekati Hari Raya Idul Adha 1443H.

"Kalau saya ditanya suara letusan itu, itu suaranya itu seperti petasan, sedangkan pada saat itu kan menjelang Idul Adha dan di sini biasanya menjelang Idul Adha atau tahun baru itu biasanya membunyikan kembang api," kata Seno.

Kemudian, lanjut Seno, satpam Komplek melihat di rumah Irjen Ferdy Sambo mulai berdatangan anggota polisi.

"Kemudian, setelah nggak ada kejadian apa apa, satpam mulai bertanya-tanya kok yang datang itu makin lama makin banyak ke rumah itu. Ditanya lah sama satpam, ada apa? Nggak ada apa-apa," ungkapnya.

Seno mengaku sempat menegur satpam karena tidak memeriksa saat sejumlah anggota polisi tersebut datang ke lokasi penembakan.

Namun satpam menyebut dirinya tidak berani untuk memeriksa karena takut terjadi apa-apa.

"Satpamnya juga saya iniin (tanya), kamu kok nggak mau periksa? Nanti diperiksa, saya disalahkan sama mereka," ucapnya.

"Jadi dia (satpam) juga takut. Itulah yang saya, Saya juga sesalkan, kenapa sebagai RT kok nggak dilapori soal kejadian itu," sambungnya.

Di sisi lain, dirinya juga tidak mendapat laporan saat polisi melakukan olah TKP hingga penggantian dekoder CCTV yang berada di pos satpam dekat rumah Irjen Ferdy Sambo.(tribun-medan.com)

Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Sosok Irjen (Purn) Seno Sukarto, Ketua RT yang Kesal Tak Diberitahu Ada Polisi Tembak Mati Polisi

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved