Berita Viral

Yasonna Laoly Lagi-lagi Disorot, Bisnis Sewa HP di Lapas Dibongkar Netizen: Sengaja Denial

Menteri Yasonna Laoly lagi-lagi kembali menjadi sorotan. Setelah bisnis anak Yasonna Laoly yakni Yamitema Tirtajaya Laoly di rutan dan lapas di seluru

Editor: Liska Rahayu
Tribunnews.com/ Vincentius Jyestha
Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly usai memberikan kuliah umum di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Jakarta, Jl Proklamasi, Jakarta Pusat, Senin (27/1/2020). 

TRIBUN-MEDAN.com - Menteri Yasonna Laoly lagi-lagi kembali menjadi sorotan. Setelah bisnis anak Yasonna Laoly yakni Yamitema Tirtajaya Laoly di rutan dan lapas di seluruh Indonesia dimonopoli, kini sorotan ke bisnis penyewaan handphone (HP) oleh sipir ke warga binaan atau narapidana di lapas menjadi sorotan.

Soal bobrok klasik di lapas dan rutan ini tak pernah serius dihilangkan Kemenkumham, hingga dipimpin Yasonna Laoly.

Bahkan di beberapa kesempatan Kemenkumham kerap menolak dan membantah adanya bisnis penyewaan HP di lapas dan rutan oleh sipir.

"Tampaknya @Kemenkumham_RI ini yg paling tidak mau berbenah. Jelas2 pungli sewa HP di lapas itu ada tapi masih saja denial. Anehnya Surat Inspektur Jenderal Hukum dan HAM ITJ-PW.02.02-59 cuma memberi hukuman dinas penundaan kenaikan gaji saja utk pelanggaran di Lapas Kalianda," kata akun Twitter @PartaiSocmed, Kamis (18/5/2023).

Akun ini pulalah yang membeberkan soal bisnis anak Menteri Yasonna Laoly yakni Yamitema Tirtajaya Laoly di rutan dan lapas di seluruh Indonesia. 

Setelah sebelumnya aktor senior Tio Pakusadewo membeberkannya meski tidak menyebut nama menteri yang dimaksud, Tio diketahui pernah mendekam 2 kali di lapas karena kasus narkoba.

Soal bisnis sewa HP di lapas dan rutan, akun @PartaiSocmed menyayangkan sanksi yang ringan dan ketidaktegasan Yasonna Laoly.

"Lagian sanksi penundaan kenaikan gaji 100-200 ribu perbulannya apa artinya bagi mereka, sementara penghasilan dr menyewakan HP di dalam lapas bisa dapat puluhan juta Itupun yg dikenai sanksi cuma staf rendahan saja sedangkan atasan2nya dilindungi dan tidak kena sanksi apapun," ujar @PartaiSocmed.

Sejumlah netizen pun mengamini @PartaiSocmed.

"Entah menteri dan menkonya ngapain aja," kata akun @laadosilasol.

"Sengaja denial biar ladang duid tetap masuk," ujar @tontowi06.

"Ngerasa paling punya power ga sih," ujar @lorenzaudria.

"Soalnya ya dari dulu2 dari sana pendapatan mereka tum, kayanya sipir harus diganti dengan robot suatu hari nanti," cuit @cytokine99.

"Ternyata perdagangan hukum itu lebih menjanjikan keuntungan nya ya ketimbang perdagangan minyak kita ataupun selangkangan," ujar @amriel_rodiyat.

"Kominfo udah.. masa kemenkumham ga kena," kata @okinawaze.

"Ayo tum bongkar dan viralkan yg bikin mrk malu," kata @inoonk.

"Gw kemaren terakhir video call sama temen gw. Di ruangannya pada main hp wkwkwk," tambah @Ditodit1.

"Mungkin maksud mrk : jangan ajari ikan berenang," sindir @tatagwibowo1.

"karena sudah mendarah daging tum, kalo berbenah yg ada reformasi besar2an," ujar @TweetDajjal.

"Tenang, selama masih di kendaraan yg sama tetap aman," kata @WongIndonesiaOK.

"Jika kepalanya diganti, kebijakannya baru bisa berbeda," tambah @Luppita01042023.

 "Kuat bgt jaringannya, ragu kasus ini bisa digoyang," tambah @dumbhian.

"Mengendalikan narkoba dari dlm lapas. Trus kalau ga pake hp... Pake merpati pos? Kaleng ama benang?," kecam @OranjeXIV.

"Makanya banyak yg betah di lapas Makan gratis, bisnis jalan Eh pake di lindungi pla," kata akun @Belajarpolitik5.

