Viral Medsos

Benarkah Pemberian Maaf Keluarga David Ringankan Hukuman Mario Dandy Cs, Ini Penjelasan Pakar

Jonathan tidak ingin ucapan maaf tersebut bisa menjadi jalan untuk keadilan restoratif dan pertimbangan hakim dalam memutus perkara penganiayaan David

Editor: AbdiTumanggor
HO
Jonathan mengungkapkan pasrah jika David Ozora hilang ingatan 

TRIBUN-MEDAN.COM - Ayah David Ozora, Jonathan Latumahina mencabut ucapan maafnya kepada para pelaku penganiayaan sang anak.

Jonathan tidak ingin ucapan maaf tersebut bisa menjadi jalan untuk keadilan restoratif dan pertimbangan hakim dalam memutus perkara penganiayaan David Ozora.

Benarkah pemberian maaf dapat mempengaruhi hukuman untuk tersangka Mario Dandy Satriyo, Shane Lukas dan AG, anak yang berkonflik dengan hukum?

Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Soedirman (Unsoed) Prof Hibnu Nugroho menjelaskan, konsep maaf dalam restorative justice atau keadilan restoratif ada beberapa tingkatan. Mulai dari maaf dari korban, keluarga korban dan aspek masyarakat.

Aspek masyarakat bertujuan untuk melihat apakah kasus yang ditangani membuat ketidakstabilan di lingkungan masyarakat. 

Jika melihat dari kasus penganiayaan David, konsep maaf tingkat pertama yakni korban tidak dapat dilakukan lantaran kondisi korban masih belum stabil.

Kemudian keluarga juga belum bisa memaafkan pelaku dari hati yang dalam. Begitu juga di masyarkat yang bergejolak melihat kasus penganiayaan David. 

"Jadi bukan hanya kepentingan korban, keluarga korban tapi juga kepentingan masyarakat, kestabilan di lingkungan masyarakat ada gejolak atau tidak," ujar Hibnu di program Kompas Malam KOMPAS TV, Kamis (23/3/2023).

Hibnu menambahkan selain tingkatan pemberian maaf, aspek pidana juga jadi pertimbangan penengak hukum dalam melakukan pengalihan penyelesaian perkara di luar peradilan. 

Merujuk pada pasal yang disangkakan ancaman hukuman terhadap Mario dan AG lebih dari lima tahun.

Sedangkan norma yang ditentukan dalam pemberian restorative justice adalah tidak pidana dengan ancaman hukumannya tidak lebih dari lima tahun. 

Menurut Hibnu kalaupun korban dan keluarga korban memberikan maaf dan tidak ada gejolak di masyarakat, sulit bagi penegak hukum mengabulkan keadilan restoratif.

"Baik aspek hukum maupun aspek substansi materi pelaku, korban, keluarga korban, masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk terkabulnya RJ (restorative justice) atau tidak. Karena jangan sampai RJ ini disalahgunakan bagi kepentingan kelompok tertentu," ujar Hibnu.

Peringanan Hukuman

Lebih lanjut Hibnu menilai akan dalam persidangan nanti akan sulit bagi Mario Dandy Satriyo, Shane Lukas mendapat vonis ringan.

Hal ini lantaran ancaman maksimal hukuman dalam Pasal 355 tentang penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu adalah dua belas tahun.

Terlebih keluarga korban tidak memberikan pemberian maaf untuk keadilan resotatif dan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman.

"Ini harus memberikan suatu aspek deterrence, oleh karena itu pidananya maksimal seperti yang diancamkan Pasal 355. Sehingga jangan sampai ke depan anak yang baru lepas anak melakukan kejahatan yang semau gue," ujar Hibnu.

"Aspek pidana sebagai aspek deterrence untuk para calon tersangka yang melakukan penganiayaan seperti ini jadi jangan sampai ringan," pungkasnya. 

Sebelumnya Jonathan Latumahina, ayah dari Cristalino David Ozora (17), memutuskan menarik ucapannya untuk memaafkan penganiaya anaknya, Mario Dandy Satriyo.

Keputusan menarik ucapan maaf untuk Mario tersebut disampaikan oleh Jonathan tepat di hari ke-30 David yang saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit.

Adapun Jonathan menyampaikan hal tersebut melalui kicauan di akun Twitter pribadinya @seeksixsuck pada Rabu (23/3/2023).

Baca juga: Ayah David Sebut Ada Niat Jahat Keluarga Mario Dandy, Tarik Ucapan Maafnya: Ular Beludak

(*/tribun-medan.com/kompas tv)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved