Kontroversi Tewasnya Brigadir Yosua

Menguak Senjata Bharada E Janggal Tembak Mati Brigadir J, Pengamat: Kalau Tamtama Maksimal Revolver

Menguak kasus tewasnya Brigadir J yang dikaitkan dengan tembak menembak di Rumah Dinas Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.

Editor: Salomo Tarigan
ISTIMEWA
Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo dan Brigadir Josua Hutabarat 

TRIBUN-MEDAN.com - Menguak kasus tewasnya Brigadir J yang disebut akibat tembak-menembak dengan Bharada E di Rumah Dinas Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.`

Memasuki hari ke-10 kasus ini semakin menarik. Bukan saja karena kasus ini belum terpecahkan.

Senjata yang digunakan keduanya juga jadi sorotan.

Seperti diberitakan, pihak kepolisian mengungkap jenis senjata api yang digunakan Bharada E dalam insiden penembakkan di Rumah Dinas Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.

Dua senjata api yang digunakan yang digunakan dalam insiden baku tembak itu adalah senjata genggam atau pistol jenis Glock 17 dan HS-9.

Penggunaan senjata otomatis itu pun menuai beragam reaksi masyarakat hingga sejumlah pemerhati kepolisian.

Pasalnya, penggunaan senjata di kepolisian cenderung terbatas.

Pengamat Kepolisian Bambang Rukminto mengatakan terbatasnya penggunaan senjata api berdasarkan aturan dasar keprajuritan yang mengatur.

Disebutkan bahwa seorang prajurit berpangkat Tamtama hanya boboleh membawa senjata laras panjang dan sangkur.

Itu pun hanya saat prajurit tersebut berjaga dalam tugasnya.

Kemudian pada tingkat Bintara hanya dibatasi menggunakan senjata laras pendek, serta pada pangkat Perwira pun memiliki spesifikasi senjata tersendiri.

“Kalau kemudian penembak Bharada E ini menggunakan senjata Glock, ini melompat jauh. Karena Bharada E ini adalah level paling bawah di kepolisian,” kata Bambang Rukminto dalam acara Crosscheck by Medcom.id, dikutip Minggu (17/7/2022).

“Ini juga berkembang lagi Glock ini dari siapa dan fungsinya apa dalam diberikan kepada Bharada E ini,” lanjut dia.

Tak hanya itu, Bambang pun mempertanyakan penggunaan pistol berjenis HS-9 yang disebut bahwa digunakan oleh Brigadir J atau Brigadir Novriansyah Yoshua.

“Dalam rangka apa dia membawa senjata itu? Oke lah dalam rangka pengawalan, apakah memang diperlukan senjata otomatis untuk mengawal itu? Apakah negara ini benar-benar mencekam, sehingga diperlukan senjata-senjata pembunih seperti itu?” ucapnya.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved