Kesehatan

Siapakah yang Bersalah dalam Kasus Perselingkuhan? Begini Penjelasan Seksolog Zoya Amirin

Ada banyak alasan seseorang untuk berselingkuh. Bahkan orang yang berselingkuh biasanya cenderung menyalahkan korbannya.

YouTube
Seksolog Zoya Amirin 

TRIBUN-MEDAN.com - Dalam menjalin hubungan dengan manusia, tepatnya hubungan laki-laki dan perempuan, perselingkuhan menjadi hal yang sering terjadi. Baik terhadap pasangan yang telah menikah maupun yang statusnya masih berpacaran.

Ada banyak alasan seseorang untuk berselingkuh. Mayoritasnya, mereka yang berselingkuh adalah laki-laki. Namun, tidak sedikit pula perempuan yang juga begitu.

Perselingkuhan terjadi, jika ada tiga orang yang terlibat di dalamnya. Pertama, orang yang berselingkuh. Kedua, orang yang diselingkuhi. Ketiga, orang yang menjadi selingkuhan.

Lantas, siapa yang seharusnya disalahkan dan memiliki peran paling besar dalam masalah tersebut? Apakah orang ketiga alias si selingkuhan? Seringnya begitu, ya.

Baca juga: Selain Santa Claus, Kenali 6 Tokoh Legendaris Natal dari Seluruh Penjuru Dunia

Seorang seksolog, Zoya Amirin, dalam video YouTube-nya mengatakan bahwa orang yang paling bersalah dalam perselingkuhan adalah dia yang berselingkuh.

"Secara hukum dan psikologis, jika ada laki-laki berselingkuh dengan seorang perempuan, yang paling bersalah adalah laki-lakinya. Hal itu diatur pula dalam undang-undang. Jadi, bisa dilaporkan apabila si korban perselingkuhan mau," jelas Zoya dalam videonya, dikutip Tribunmedan.com pada Kamis (22/12/2022).

Orang yang berselingkuh, artinya dia sudah tidak setia dan mengkhianati pasangannya dengan mencari pasangan yang baru.

Akan ada banyak alasan yang diutarakannya, seperti pasangannya membosankan, tidak menyenangkan lagi, dan bahkan alasan khilaf karena digoda.

Orang tersebut pun tidak akan mau mengakui kesalahannya dan malah menyalahkan orang lain. Padahal, perihal kesetiaan, kendalinya ada di dalam diri sendiri.

Kemudian, Zoya juga menjelaskan, sebuah fenomena yang kerap terjadi. Tentang seseorang yang memilih mempertahankan pernikahan hanya demi anak, padahal telah diselingkuhi.

Baca juga: Gratis, Tol Tebing Tinggi-Indrapura dan Tol Sinaksak-Dolok Merawan Bisa Dilalui Pemudik Mulai Besok

Menurut Zoya, hal itu merupakan sesuatu yang salah. Hal yang seharusnya pertama kali dilakukan saat terjadi perselingkuhan adalah memperbaiki hubungan antara suami dan istri. Sebab, pascaperselingkuhan, akan timbul ketidakpercayaan di antara pasangan.

Oleh karena itu, jika benar-benar mantap untuk melanjutkan pernikahan, obatilah rasa tidak percaya itu. Zoya pun menyarankan untuk datang ke konsultan pernikahan.

"Ini kesalahan yang paling sering terjadi, sih. Orang, tuh, lupa bahwa sebenarnya untuk menyelamatkan pernikahan, bukan dengan menyelamatkan anak dulu," ujar Zoya.

"Harusnya rumah tangganya dulu. Kalau tidak, agak susah, ya," lanjutnya.

Rasa ketidakpercayaan pada pasangan itulah, menuruy Zoya, yang berpotensi menghasilkan impotensi parsial.

Impotensi parsial adalah kondisi medis seorang laki-laki yang tidak bisa terangsang lagi oleh istrinya. Namun, laki-laki itu bisa terangsang dengan wanita lain.

"Nanti mengalami impotensi parsial. Impoten sama istrinya, tetapi nggak sama perempuan lain," kata Zoya.
Seksolog Zoya Amirin juga menekankan beberapa hal yang harus diperbaiki oleh pasangan yang telah mengalami kasus perselingkuhan.

Misalnya, merefleksi diri dan mencari penyebab utama perselingkuhan. Menyelesaikan pertengkaran-pertengkaran di antara dua pihak. Kemudian, jalin lagi keintiman dalam hubungan rumah tangga.

Sebuah penelitian mengatakan, kegagalan pernikahan adalah karena kurangnya menjaga keintiman ketika sudah menikah.

"Kenapa bisa kehilangan gairah seksualnya? Karena dia, tuh, kurang membina keintiman," pungkasnya.

(cr31/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved