Penganiayaan oleh Taruna Akmil

Sosok 'Upa', Pacar Taruna Akmil Pemicu Penganiayaan Mahasiswa FK UISU Kabarnya Anak Petinggi USU

Upa, pacar Taruna Akmil bernama Zuan Hendru kabarnya merupakan anak dari petinggi USU

Editor: Array A Argus
HO
Foto ZN, Taruna Akmil yang katanya anak Kasat Narkoba sempat tawarkan duit Rp 15 juta usai gebuki mahasiswa FK UISU 

TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN - Upa, pacar Taruna Akmil bernama Zuan Hendru yang menjadi pemicu penganiayaan mahasiswa FK UISU, Teuku Shehan Arifa Pasha atau Ipon disebut-sebut anak petinggi USU (Universitas Sumatera Utara).

Menurut laporan, Upa tinggal di Kompleks USU, lantaran ayahnya merupakan petinggi utama di kampus negeri tersebut.

Kasat Narkoba Polresta Deliserdang, Kompol Zulkarnain mengatakan bahwa Upa memang tinggal di Kompleks USU

"Awalnya mereka (Endru dan Upa) di rumah saya, di Komplek Tasbih. Setelah jam 22.30 WIB, orang itu keluar, Endru ngantar pacarnya ini ke rumahnya di Komplek USU," kata Zulkarnain kepada Tribun-medan.com, Selasa (14/3/2023) lalu.

Zulkarnain menjelaskan, penganiayaan itu memang disebabkan karena persoalan asmara.

Saat itu Ipon disebut sering mengganggu Upa, yang katanya anak petinggi utama USU.

Lantas, Zuan Hendru atau Endru menceritakan masalah tersebut pada adiknya bernama Zofan.

Sehingga Zofan emosi dan terjadilah penganiayaan di Komplek Tasbih II, Kota Medan pada Sabtu (18/2/2023) lalu.

Terpisah, Kapendam I/BB, Kolonel Inf Rico Julyanto Siagian menyebut bahwa kasus dugaan penganiayan yang melibatkan Taruna Akmil itu masih dalam penyelidikan.

Pihaknya masih melakukan pemeriksaan sejumlah saksi yang saat itu ada di lokasi kejadian.

"Masih tahap pemeriksaan saksi - saksi dari kedua belah pihak," kata Rico kepada Tribun-medan.com, Minggu (19/3/2023).

Namun, ketika disinggung soal keterlibatan Upa yang diduga anak pejabat USU dalam kasus tersebut, ia mengarahkan untuk menanyakan hal tersebut langsung ke Denpom I/5 Medan.

"Untuk detailnya silakan konfirmasi ke Denpom," ujarnya.

Sementara itu, Komandan Datasemen Polisi Militer (Dandenpom) I/5 Medan, Letkol Cpm Dahri Haji Dahlan ketika dikonfirmasi masih enggan memberikan komentarnya.

Saat ini, Tribun-medan.com masih berupaya mengonfirmasi Rektor USU Muryanto Amin, apa benar sosok bernama Upa adalah anak dari pejabat USU.

Tuding korban minta Rp 300 juta

Kasat Narkoba Polresta Deliserdang, Kompol Zulkarnain menuding keluarga korban pemukulan anaknya meminta uang damai Rp 300 juta.

Namun, tudingan Kompol Zulkarnain itu langsung dibantah oleh Teuku Yose Mahmudin Akbar, paman dari Teuku Shehan Arifa Pasha, mahasiswa FK UISU yang mengaku dianiaya Taruna Akmil, Zuan Hendru, anak Kasat Narkoba.

Menurut Yose, tudingan itu sama sekali tidak berdasar.

Sebab, kata Yose, setelah Taruna Akmil bernama Zuan Hendru memukul keponakannya, justru Kasat Narkoba yang menawarkan uang damai cuma Rp 15 juta. 

"Dia bilang kita memeras, kita bukan mendesak harus Rp 300 juta, yang bilang harus Rp 15 juta itu dia, katanya mereka cuma sanggup Rp 15 juta, diluar itu nggak sanggup. Itu namanya menghina," kata Yose kepada Tribun-medan, Kamis (16/3/2023).

