Berita Medan
Suku Hokkien Lakukan Sembahyang Tebu, Ini Makna Filosofinya Menurut Budayawan Tionghoa Medan
Usai merayakan Imlek 2574 pada 22 Januari 2023 lalu, masyarakat suku Hokkien kembali melaksanakan sembahyang tebu pada Minggu (29/1/2023).
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Setelah merayakan tahun baru Imlek 2574 pada 22 Januari 2023 lalu, masyarakat suku Hokkien kembali melaksanakan sembahyang tebu pada Minggu (29/1/2023)
Sembahyang tebu biasanya dilakukan pada malam ke delapan memasuki hari ke sembilan Imlek pada pukul 00.00 WIB yang memiliki ciri khas penggunaan tebu dan tradisi khusus.
Baca juga: Perayaan Imlek di Vihara Satya Buddha Visudhi Marga Berlangsung Khidmat
Biasanya masyarakat suku Hokkien melakukan sembahyang tersebut di depan rumah mereka ataupun berkunjung ke kelenteng.
Menurut Budayawan Tionghoa dan Pakar Metafisika Muda kota Medan, Shifu Jud Ang, sembahyang tebu bertepatan tanggal 9 bulan pertama memperingati hari kelahiran Raja Para Dewa yaitu Yu Huang Shang Ti atau yang sering disebut sebagai Thi Kong
Dari tradisi rakyat Tionghoa, tanggal 9 bulan pertama lunar adalah hari perayaan Imlek atau chinese new year bagi suku Hokkien yang terpisah dan bersembunyi akibat peperangan.
"Mereka bersembunyi di hutan bambu sampai hari ke 9 karena mendengarkan keramaian dan ada petasan, mereka coba keluar, ternyata orang-orang sudah merdeka dan bersorak," ujar Jud Ang kepada Tribun Medan, Senin (30/1/2023)
Dikatakannya, pada hari kesembilan tersebut suku Hokkien yang bersembunyi keluar dan melihat banyak rakyat sedang memuja Raja Para Dewa, maka pada saat itu juga mereka menetapkan hari kesembilan sebagai hari raya Imlek mereka.
Adapun sejarah penggunaan tebu pada sembahyang tersebut adalah wujud terimakasih suku Hokkien kepada pohon tebu.
"Jadilah kenapa orang Hokkien menggunakan tebu. Karena wujud mereka berterimakasih dan menghargai pohon tebu. Karena mereka tertolong oleh rindangnya hutan tebu. Sehingga sulit untuk akses masuk oleh orang luar dan mereka aman di dalam hutan tebu tersebut," jelasnya.
Baca juga: Perayaan Imlek di Delipark Mall, Ribuan Pengunjung Lihat Pertunjukan Barongsai
Selain itu, hari kesembilan Imlek juga sekaligus memperingati kelahiran Raja para Dewa-dewi, yaitu kaisar dewa Yu Huang Shang Di atau sering disebut Thi Kong
"Sembahyang tebu juga diambil dari pelafalan atau fonetik kata 竹 zhu (bambu) yang mirip dengan pelafalan 足 zu (berkecukupan), sehingga tebu menjadi simbolik dari berkecukupan atau bersyukur atas segala rezeki dan keberuntungan," pungkasnya.
(cr10/tribun-medan.com)
Mangkraknya Proyek Stadion Teladan Jadi Beban Pemko, Rico Desak Satker Lapor Progres |
![]() |
---|
Viral Polantas di Medan Pungli Minta Rp 100 Ribu ke Pengendara Motor, Begini Kata Kasatlantas |
![]() |
---|
Kronologi Aksi ODGJ di Jalan Rajawali, Bawa Sajam hingga Buat Warga Ketakutan |
![]() |
---|
Warga Jalan Rajawali Geger, ODGJ Tewas Usai Tusuk Perut Pakai Pisau Tukang Rujak |
![]() |
---|
Polrestabes Medan Gelar Sertijab Kabag SDM dan Kapolsek Medan Tembung, Lantik Sejumlah Pejabat Baru |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.