Kaitan Hilangnya Michael Rockefeller, Orang Terkaya AS Tenggelam di Papua dan Suku Kanibal
Terlebih pada era tersebut, menurut catatan sejarah, praktik kanibalisme di sana sedang marak-maraknya.
Itu adalah momen terakhir kalinya Michael terlihat.
Setelahnya, ia hilang dan jasadnya tak pernah ditemukan.
Media di Amerika Serikat dan dunia terus menyoroti peristiwa hilangnya Michael Rockefeller.
Pencarian menggunakan helikopter, pesawat, kapal, dan ribuan masyarakat lokal, terus dikerahkan sambil tetap dipantau media.
Setelah pencarian resmi dilakukan selama 3 tahun, akhirnya Michael dinyatakan meninggal akibat tenggelam pada tahun 1964.
Kehilangan Michael erat dikaitkan dengan suku kanibal karena beberapa hal.
Kaitan Hilangnya Michael Rockefeller dan Suku Kanibal

Dilansir dari CNN Indonesia, Carl Hoffman, penulis buku ‘Savage Harvest: A Tale of Cannibalism, Colonialism and Michael Rockefeller’s Tragic Quest for Primitive Art,’ menilai Rockefeller berhasil mencapai pantai.
Namun, ia dibunuh dan dimakan oleh Suku Asmat.
Hoffman juga menyampaikan bahwa Pemerintah Belanda dan Gereja Katolik mengetahui kejadian tersebut, tetapi memilih merahasiakannya.
Berdasarkan dugaan Hoffman, ia percaya Rockefeller dimakan karena suku Asmat menganggap kanibalisme dan perburuan kepala sebagai praktik yang sakral.
Terlebih pada era tersebut, menurut catatan sejarah, praktik kanibalisme di sana sedang marak-maraknya.
Sebagai contoh, pada Desember 1957, masyarakat di desa Otsjanep dan desa tetangga terlibat perang.
Dari 124 orang yang ikut dalam bentrokan itu, hanya 11 orang yang berhasil pulang.
Diketahui bahwa Desa Otsjanep merupakan salah satu desa yang mempraktikkan kanibalisme.
Salah satu pastor Belanda yang ada di sana, Pastor Hubertus von Peij, bercerita bahwa suatu hari ia sedang berkeliling di wilayah Desa Otsjanep dan desa tetangga, Omadesep.
Tiba-tiba, sekelompok pria menghampiri von Peij dan mengatakan bahwa Rockefeller dibunuh dan dimakan oleh kelompok pejuang Otsjanep yang tengah beristirahat.
Misteri hilangnya Rockefeller di tanah Papua ini, masih menjadi pertanyaan besar sampai sekarang.
Sekalipun dilakukan investigasi oleh media dan dokumenter, belum ada tanda-tanda lagi terkait peristiwa tersebut.
(*/ Tribun-Medan.com)