Ia menilai, cara Kompol Zulkarnain meminta perdamaian tidak memiliki etika dan dianggap tidak sopan.

Padahal, keluarga korban sudah membuka pintu perdamaian kepada pelaku.

"Kita sudah bilang terserah, kalau dibilangnya pun Rp 20 juta saja dengan cara yang bagus, enggak apa. Cara dia enggak bagus, langsung tutup Rp 15 juta," sebutnya.

"Tapi kalau dia datang sebenarnya masih ada kesempatan berkali-kali, entah dia datang jenguk korban tanya keadaannya, ini nggak ada," sambungnya.

Yose menyampaikan, keluarga nya telah merasa terhina dengan pernyataan Zulkarnain, dan seolah - olah kasus tersebut bisa diselesaikan dengan uang.

"Kesalahan nya dua, anaknya mukul anak kami, kesalahan dia yang kedua dan terbesar telah menghina kami," bebernya.

"Bukannya datang dengan baik malah mengukur dengan uang, dia pikir kami yang perlu uang itu," ucapnya lagi.

Lebih lanjut dia mengatakan, jika orangtua Taruna Akmil ini datang dengan cara baik - baik dan memperlakukan korban dengan baik, kemungkinan tanpa uang pun akan berdamai.

"Kesalahan terbesar adalah dia tidak ikhlas dalam minta maaf, kalau orang lain bisa digitukan nya," sebutnya.

Yose mengaku, tidak mengetahui persis kronologis soal permintaan uang Rp 300 juta yang disebut oleh Zulkarnain.

Sebab, itu terjadi saat pertama kali pertemuan antara orangtua korban dan pelaku serta ada seorang mediator.

"Kami sampaikan ke mediator, bukan seperti itu bahasa nya harus Rp 300 juta, bukan itu. Coba tanya saja sama mediator itu, apa yang keluaga sampaikan," bebernya.

"Kalau dia betul - betul minta maaf pun bisa kita enggak minta apapun sama dia. Kalau dia pandai merayu tidak menampakkan kehebatan dan kesombongannya,"

Pria yang juga berprofesi sebagai dokter ini menegaskan, pihak keluarga telah sepakat untuk tidak berdamai dan mencabut laporan soal kasus dugaan penganiayan yang melibatkan Taruna Akmil Zuan Hendru.

"Jangankan Rp 300 juta, mau dibayar Rp 1 Triliun pun kami nggak mau damai. Kami pastikan tidak berdamai," pungkasnya.

Kasat Narkoba Akui Anaknya Pukul Korban

Kasat Narkoba Polresta Deliserdang, Kompol Zulkarnain, yang merupakan orangtua dari Taruna Akmil bernama Zuan Hendru mengakui, bahwa anaknya ada memukul mahasiswa FK UISU Teuku Shehan Arifa Pasha alias Ipon.

Namun, kata Kompol Zulkarnain, yang memukul Ipon bukan Zuan Hendru, melainkan Zofan.

Zofan adalah adik kandung dari Zuan Hendru.

Kuat dugaan, bahwa Kompol Zulkarnain ingin menyelamatkan anaknya dari sanksi pemecatan sebagai Taruna Akmil.

Baca juga: WAWANCARA EKSKLUSIF Kompol Zulkarnain, Dugaan Taruna Akmil Aniaya Mahasiswa Kedokteran

Sehingga, kesalahan dalam kasus ini pun dilimpahkan ke Zofan.

Menurut korbannya, Ipon, dia sempat dipukul oleh Zuan Hendru.

Akibat dianiaya Taruna Akmil itu, bagian pelipis mata Ipon robek.

Bahkan, terjadi gangguan di bagian kepalanya.

"Saya tanya ke dia (Hendru), kamu ada enggak mukul. Dia (Hendru) bilang enggak ada. Yang mukul itu adiknya (Zofan)," kata Zulkarnain, Rabu (15/3/2023).

Baca juga: Kasat Narkoba Akui Taruna Akmil yang Dilapor Gebuki Mahasiswa FK UISU Anaknya, Persilakan Diproses

Zulkarnain mengatakan, bahwa insiden pemukulan dan penganiayaan itu sebenarnya cuma terjadi salam hitungan menit saja.

Meski berdalih penganiayaan terjadi dalam hitungan menit, faktanya korban menderita luka serius di bagian kepala.

