Viral Medsos
Inilah Strategi Indonesia Hadapi Isu Inflasi dan Resesi Global
kondisi global yang kini terjadi disebabkan oleh berbagai permasalahan di sejumlah negara. Hal ini menyebabkan krisis energi dan pangan.
Menurut Perry, kondisi global yang kini terjadi disebabkan oleh berbagai permasalahan di sejumlah negara. Hal ini menyebabkan krisis energi dan pangan, serta distribusi barang tersendat.
Agar ekonomi Indonesia tak ikut terdampak, Perry menekankan bahwa pemerintah dan seluruh pihak terkait harus mewaspadai lima potensi risiko akibat permasalahan ekonomi global.
Pertama, pertumbuhan ekonomi menurun atau slow-growth yang dipicu dari risiko resesi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang meningkat.
Kedua, inflasi yang sangat tinggi disebabkan kenaikan harga energi dan pangan global.
Ketiga, suku bunga tinggi dan kondisi fed fund rate yang bisa mencapai 5 persen selama 2023.
Keempat, nilai dollar AS sangat kuat yang menyebabkan tekanan atau depresiasi nilai tukar negara lain, termasuk terhadap rupiah.
Kelima, fenomena cash is the king yang mendorong penarikan dana investor global dan mengalihkannya pada aset likuid untuk menghindari risiko yang tinggi.
"Dengan beragam risiko itu, perumusan kebijakan serta sinergi fiskal dan moneter perlu diperkuat agar kebijakan ekonomi nasional yang dihasilkan bisa memberikan manfaat yang besar bagi rakyat dan negara sehingga dapat memperkuat ketahanan dan kebangkitan ekonomi nasional pada tahun-tahun selanjutnya," papar Perry.
Acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2022 dihadiri oleh lintas kementerian dan pejabat daerah.
Kebijakan untuk bersinergi dan berinovasi Sebagai langkah strategis, papar Perry, BI akan terus bersinergi dengan pemerintah dan KSSK guna merealisasikan lima bauran kebijakan BI pada 2023.
“(Lima) kebijakan ini akan diarahkan sebagai bagian dari kebijakan nasional untuk memperkuat ketahanan, pemulihan, dan kebangkitan perekonomian Indonesia,” jelas Perry.
Lima kebijakan tersebut dijelaskan secara mendalam olehnya.
Pertama, kebijakan moneter BI 2023 yang akan difokuskan pada stabilisasi nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi agar kembali ke siaran awal.
BI, kata Perry, akan melanjutkan respons kebijakan suku bunga melalui kalibrasi secara terukur (well-calibrated), perencanaan yang matang (well-planned), dan dikomunikasikan secara transparan (well-communicated).
"Hal ini dilakukan untuk memastikan pencapaian sasaran inflasi inti lebih awal, yaitu pada semester I 2023. Besaran dan waktu respons kebijakan suku bunga akan didasarkan pada perkembangan ekspektasi inflasi dan inflasi inti," ujar Perry.