"Hajar terus tum... Hal seperti ini sdh menjalar ke lapas dimana-mana! Di daerah gw jga demikian. Tmen gw prnah dipenjara, tapi dia masih bsa pegang HP, lalu bkin FB dgn nama cewek dan lantas mlkukan tndkan penipuan . Tp tmen gw udh bebas skrg," kata akun @ajuwelkopi.

"Duit setoran banyak, harapan perbaikan dan saran dari publik cuma dianggap gangguan," ujar @perangutan23.

Bisnis Anak Menteri

Sebelumnya publik sempat dihebohkan dengan cerita aktor senior Tio Pakusadewo yang menyampaikan buruknya kualitas makanan terhadap warga binaan pemasyarakatan (WBP) di rutan dan lapas.

Sehingga bagi napi atau warga binaan berduit akan membeli makanan di kantin di lapas dan rutan yang dikelola anak Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly yakni Yamitema Tirtajaya Laoly.

Ini menunjukkan bisnis di lapas dan rutan di kuasai sang anak menteri untuk meraup 'cuan' sebanyak-banyaknya, selagi sang ayah Yasonna Laoly yang merupakan kader PDIP, menjabat menteri.

Pengalaman itu diungkapkan Tio Pakusadewo yang sempat mendekam di lapas karena kasus narkoba di akun Channel Uya Kuya TV.

Pernyataan Tio Pakusadewo ternyata bukan khayalan dan tudingan belaka.

Pernyataan sang aktor dibenarkan mantan Sipir di salah satu lapas di Jakarta berinisial AB (61).

Menurut AB, kualitas makanan yang disediakan bagi napi dan warga binaan memang sengaja diberikan jauh dari layak apalagi jika ditelaah dari asupan gizi.

AB mengatakan kualitas nasi yang disajikan ke para warga binaan pemasyarakatan (WBP) yang dinamakan 'nasi cadong' yang teksturnya keras dan serupa kapur.

"Sudah kayak kapur, enggak enak dimakan. Rasanya sudah enggak karuan, rasanya hambar," kata AB saat ditemui awak media di Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (10/5/2023).

Sebab buruknya kualitas nasi, beberapa WBP, kata dua terpaksa membeli makanan di kantin rutan dan lapas.

Kantin yang dimaksud pun milik yayasan anak Menteri Yasonna Laoly yakni Yamitema Tirtajaya Laoly, dengan harga jual dua kali lipat dari pasaran.

Ini juga sempat disinggung Tio Pakusadewo dalam konten di Uya Kuya TV.

Kantin tersebut menurut Tio telah memonopoli seluruh bisnis, baik makanan, minuman, hingga alat kebutuhan sehari-hari bagi WBP.

"Napi narkoba, tipikor (Tindak pidana korupsi) mana mau makan nasi cadong seperti itu, jado mereka beli. Kalau mau makan enak kayak di luar, ya harus keluar duit," imbuhnya.

Selain itu, AB juga menjelaskan kualitas nasi di rutan dan lapas memang buruk dengan siasat sulit dicerna, dan mengakibatkan hampir semua WBP buang air besar (BAB) setiap hari.

Perlu juga diketahui, seluruh rutan dan lapas naungan Dirjen PAS, kini sudah melebihi kapasitas, dari standardnya di bawah 1.000, namun dapat diisi hingga 3.000 orang.

"Nasinya memang keras, itu juga biar Napi enggak setiap hari semuanya ke WC (buang air besar). Susah dicerna, kalau enggak begitu ke WC semua," tuturnya. 

AB yang pernah bertugas di rutan dan lapas di wilayah Jakarta itu juga mengatakan praktik tersebut sudah berlangsung sejak lama.

"Telur yang dibeli itu juga kualitasnya buruk, mereka beli telur pecah, busuk. Ikan asin itu kalau pas dijemur lalat saja enggak mau dekat," ucapnya.

"Pas dilihat dan ditandatangani KPLP nasi paling atas bagus, sisanya enggak. Nasi cadong yang diantar ke blok juga enggak semua gratis, ada yang bayar Rp25 ribu," lanjutnya.

Hingga kini, awak media sudah berupaya mengonfirmasi kebenaran pernyataan AB kepada Koordinator Humas dan Protokol Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Rika Aprianti.

Namun hingga berita ditulis Rika urung menanggapi upaya konfirmasi terkait cuitan AB tentang kualitas nasi cadong di Rutan dan Lapas.

(*/Tribun-Medan.com)

Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com

Sumber: Warta kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved