Kasus Pembunuhan Brigadir J
Terungkap Ada Dokter Forensik Menangis Karena Hal Ini, Kamaruddin Ragukan Hasil Autopsi Brigadir J
Brigadir J Sempat Dijambak, Kamaruddin Simanjuntak Ragukan Hasil Autopsi Ulang, Komnas HAM Beberkan Ada Dokter Forensik yang Menangis Karena Hal Ini
Taufan menambahkan, sebaiknya nama-nama dokter forensik yang melakukan autopsi pertama segera dipulihkan. Menurutnya, mereka telah dijatuhi tuduhan yang tak adil.
Bahkan, dia mengungkapkan bahwa para dokter forensik tersebut sempat menangis karena tuduhan yang mereka terima.
"Jadi saya kira nama-nama dokter forensik itu juga harus kita pulihkan itu karena tuduhan menurut saya. Tidak sehat buat mereka, mereka nangis di depan saya," ungkap Taufan.
Meski begitu, Taufan tetap memaklumi tindakan masyarakat yang meragukan hasil autopsi sebab hanya ingin memastikan keadilan dari kematian Brigadir J.
"Kita hormati semua, dalam langkah mencari keadilan yang sesungguhnya itu nggak apa-apa," jelas Taufan.
Keraguan kuasa hukum keluarga Brigadir J
Pengacara keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak menilai masih terdapat kejanggalan terkait hasil otopsi kedua.
Kamaruddin mengatakan, pihaknya belum menerima hasil otopsi secara resmi. Tetapi, ia juga mengaku keberatan dengan pernyataan tim forensik bahwa tidak ada luka selain tembakan di tubuh Brigadir J.
"Berarti dokternya ini belum profesional, kita harus sekolahkan lagi dia ke luar negeri supaya pintar. Karena saksi saja atau tersangka mengakui kepalanya (Brigadir J) dijambak (Ferdy Sambo) dulu sebelum ditembak. Dijambak itu kan penganiayaan," kata Kamaruddin di program Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Senin (22/8/2022).
"Kalau tersangka mengakui melakukan penganiayaan sementara dokter forensik mengatakan tidak ada penganiayaan berarti ada perbedaan. Mana yang benar, apakah tersangka atau pelaku atau dokternya," imbuh dia.
Kamaruddin turut menyoroti sikap tim dokter forensik yang tidak memberikan hasil otopsi kepadanya. Sebab, ia merupakan pihak yang mengajukan ekshumasi.
"Saya kan sudah mengajukan daftar pertanyaan di malam hari menjelang ekshumasi, tetapi sampai hari ini, dokter itu belum mengirimkan apa pun ke saya," kata Kamaruddin.
Karena itu, ia mempertanyakan independensi tim dokter forensik tersebut.
Sebagai pihak yang mengajukan ekshumasi, Kamruddin menuturkan bahwa ia seharusnya menerima hasil otopsi itu terlebih dahulu sebelum dirilis ke media.
"Jadi kalau dia dokter independen, karena saya yang mengajukan ekshumasi tentu saya harus diberi dulu hasil kerja mereka, baru mereka rilis ke berita," jelas dia.