Materi Belajar

Pengertian Ikhtisar dan Tujuan Ikhtisar

Pengertian Ikhtisar dan Tujuan Ikhtisar akan dibahas pada materi Bahasa Indonesia berikut ini.

Penulis: Rizky Aisyah |
HO / TRIBUN
Pengertian Ikhtisar dan Tujuan Ikhtisar 

TRIBUN-MEDAN.com.MEDAN – Pengertian Ikhtisar dan Tujuan Ikhtisar akan dibahas pada materi Bahasa Indonesia berikut ini.

Pengertian Ikhtisar

Ikhtisar merupakan bagian yang sangat penting karena memuat keseluruhan isi teks. Dengan kata lain, outline memuat pokok bahasan teks, masalah dan tujuan. Ikhtisar hampir sama dengan kesimpulan, tetapi strukturnya berbeda.

Teks ini umumnya digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran. Untuk membuatnya, penulis harus membaca naskah aslinya secara utuh, dan membacanya dengan cermat dan seksama. Berhati-hatilah saat menulis outline, karena kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang. Dengan kata lain, penulis harus mampu menulis ulang secara padat tanpa mengupas pokok bahasan dan pokok bahasan.

Ikhtisar adalah tulisan pendek, jadi gunakan kalimat yang efektif. Hal ini sesuai dengan definisi KBBI tentang pandangan yang dipadatkan (hanya pandangan yang signifikan). Outline tidak memperhatikan urutan teks aslinya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa outline hanya berkaitan dengan meringkas materi teks sebelumnya.

Tujuan Ikhtisar

Tujuan penulisan outline adalah untuk memberikan ikhtisar poin-poin penting dari teks yang sedang atau akan Anda baca. Ikhtisar ditulis untuk memberikan kesimpulan dari sebuah teks.

Ikhtisar biasanya ditulis lebih ringkas dan tidak bertele-tele dibandingkan teks aslinya. Ikhtisar juga berfungsi sebagai teks untuk membantu pembaca lebih mudah memahami dan mendapatkan ide dari teks panjang yang sedang dibahas.

Contoh Ikhtisar

Nah, setelah memahami apa artinya dan cara membuat outline, sekarang mari kita beri contoh.

Teks asli

Ribuan tahun yang lalu tanah Parahyangan diperintah oleh seorang raja dan ratu yang memiliki anak bernama Dayang Sumbi. Saat dia menenun, dia merasa lemah dan pusing. Kemudian dia menjatuhkan gulungan itu dan bersumpah bahwa siapa pun yang mendapatkannya akan menikahinya.

Kemudian seekor anjing bernama Tumang membawanya. Mereka menikah dan memiliki seorang anak bernama Sangkuriang. Suatu hari Dayang Sumbi menyuruh anaknya dan Tumang untuk mencari rusa. Sangkuriang sangat terpukul tetapi tidak ingin mengecewakan ibunya, dan Sangkuriang menembak Tumang dan membawanya ke ibunya.

Tiba-tiba, Dayang Sumbing teringat jaring casting dan bertanya kepada putranya. Sangkuriang juga mengatakan yang sebenarnya. Dayang Sumbi marah dan memukul Sangkuriang hingga pingsan. Kemudian, Dayang Sumbi mengusir anaknya.

Beranjak dewasa, Sangkuriang pergi melihat dunia luar. Dia bertemu dengan seorang gadis cantik yang tidak lain adalah ibunya. Sangkuriang jatuh cinta dengan gadis itu dan Sangkuriang melamarnya. Dayang Sumbi yang akan menikah mengelus kening Sangkuriang, dan segera mengetahui bahwa orang yang akan dinikahinya adalah anaknya.

Ikhtisar

Alkisah, ada seorang putri bernama Dayang Sumbi. Saat dia menenun, dia tiba-tiba kehilangan kekuatan dan kehabisan benang. Kegagalan itu ditemukan oleh seekor anjing bernama Tumang dan keduanya menikah. Dari pernikahan tersebut mereka dikaruniai seorang putra bernama Sangkuriang. Ketika Sangkuriang pergi berburu di hutan bersama Tumang, dia tidak menemukan seekor rusa pun. Akhirnya Sangkuriang membunuh Tumang.

Mengetahui hal itu, Dayang Sumbi marah dan mengusir anaknya. Sangkuriang tumbuh dewasa dan bertemu dengan seorang wanita cantik dan ingin menikahinya. Wanita itu adalah ibunya sendiri, Dayang Sumbi. Mengetahui hal tersebut, Dayang Sumbi mencoba memutuskan pernikahan tersebut dengan memberikan syarat yang tidak mungkin kepada Sangkuriang. Dayang Sumbi menginginkan sebuah bendungan yang menutupi bukit dan sebuah perahu yang menutupinya.

Saat matahari terbit, Sangkuriang merasa tertipu karena tidak bisa menyelesaikannya. Karena sangat marah, Sangkuriang mengutuk Dayang Sumbi dengan menendang perahu hingga terbalik yang membentuk "Tangkuban Perahu".

Dayang Sumbi berharap pernikahan itu gagal. Maka Sangku-liang mengajukan syarat yang tidak dapat diterima. Dia harus membangun bendungan di sekitar bukit dan membuat perahu untuk melewatinya. Pekerjaan Sangkuriang hampir selesai, namun fajar terbit lebih awal dari biasanya. Sangkuriang pun merasa dirinya diperdaya. Kemudian Sangkuriang menjadi sangat marah dan mengutuk Dayang Sumbi dengan menendang perahu terbalik yang membentuk "Tangkuban Perahu".

(cr30/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved