Wajik Peceren
Wajik Peceren, Si Hitam Manis Oleh-Oleh dari Berastagi yang Selalu Jadi Primadona
Sebagai informasi, Wajik Peceren ini dapat dibeli oleh wisatawan di beberapa toko di kawasan Peceren, Desa Sempajaya, Berastagi.
Penulis: Muhammad Nasrul | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com, KARO - Kawasan wisata Berastagi, yang terletak di Kabupaten Karo selalu menjadi tujuan menikmati hari libur oleh wisatawan dari berbagai daerah.
Selain karena banyaknya tempat lokasi wisata yang bisa menjadi tempat menghilangkan penat, di Berastagi wisatawan juga bisa membeli berbagai oleh-oleh yang bisa dibawa ke rumah.
Salah satu oleh-oleh yang sering menjadi incaran wisatawan saat berwisata ke Berastagi, ialah Wajik Peceren.

Kuliner tradisional khas masyarakat Jawa ini, sudah sejak lama menjadi primadona dan ciri khas buah tangan dari kawasan wisata berhawa sejuk ini.
Sebagai informasi, Wajik Peceren ini dapat dibeli oleh wisatawan di beberapa toko di kawasan Peceren, Desa Sempajaya, Berastagi.
Lokasinya yang strategis tepat berada di Jalan Jamin Ginting yang merupakan jalur utama Medan-Berastagi, semakin memudahkan wisatawan untuk membelinya.
Baca juga: NIKMATNYA Kolak Durian Es Buah Cirasa USU, Kuliner Medan yang Wajib Dicoba, Dijamin Bikin Nagih
Salah satu toko yang menjual kue berbahan dasar ketan atau pulut ini, ialah Warung Wajik Bahagia H Suparman.
Salah satu pengelola warung wajik ini Rifqi Yudistira, mengungkapkan usaha penjualan wajik ini sudah dijalankan keluarganya sejak tahun 1974 silam.
"Kalau awalnya cerita keluarga, sudah buka dari tahun 1974 itu pertama kakek yang bernama Sutarno. Kemudian, turun di generasi kedua H Suparman, dan setelah almarhum meninggal sekarang dikelola anaknya yang merupakan generasi ketiga Rudi Afriansah," ujar Rifqi.
Dijelaskan Rifqi, awalnya saat pertama mulai usaha jenis kuliner yang dijual masih sebatas wajik, pecal, dan beberapa kue tradisional.
Namun, saat ini dengan perkembangan jaman mereka juga sudah melengkapi kuliner lainnya mulai dari kue khas Karo sendiri maupun khas daerah lainnya.
"Dulu kue kita paling wajik, sama kue tradisional lainnya. Sekarang sudah ada ombus-ombus, ada juga cimpa yang khas di sini," Katanya.

Sampai saat ini, kue berbahan dasar ketan dan campuran gula aren tersebut menjadi salah satu pilihan wisatawan sebagai buah tangan.
Bahkan, berdasarkan keterangan Rifqi, wisatawan yang sudah membawa wajik sebagai oleh-oleh tak hanya dari wisatawan lokal.
"Kalau yang lokal banyaknya itu yang dari Medan dan sekitarnya. Sempat juga yang kita tanya itu beli banyak mau dibawa ke mana, ada sampai ke Jawa dan ke Papua," Katanya.
Tak hanya wisatawan lokal dan nasional, bahkan wisatawan mancanegara seperti dari Malaysia juga sudah pernah membawa si hitam manis ini ke negara jiran.
Baca juga: Nikmati Kuliner Medan yang Hits Mie Ayam Sinar Utama Wajib Dicoba, Kini Buka Cabang Ke-3 di Tasbih
Hal tersebut dikarenakan dirinya sempat bekerjasama dengan beberapa agen perjalanan dan tour guide, sehingga banyak wisatawan yang diarahkan untuk membeli oleh-oleh di kawasan kuliner ini.
"Apalagi banyak yang tanya, apa oleh-oleh yang tahan dibawa jauh, dan tahan berapa hari, jadi banyak yang nyaranin beli wajik," Ungkapanya.
Untuk harga sendiri, dirinya menjelaskan setiap satu potong wajik dipatok harga 2000 rupiah. Sementara, untuk wisatawan yang ingin membawa wajik untuk oleh-oleh bisa membeli dalam bentuk kemasan setiap porsinya seharga Rp 20.000.
Kemudian, untuk pecal dipatok harga Rp 15 ribu, sedangkan kue-kue lainnya juga dipatok harga Rp 2.000.
(mns/tribun-medan.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.