Film
RESPONS Heboh Penonton Pengabdi Setan 2 di Medan: Sampai Kacamata Saya Patah
Badai membuat pelaksanaan pemakaman jenazah menjadi terhalang. Akhirnya jenazah tersebut harus disemayamkan terlebih dahulu di rumah susun itu.
Penulis: Angel aginta sembiring | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Film Pengabdi Setan 2 : Communion tengah menjadi sorotan di bioskop Indonesia.
Bahkan karya terbaru sutradara Joko Anwar itu telah ditonton lebih dari 1 juta orang di hari kedua penayangan di bioskop.
Baca juga: BHARADA E Ungkap Kematian Brigadir J, Ngaku Tembak dari Dekat hingga bukan Ajudan Irjen Ferdy Sambo
Menurut pantauan Tribun Medan di Bioskop Cinepolis Sun Plaza, pada Sabtu (6/8/2022), bioskop dipadati oleh pengunjung.
Seorang pengunjung, Salsa mengatakan ia cukup puas dengan apa yang disajikan dalam film yang dibuat sangat menyeramkan, bahkan menurutnya di luar ekspektasinya.
Baca juga: TRAGIS, Kakak Beradik Tewas saat Hadiri Pemakaman Adat Batak Sari Matua, Duka Bertimpa Duka
"Duh seru deh, yang belum nonton wajib nonton, saya aja sampai patah nih gagang kacamata karena selalu terkejut di tiap adegannya, " ujarnya kepada Tribun Medan.
Selain itu, pengunjung lainnya juga mengatakan dirinya takjub dengan sinematografi dan sound yang diberikan.
Katanya, ia merasakan sound atau dentuman itu seperti menusuk ke dadanya.
"Ini merupakan film yang ditunggu-tunggu oleh pecinta film horor sih, engga masuk akal banget kerennya, " timpal penonton lain.
Sinopsi Pengabdi Setan 2 Communion
Dilansir dalam sinopsisnya, sinopsis film Pengabdi Setan 2 Communion menceritakan tentang kelanjutan kisah Rini dan keluarganya yang bertahan hidup usai selamat dari teror horor ibu.
Film garapan Joko Anwar ini resmi dirilis pada 4 Agustus 2022 lalu.
Pengabdi Setan 2 Communion dibintangi oleh Tara Basro, Bront Palarae, Nasar Anuz, dan Egy Fedly.
Film ini merupakan sekuel dari film 'Pengabdi Setan' yang rilis pada 2017 silam.
Mereka mulai membangun kehidupan. Rini masih berusaha untuk menggapai mimpinya meski kini kehidupannya makin tak mudah karena harus mengurus Bapak dan adik-adiknya.
Sedangkan Tony dan Bondi tumbuh sebagai remaja yang menghabiskan masa puber mereka di rumah susun yang jauh dari peradaban.
Keduanya menjalani kehidupan seperti remaja pada umumnya, memiliki sahabat dan gadis yang ditaksir.
Sementara itu, Bapak pergi bekerja nyaris tiap hari. Namun, Bapak tidak pernah menjelaskan pekerjaannya kepada anak-anaknya.
Anehnya ia hanya pergi dengan membawa koper misterius dan ketika pulang langsung memasukkan koper itu ke lemari lalu menguncinya.
Ketika mereka berusaha menjalani hidup dengan normal, tiba-tiba fenomena penembak misterius alias Petrus terus merajalela di jalanan ibukota. Berita soal Petrus menjadi heboh di media.
Selain itu, kabar mengenai badai besar yang akan melanda Jakarta pada 16 April 1986 juga menjadi topik hangat.
Badai tersebut diramalkan akan membuat banjir, terutama di kawasan daratan yang lebih rendah seperti lokasi rumah susun mereka.
Di sisi lain, Rini berniat meninggalkan di rumah susun. Rencana ini ditentang oleh Bapak.
Menurut Bapak, tinggal di rumah susun lebih aman. Jika terjadi sesuatu mereka tidak sendirian.
Ternyata kehidupan normal yang berusaha mereka jalani tidak berjalan mulus. Badai melanda rusun tersebut.
Elevator rumah susun jatuh dan menyebabkan sejumlah korban jiwa.
Tidak hanya itu, badai membuat pelaksanaan pemakaman jenazah menjadi terhalang.
Akhirnya jenazah tersebut harus disemayamkan terlebih dahulu di rumah susun itu.
Sebagian besar penghuni rusun telah mengungsi karena tidak ingin terjebak badai.
Sehingga bangunan tersebut menjadi begitu sepi dan menyeramkan.
Di tengah momen sepi dan terjebak badai tersebut, listrik rumah susun mati karena gardu terendam banjir.
Saat itulah, malam panjang penuh teror horor terjadi, termasuk kedatangan kembali Ibu dan kelompok misterius yang menghantui Rini dan keluarganya.
(cr9/Tribun-Medan.com)