Korban sampai bercucuran darah akibat digebuki oleh anaknya. 

Disinggung mengenai kronologis kejadian, Kompol Zulkarnain yang pernah bertugas di Polrestabes Medan ini mengatakan, penganiayaan bermula saat Zuan Hendru bercerita pada adiknya tentang Ipon.

Ipon disebut sering menggangu Upa, pacar Zuan Hendru.

Baca juga: MOTIF Taruna Akmil Anak Kasat Narkoba Deliserdang Diduga Aniaya Mahasiswa: Sang Pacar Sering Digoda

Mendengar hal itu, Zofan marah.

Singkat cerita, saat anak-anak dari Kompol Zulkarnain ini ingin pulang dari Komplek Tasbih I, mereka bertemu dengan korban. 

Ketika itu, korban bersama dengan pacar bernama Manda dan juga kakak serta adik pacarnya di dalam mobil.

"Waktu jumpa itu, adiknya turun dari mobil langsung ngetuk pintu mobil korban. Begitu korban turun langsung dipukulnya," ungkapnya.

"Lalu, anak saya si Hendru ini turun mencoba melerai dan membawa adiknya masuk ke dalam mobil, cuma singkat saja itu kejadiannya enggak sampai satu menit," sambungnya.

Baca juga: Mario Dandy dari Medan, Gegara soal Asmara Taruna Akmil Anak Kasat Narkoba Diduga Hajar Calon Dokter

Lebih lanjut, dikatakannya, saat itu kedua anaknya ini pun pulang.

Tak lama, adiknya Manda (pacar Ipon) bernama Juna yang kebetulan juga berteman dengan anaknya menghubungi.

Saat itu, Juna menanyakan apa sebenarnya penyebab kejadian penganiayan itu.

Lantas, Zofan pun menceritakan bahwa Ipon sering menganggu Upa, pacar Zuan hendru. 

"Karena mendengar itu, Juna ini sempat ngamuk juga. Anak saya sempat menunjukkan juga bukti screenshot isi chat si Ipon ini ke pacarnya Hendru," bebernya.

Baca juga: Anaknya Taruna Akmil Diduga Aniaya Mahasiswa FK UISU, Kasat Narkoba Masih Bungkam

Isi chat tersebut sempat ditunjukkan oleh Juna ini kepada kakaknya Manda yang membuatnya merasa sakit hati.

"Ada isi chatnya itu yang bikin si Manda itu sakit hati, saya juga baca itu chatnya. Isinya kalau si Upa ini mau dengan dia, Ipon ini rela meninggalkan si Manda, gitulah kira-kira," ungkapnya.

Dijelaskannya, setelah membaca isi chat tersebut, Manda ini pun diduga sakit hati dan memilih lari ke Jakarta dan tidak mau memberikan keterangan apapun kepada penyidik.

"Juna ini meminta kepada kakaknya agar berangkat saja ke Jakarta, karena Manda ini pun mahasiswi Kedokteran Trisakti. Manda ini pun sudah memutuskan si Ipon," ucapnya.

Baca juga: Taruna Akmil Diduga Aniaya Calon Dokter Hingga Tengkorak Bergeser, Anak Perwira Polisi Deliserdang!

Terpisah, Komandan Datasemen Polisi Militer (Dandenpom) I/5 Medan, Letkol Cpm Dahri Haji Dahlan membeberkan kendala yang saat ini dihadapi oleh penyidik.

Pihaknya juga belum bisa mengumpulkan dua alat bukti dan saksi yang menguatkan bahwa Taruna Akmil itu yang melakukan penganiayan terhadap Ipon.

"Pelapor kan butuh keterangan yang lain untuk menguatkan, sekarang dua orang perempuan temannya itu tidak mau ngasih keterangan," katanya.

Ia menjelaskan, petugas juga telah berupaya menghadirkan dua wanita yang malam itu berada di dalam mobil korban.

Namun, keduanya bungkam dan telah berada di Jakarta.

"Dua perempuan ini yang harus kita periksa dulu, sekarang sudah menghilang ke Jakarta, dan tidak mau memberikan keterangan sudah kita suratkan juga, kita datangi rumahnya," pungkasnya.(tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved