Berita Viral

Kelompok Tentara Bayaran Wagner Rusia Akui Perang Ukraina Kini Jadi Bumerang

Yevgeny Prigozhin, yang pasukannya mendominasi pertempuran di Ukraina, melakukan wawancara 77 menit dengan blogger pro-Moskow Konstantin Dolgov.

Editor: Liska Rahayu
@CONCORDGROUP_OFFICIAL / AFP
Tangkapan video ini diambil dari video yang diposting di saluran Telegram @concordgroup_official pada 3 Maret 2023, menunjukkan Yevgeny Prigozhin, kepala kelompok paramiliter Rusia Wagner berbicara ke kamera dari atap di lokasi yang dirahasiakan. 

Ukraina mendapat jet tempur MiG-29, sistem anti-pesawat, drone taktis, sistem roket, howitzer, dan peluru artileri.

Ukraina sekarang memiliki salah satu tentara terkuat, lanjut Prigozhin.

"Mereka memiliki organisasi tingkat tinggi, pelatihan tingkat tinggi, kecerdasan tingkat tinggi, mereka memiliki berbagai senjata, dan terlebih lagi, mereka bekerja pada sistem apa pun, Soviet, NATO, apa pun, semuanya berhasil."

Ia juga menggambarkan Wagner Group sebagai "grup pertama di dunia" dalam hal efisiensi.

Dalam wawancara yang sama, Prigozhin menuntut pengunduran diri Shoigu dan Gerasimov.

Ia menyarankan agar mereka digantikan oleh Jenderal Mikhail Mizintsev dan Jenderal Sergei Surovikin.

Siapa Yevgeny Prigozhin?

Yevgeny Prigozhin, pendiri kelompok tentara bayaran Rusia yang dikenal sebagai Wagner, telah berperan aktif dalam perang di Ukraina.

Wagner dibentuk pada 2014, namun Prigozhin baru mengklaim sebagai pendiri grup tersebut pada September tahun lalu, Insider melaporkan.

Wagner bukan lah entitas yang terdaftar secara hukum dan tentara bayaran adalah ilegal menurut hukum Rusia, menurut The Times.

Namun, Wagner Grup dianggap sebagai dinas militer swasta de-facto untuk Kremlin.

Menurut BBC, pasukan Wagner pertama kali dikerahkan selama aneksasi Krimea oleh Rusia.

Wagner juga mengirim tentara ke seluruh Afrika dan Timur Tengah, menurut The Times.

Penyelidik PBB menuduh kelompok itu melakukan kejahatan perang pada 2021.

Meski Prigozhin memainkan peran aktif dalam perang, dia terus menerus mengkritik Putin karena tidak memasok cukup amunisi kepada pasukannya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved