Makrame asal Medan Dipesan hingga Sulawesi, Beromzet Rp 6 Juta Per Bulan
Pasalnya kerajinan ini dapat menjadikan sebuah ruangan menjadi estetik dan indah.
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Kerajinan makrame kini menjadi tren di kalangan masyarakat Indonesia termasuk Kota Medan. Pasalnya kerajinan ini dapat menjadikan sebuah ruangan menjadi estetik dan indah. Tak heran jika perajin makrame kebanjiran keuntungan karena banyaknya pemesanan.
Makrame merupakan sebuah karya tangan yang menyatukan simpul terdiri dari beberapa tali atau benang dan menghasilkan rumbai dan jumbai yang bersifat dekoratif.
Selain itu, makrame juga berfungsi sebagai aksesori suvenir atau pun fashion seperti gantungan kunci, wall hanging atau hiasan dinding, tas, dasi, pot taman, dan lain sebagainya.
Seperti yang dilakukan perajin makrame di Kota Medan yaitu Fadilah Nur Wani atau yang kerap disapa Dila yang fokus pada dekorasi.
Baca juga: Pelatihan Kerajinan Rotan di Medan Sunggal Berakhir, Peserta Diharapkan Bentuk Sentra Wirausaha Baru
Kepada Tribun Medan, Dila menceritakan, awal mula dia menekuni menjadi seorang perajin makrame.
Dikatakannya, kegemarannya ini bermula saat ia memutuskan berhenti bekerja di salah satu instansi pendidikan di Kota Medan, karena harus menjadi seorang istri sekaligus seorang ibu.
Untuk mengisi waktu senggang, sambil memantau tumbuh kembang sang anak, Dila memutuskan mencari hobi baru yang bisa menjadi sumber penghasilan, dan Dila memilih menjadi perajin makrame dimulai tahun 2021.
"Awal mula saya membuat makrame ini tahun 2021, sebelumnya itu saya kerja di salah satu instansi pendidikan di Medan terus karena saya pada saat itu sudah menikah dan sudah punya anak, saya mikir apa ya yang bisa saya bikin di rumah, tetapi tetap punya penghasilan dan saya tetap bisa lihat tumbuh kembang anak gitu.
"Jadi cari-cari hobi baru, waktu itu saya sempat ada beberapa pilihan menyulam dan makrame gitu, dan saya memilih makrame," ujarnya.
Dia menuturkan, membuat kerajinan makrame yang unik dan cukup sulit ini, dia pelajari secara otodidak dengan melihat tutorial di Youtube.
"Pertama saya mencari tau mengenai makrame dan saya lihat di media sosial kok bagus ya, cantik gitu dan akhirnya saya tertarik. Mulai lah belajar tutorial dari Youtube dan belajarnya secara otodidak, karena pada saat itu saya sudah mencari kelasnya di Medan namun tidak ada yang membuka kelas belajar membuat makrame," tuturnya.
Setelah satu tahun menjadi seorang perajin makrame, kini kerajinan Dila sudah dipesan hingga pulai Sulawesi.
"Alhamdulilah yang pesan ada yang berasal dari luar daerah seperti Aceh, Lampung hingga Sulawesi juga ada," tuturnya.
Omzet yang dia dapat juga cukup fantastis. Awal mula Dila hanya mendapat keuntungan sedikit, namun saat ini Dila sudah dapat meraup omzet hingga Rp 6 juta per bulan.
"kalau omset awalnya itu sedikit lah. Nah sekarang Alhamdulillah mungkin karena branding itu juga dan sudah dikenal banyak orang jadi sebulan bisa mencapai Rp 3 juta hingga Rp 6 juta," imbuhnya.
Harga kerajinan makrame yang dijual Dila cukup murah mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 1 juta rupiah tergantung besar dan kesulitan pengerjaannya.
"Kalau perintilan lebih murah lah harganya, seperti gantungan kunci harganya mulai dari Rp10 ribu. Kalau untuk hiasan dinding itu harganya biasa saya buat Rp 25 ribu sampai satu Rp 1 juta," ungkapnya.
Dia berharap masyarakat Kota Medan lebih mengenal dan tau bahwa kerajinan makrame ada di Kota Medan bukan hanya ada di Bali dan Yogyakarta.
"Aku pengen orang-orang kenal oh ternyata makrame ada di Medan gitu, selama ini orang-orang itu memikirkan makrame cuma ada di Lombok dan Yogyakarta padahal di Medan ada lo, yang dari Sulawesi aja tau," tutupnya.