Berita Nasional

Tiga Kasus Subvarian Omicron BA.2.75 Terdeteksi Masuk ke Indonesia, Begini Gejalanya

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengonfirmasi bahwa di Indonesia telah terdapat kasus impor subvarian Omicron BA.2.75 atau Centaurus.

freepik
Ilustrasi Covid-19. 

TRIBUN-MEDAN.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengonfirmasi bahwa di Indonesia telah terdapat kasus impor subvarian Omicron BA.2.75 atau Centaurus.

Bahkan, menurut Budi Gunadi Sadikin kemungkinan subvarian Omicron itu telah menjadi transmisi lokal.

Saat ini, terdapat tiga kasus subvarian Omicron BA.2.75 terdeteksi di dua lokasi, yaitu Bali dan Jakarta.

Baca juga: Tiba di Tanah Air, Sebanyak 14 Orang Jemaah Haji Indonesia Positif Covid-19

Kasus subvarian BA.2.75 di Bali merupakan kasus impor, karena kedatangan dari luar negeri, sedangkan kasus di Jakarta kemungkinan besar merupakan transmisi lokal.

Subvarian Centaurus diketahui berasal dari India dan pemerintah saat ini tengah mencari sumber dari kasus subvarian tersebut.

Adapun karakteristik subvarian BA.2.75 Subvarian yang dijuluki Centaurus pertama kali muncul di India pada Mei lalu, dan sejak saat itu menyebar ke negara-negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan Australia.

Subvarian BA.2.75 adalah turunan substrain BA.2 Omicron yang menyebabkan gelombang terakhir Covid-19 pada April 2022.

Subvarian ini dikhawatirkan atas penularannya yang cepat, serta lebih menghindari kekebalan dari vaksin dan infeksi sebelumnya.

Akan tetapi, belum ada bukti bahwa subvarian BA.2.7.5 menyebabkan penyakit yang lebih serius dibandingkan varian Omicron asli yang berkembang.

Sejauh ini masih belum banyak yang diketahui tentang BA.2.75, namun kemungkinan subvarian ini lebih mudah menghindari pertahanan yang dibangun terhadap SARS-CoV-2.

Kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan menyampaikan, subvarian ini tampaknya memiliki beberapa mutasi di dominan pengikatan reseptor dari protein lonjakan.

Meski begitu, masih terlalu dini untuk mengetahui seberapa baik strain dapat menghindari kekebalan atau tingkat keparahannya.

Lebih lanjut, Direktur Institut Kesehatan Global di Universitas Jenewa Antoine Flahault menjelaskan, penyebaran BA.2.75 di India mengindikasikannya bisa lebih menular dibandingkan subvarian Omicron BA.5, yang mendorong gelombang baru di Eropa dan AS.

“Tampaknya menjadi strain dominan di India, dan apakah itu akan menjadi strain dominan di seluruh dunia,” papar Flahault.

Awal bulan ini, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa mendaftarkan BA.2.75 sebagai varian dalam pemantauan.

Baca juga: Kadis Kesehatan Padangsidimpuan Dipenjarakan Jaksa, Diduga Korupsi Dana Petugas Monitoring Covid-19

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved