Buku

Buku Kumpulan Puisi Orang-orang Perbatasan, Ungkap Realita Sosial Masyarakat yang Termarjinalkan

Oppungleladjingga merupakan seorang penyair yang telah berumur dan kini sedang dilumat rasa gelisah pada apa yang terjadi di sekitarnya.

Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/HUSNA
Penulis buku kumpulan puisi berjudul Orang-orang Perbatasan, Oppungleladjingga (Zulkarnain Siregar).  

Gambaran situasinya detail, terkadang mengaduk-aduk rasa untuk mengikuti kelananya, membawa kita menjelajah ke berbagai peristiwa.

Konsep maupun filosofi yang selalu lekat-erat dengan makna hidup dan kehidupan, tentang keteladanan kepedulian, simpati dan empati pada orang-orang yang berada di sekitar penyair termasuk mereka para nelayan, petani, buruh, kaum papa dan orang pinggiran.

Dengan kekayaan leksikon laut di dalam belasan puisinya, penyair antara lain mengungkapkan realitas sosial, renungan kehidupan, kerinduan dan kenangan, layaknya manusia yang sudah sangat banyak merasakan "asam-garam" kehidupan.

Selain itu, terdapat puisi-puisi religius serta upaya penyair mendekatkan diri kepada Tuhan seiring perjalanan usianya.

Baca juga: Pengertian Buku Nonfiksi dan Ciri-ciri Buku Nonfiksi

Nada kesedihan juga tampak jelas tersuguh, misalnya kesedihan penyair terhadap perubahan budaya yang menimpa generasi muda dalam puisi "Pasang Mati".

"Anak-anak sudah tak mengenal kampung neneknya, menjadi asing di tanah ayah ibunya," sepenggal puisi dari Buku Orang-orang Perbatasan.

Bergesemya nilai-nilai kerukunan, kesantunan, kondisi alam dan lingkungan yang rusak, anak jalanan dan para gelandangan, tergambarkan dengan apik dalam bait puisi.

(cr26/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved