Berita Nasional

Tiga Kasus Subvarian Omicron BA.2.75 Terdeteksi Masuk ke Indonesia, Begini Gejalanya

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengonfirmasi bahwa di Indonesia telah terdapat kasus impor subvarian Omicron BA.2.75 atau Centaurus.

freepik
Ilustrasi Covid-19. 

Secara terpisah, seorang ahli penyakit menular dari University of East Anglia Profesor Paul Hunter menyampaikan, gelombang BA.275 kemungkinan bisa menjadi yang paling tidak mematikan.

Analisis awal menunjukkan subvarian BA.2.75 lebih mudah menular dibandingkan BA.2 dan BA.5, tapi belum ada bukti menunjukkan subvarian BA.2.75 lebih mungkin menyebabkan penyakit serius.

Gejala BA.2.75 atau Centaurus

Seperti namanya, BA.2.75 terkait dengan subvarian BA.2 Omicron yang kini merupakan strain dominan di Amerika Serikat dari sekitar pertengahan Mei hingga pertengahan Juni.

Baik subvarian BA.2, BA.2.75, BA..4, dan BA.5 semuanya serupa, tapi memiliki mutasi berbeda yang membuat masing-masing subvarian ini unik.

Dilansir dari Health, kesamaan tersebut memberikan dasar bagi para ahli untuk memprediksi penyebaran BA.2.75.

Gejala ringan yang terkait dengan Omicron dan subvariannya meliputi batuk, kelelahan, hidung tersumbat dan pilek.

Artinya, strain BA.2.75 juga bisa mempengaruhi orang dengan cara serupa.

Lebih lanjut, BA.2.75 juga memiliki mutasi pada protein lonjakannya yang mirip dengan subvarian BA.4 dan BA.5.

Subvarian Centaurus tampaknya mempunyai delapan mutasi tambahan yang mungkin memberikan keunggulan dalam hal replikasi dan penyebarannya.

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Subvarian BA.2.75 Centaurus Terdeteksi di Indonesia, Kenali Karakteristiknya

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved