News Video

Masyarakat Adat Sipahoras Lakukan Aksi Kamisan Minta Usut Tuntas Pelanggaran HAM

Masyarakat adat Sipahoras dan perwakilan dari mahasiswa melakukan aksi kamisan di Tugu Nol Kilometer Kota Medan

Editor: Fariz

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Masyarakat adat Sipahoras dan perwakilan dari mahasiswa melakukan aksi kamisan di Tugu Nol Kilometer Kota Medan pukul 16.30 WIB, Kamis(28/7/2022).

Aksi ini mereka lakukan dalam hal mengusut tuntas pelanggaran HAM.

Dalam aksi kali ini, mereka berdiri membentuk huruf U mengarah Lapangan Merdeka sambil memegang brosur dengan berbagai macam tulisan.

Tulisan tersebut seperti Tanah Untuk Rakyat, Hentikan Kekerasan Rakyat Terhadap Gerakan Masyarakat Sipil, Stop Penyerobotan Tanah Rakyat, Tanah Rakyat Adalah Sumber Kehidupan dan Penghidupan serta Tutup TPL.

Mereka melakukan aksi karena mendapat kriminalitas dan intimidasi dari aparat karena adanya sengketa lahan dengan PT Toba Pulp Lestari (TPL) menurut Thomson Ambarita selaku perwakilan masyarakat adat Sipahoras.

Tidak hanya berorasi, mereka juga melakukan pembacaan puisi untuk menyuarakan isi hati tentang apa yang mereka rasakan selama proses memperjuangkan wilayah adat mereka.

Didalam orasi tersebut, terdengar juga mereka meneriakkan Tutup TPL dan Hidup Korban.

Mereka menganggap dirinya menjadi korban akibat sengketa lahan yang dilakukan perusahaan tersebut.

"Tutup TPL!! HIDUP KORBAN!!," terdengar dari barisan aksi.

Puisi yang disampaikan pun sebagai tanda kesedihan yang mereka rasakan. Didalam puisi tersebut terdengar kisah tangis dan kesedihan yang mereka rasakan akibat berjalannya perusahan diwilayah mereka yang menyebabkan banyaknya kekacauan seperti hutan sebagai penghasilan masyarakat yang kini telah diambil oleh pihak TPL.

"Kita yang tak bertanah ditanah kita, kita yang tak berumah dirumah kita. Tak punya kertas atau pun pena, tak punya apapun untuk diwariskan," isi puisi yang disampaikan Nikita.

Nurida Napitu salah satu perempuan adat saat berorasi menyampaikan keluh kesahnya terhadap pihak aparat. Dirinya berharap agar polisi dan tentara berhenti memberikan kriminalisasi dan intimidasi kepada masyarakat adat.

"Saya berpesan kepada polisi tolong hentikan kriminalisasi dan intimidasi kepada masyarakat adat," tuturnya.

Aksi ini pun disudahi pada pukul 18.00 WIB.

(cr28/www.tribun-medan.com).

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved