Opini Online
Ulasan Filosofis Kebudayaan Simbol Gerakan Tangan dalam Tari Tor-tor Budaya Batak Toba
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat pluralitas yang memiliki aneka ragam kebudayaan
"Ulasan Filosofis Kebudayaan Simbol Gerakan Tangan dalam Tari Tor-tor Budaya Batak Toba"
Oleh: Alfredo Siboro OFMCap. (Mahasiswa Universitas Katolik St. Thomas Fakultas Filsafat)
Pengantar
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat pluralitas yang memiliki aneka ragam kebudayaan[1], salah satunya adalah kesenian. Kesenian merupakan salah satu unsur dari kebudayaan universal.[2] Salah satu bentuk seni yang paling menonjol adalah seni pertunjukan yang terdiri dari percabangan seni musik, tari, dan teater.[3] Tari Tor-tor dalam budaya Batak Toba merupakan salah satu wujud kesenian nusantara yang menyimbolkan sesuatu yang mendalam dari masyarakat Batak Toba.
Kebudayaan dan Simbol
Kebudayaan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia (conditio sine qua non). Mengapa? Sebab, kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan atau dibentuk oleh akal budi manusia, sebagai obyek material, yang bertujuan untuk memanusiakan manusia (humanisasi) yang berkehendak bebas, sebagai obyek formal. Hakikat dari kebudayaan adalah menertibkan atau mengatur alam agar dapat sesuai dengan kebutuhan manusia.
Simbol adalah kata sangat familiar dalam kalangan masyarakat. Dalam Ilmu Filsafat Kebudayaan, simbol adalah salah satu topik penting yang harus pahami dan didalami. Simbol adalah tanda yang menghadirkan atau merepresentasikan sesuatu yang disimbolkan, dimana di dalamnya saling terhubung dan sesuai. Simbol tidak hanya menyentuh pada ranah kognitif rasio, melainkan sampai pada ranah afeksi terdalam dari manusia, sehingga simbol bersifat dinamis, dan infinitf (terbuka). Maka, simbol berbeda dengan tanda.
Secara antropologis kebudayaan dan simbol memiliki hubungan yang sangat dekat. Sebagai contoh konkret adalah manusia. Manusia terdiri atas tubuh dan jiwa. Maka, hal tersebut dapat dirumuskan demikian: “Aku yang adalah aku yang paling dalam (jiwa) tampak dalam perwujudanku dalam tubuh. Tubuh yang terbatas membantu aku yang paling dalam (jiwa) untuk dapat melakukan banyak hal.” Manusia adalah makhluk kompleks yang unik dan berbeda dengan makhluk infrahuman (hewan, tumbuhan, dll).
Tari Tor-Tor
Tari adalah gerakan tubuh secara berirama, biasanya mengikuti musik dan dalam ruang tertentu, dengan tujuan untuk mengekspresikan ide atau emosi, melepaskan energi, atau sekadar menikmati gerakan itu sendiri.[4] Di Indonesia, seni tari tampak beraneka ragam karena dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor sejarah dan asimilasi kebudayaan. Faktor sejarah berkaitan dengan keterpisahan suku-suku bangsa dengan menempati wilayah dengan lingkungan alamnya yang khas di mana mereka mengembangkan adat istiadat dan kepercayaan yang unik. Sedangkan faktor asimilasi kebudayaan mengakibatkan kesenian dalam proses perkembangannya dipengaruhi oleh hasil pergaulannya dengan dunia luar serta penerimaannya diantara lapisan-lapisan kebudayaan yang berbeda.[5]
Dalam budaya Batak Toba, kita juga mengenal salah satu gerakan tari yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Batak Toba sendiri yaitu tari Tor-tor. Lahirnya tari Tor-tor dipengaruhi oleh faktor sejarah masyarakat Batak Toba itu sendiri, karena lahir di wilayah Samosir, Toba, dan Humbang yang memiliki kepercayaan kepada roh leluhur mereka.
Tari Tor-tor adalah tari Batak tradisional yang terdiri dari gerakan tangan dan kaki yang berirama, sedang penari tetap di tempatnya sendiri. Tari Tor-tor (manortor) selalu diiringi dengan musik tradisional Batak itu sendiri yaitu gondang.[6] Tor-tor dan gondang diadakan apabila ada upacara penting dalam kehidupan orang batak, misalnya horja (upacara adat), seperti: perkawinan, mangongkal holi (upacara menggali kerangka jenazah), mangalahat horbo (upacara menyembelih kerbau), dan upacara kematian seperti Saur Matua.[7]
Ulasan Filosofis Simbol Gerak dalam Tari Tor-Tor
Tari Tor-Tor dalam budaya Batak Toba bukan sebuah gerak tarian yang diciptakan dari intuisi imajinatif masyarakat Batak Toba. Setiap gerakan dalam Tari Tor-Tor memiliki makna tersirat dimana menjelaskan bagaimana proses menghargai dan memberi penghormatan antarmarga yang melangsungkan pesta berdasarkan sistim kekerabatan Dalihan Na Tolu. Maka, Tari Tor-Tor adalah sebuah ungkapan individual, kultur, dan juga keagamaan, yakni tampak dalam empat bentuk gerakan, yakni meminta berkat (maneanea), memberi berkat (mamasu-masu), meminta dan menerima berkat (mangido tua), dan menyembah dan meminta berkat (manomba).[8]
Setiap gerakan tangan yang dilakukan dalam Tari Tor-Tor menunjukkan ciri-ciri kehidupan masyarakat Batak Toba, terutama dalam adat Dalihan Na Tolu. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Batak Toba adalah masyarakat yang saling menghargai dan menghormati, terutama dalam adat Dalihan Na Tolu dan warisan budaya leluhur mereka. Gerak Tari Tor-Tor yang dilakukan juga mengindikasikan bagaiamana masyarakat Batak Toba yang merendahkan hati untuk meminta dan menerima berkat, yang kemudian menjadi suatu budaya dalam diri masyarakat Batak Toba dalam meminta dan menerima banyak hal.